"Kenapa Elgar tiba tiba berada di sini?" tanya Maria. "Aku pun tidak tahu, kenapa memang nya?" tanya Saphire balik. Maria hanya ber oh ria, ingin menanyakan lebih lanjut tetapi melihat respond Saphire sebelum sebelum nya terlihat tidak begitu baik, kenapa ia bisa menyimpulkan seperti itu karena pertemanan nya yang tidak bisa di hitung dengan jari membuat Maria tahu bagaimana sifat keseharian Saphire. Dan sekarang, ia merasakan perbedaan itu. Maria masih memperhatikan dari samping wajah Saphire yang memperhatikan penjelasan guru yang sudah datang sedari tadi. Maria yakin kalau dari keterdiaman nya itu, di dalam otak Saphire sangat berisik, sehingga tidak membagikan keberisikan nya itu pada dirinya. "Maria?" "A-ah iya guru?" saking lama nya Maria fokus pada hal lain, membuat nya menjadi perhatian guru. "Coba jelaskan apa yang selama tadi saya jelaskan." "Tadi, guru.... menjelaskan mengenai-"Saphire melihat kawan nya itu seperti biasanya, menyemangati lewat batin kalau pun sampa
Sepulang sekolah, seperti biasa Maria berjalan beriringan ke tempat penjemputan mereka. Di sana sudah ramai anak anak Royal yang menunggu jemputan sama seperti mereka. "Maria, hallo." "Oh ya, Hallo." "Kamu sama seperti kita sedang menunggu jemputan?" "Ya, begitu lah." balas Maria. Saphire masih berada di sana tetapi tidak bersuara sama sekali. Dan juga ia di anggap tidak ada sepertinya, dan hanya di anggap benalu yang selalu menempel pada Maria. Mereka berdua berbincang tampak akrab, Saphire tidak tahu Maria memiliki teman lain selain dirinya, atau dirinya nya yang tidak menampakan diri? lalu, atau Maria sengaja tidak mengenalkan Saphire pada kawan kawan nya? "Maria, jemputan ku sudah datang." "Kalau begitu aku pulang lebih dulu, Maria sampai jumpa besok." ucap teman Maria tadi. "Ya sampai jumpa." balas Maria. "Itu teman mu, Maria?" tanya Saphire yang cukup penasaran juga. "Iya, aku belum memberi tahu mu ya? kalau sebenarnya dari hari kemarin aku ikut kegiatan padua
Tidak lepas nya sedari tadi genggaman tangan Elgar pada tangan Saphire, seakan akan Saphire adalah mahkluk yang harus ia jaga dengan sungguh sungguh, kalau tidak sudah berakibat vatal. "Elgar, tidak akan mungkin kita akan saling bergenggaman tangan saat masuk ke dalam mobil bukan?" tanya Saphire."Benar juga, tapi aku tidak ingin sedikit pun melewatinya begitu saja." "Jangan begitu, kita harus segera pulang." Dengan terpaksa Elgar melepaskan genggaman nya itu lalu menaiki mobil milik nya."Ngomong ngomong kamu kenal dengan Gracelo?" tanya Saphire setelah menyamankan duduk nya. "Aku cukup mengenalnya, karena dia anak yang selalu berkeliaran." balas Elgar."Lalu, kenapa aku merasa tidak pernah melihat dia kalau memang sedekat itu?" "Mungkin hanya kebetulan saja, jangan terlalu di pikirkan." "Baiklah, tapi aku seperti melihat sosok orang lain pada dirinya?" "Memang anak itu mirip dengan siapa?" "Dengan mu." Sesaat Elgar terdiam di buatnya. Bagian manakah yang dapat membuat Saphi
"Kita luang kan waktu di tempat ini saja, daei pada menunggu di tempat latihan yang sangat membosankan." balas Elgar.Pengelihatan Saphire sangat sibuk memperhatikan pemandangan indah yang tersaji di hadapan nya. Elgar tahu saja tempat yang akan membuat Saphire tidak bisa berkata kata. "Untuk sekarang, aku hanya bisa memberikan pemandangan jingga ini, dan suatu saat akan ku bawa kamu melihat kembaran mu." ujar Elgar."Kembaran ku?" "Sang rembulan." "Bisa sekali kamu mengatakan nya."Bila di lihat kembali, suasana di tempat ini sangatlah asri dan seperti nya jarang di lalui oleh orang orang maupun kendaraan. Mereka berdua berdiam diri di tempat semi hutan, jadi tidak langsung terjun di hutan belantara. Juga dataran tinggi, hingga tidak ada penghalang Saphire untuk melihat pemandangan detik detik terbenam nya matahari. Tidak di sadari Saphire, bahwa tangan Elgar sudah nyaman bertengger di pinggang ramping nya itu, entah sudah terbiasa Saphire hanya mengabaikan nya saja, setidak nya
"Kamu yakin akan turun saja?" tanya Elgar tidak yakin. "Benar Elgar." balas Saphire sambil melepas pengaman nya, dan menatap Elgar dengan lembut, memperlihatkan sisi nya yang mengatakan kalau semuanya akan baik baik saja. Elgar hanya dapat menghela nafas atas permintaan dari gadis nya ini, ingin di antarkan ke halte yang di mana, dari halte ke kediaman Saphire terbilang cukup jauh. Lalu, sekarang hari sudah gelap, jalanan di depan nya hanya di terangi oleh lampu jalan dan itu pun temaram. "Kalau begitu aku harus pulang sekarang, terima kasih Elgar." ucap Saphire.Tangan Saphire di tahan oleh Elgar, padahal Saphire sudah memberikan penjelasan kalau tidak akan terjadi apa apa. Dan Elgar membalasnya dengan walau tidak akan apa apa, tetapi kamu itu adalah seorang perempuan. "Pasti akan aman Elgar, dan kamu pun segera pulang ya." ucap Saphire sambil menepuk tangan Elgar yang menggenggam nya. Merasakan genggaman itu tidak terlalu kuat, membuat Saphire berfikir kalau Elgar sudah mengizi
Maria tidak bergeming, gadis itu paham kemana pembicaraan ini akan di bawa. Maria sendiri merasa sudah membahas mengenai hak ini dengan Saphire, dan sekarang faktor apa lagi yang dapat membuat Saphire membahas nya kembali? "Kenapa tiba tiba seperti ini? bisa aku meminta penjelasan?" tanya Maria. "Aku ber hak untuk tidak memberikan penjelasan." senggah Saphire. "Tapi kalau seperti ini terus kita akan terasa jauh nya Saphire." "Itu akan jauh lebih baik." Maria mengerutkan dahi, ia sudah khatam. Pasti ada hal yang terjadi di belakang Maria. "Hahahah." "Sangat membuat terhibur." ucap Maria. "Kenapa?" kali ini Saphire lah yang keheranan. "Apa hanya aku saja yang menganggap kita ini teman? Saphire." tanya Maria dengan mimik wajah serius. "Tidak... Maria." "Kamu seperti membuang ku begitu saja." ucap Maria dengan sendu. "Tidak tidak Maria, bukan seperti itu." terlihat panik Saphire mulai mendekat pada Maria. "Aku selalu membagikan semua cerita bersama mu, sem
Hubungan pertemanan antara Saphire dengan Maria sudah kembali seperti sedia kala, kembali ke waktu pada saat hubungan di antara mereka tidak ada apa apa. Terlihat, saat ini Saphire dengan senyum manis nya menggenggam tangan Maria yang begitu pun sebalik nya, walau tidak terlihat sangat riang, tetapi memang wajah bahagia Maria seperti itu."Oh iya Saphire." "Ada apa?" Di tengah lorong yang masih berlaku lalang orang, di tambah lagi sekarang memasuki jam pulang. "Bagaimana kalau kamu berkunjung ke kediaman ku?" ajak Maria, sering kali Saphire berkunjung dan melihat kamar Maria membuat Saphire melongo sendiri, kamar Maria seluas bila kamar milik nya di satu kan dengan ruang tamu di kediaman nya di Desa. "Aah, kamu terlambat untuk mengajak ku. Aku sudah ada janji lebih dulu untuk hari ini, bagaimana kalau besok saja? kebetulan besok ada rapat antar guru bukan? jadi pembelajaran akan hanya setengah hari." Terlihat Maria menghela nafas nya, Maria ingin mengajak sebelum nya juga kan me
"Jadi, apa rencana mu untuk besok?" tanya Elgar, masih di posisi yang sama yaitu berbaring dengan bantalan paha Saphire, jangan tanya kenapa lama sekali, tentu jawaban nya adalah sangat nyaman di atas segalanya. "Aku hampir lupa mengatakan nya, besok aku tidak bisa menemui mu di sini." balas Saphire."Kenapa begitu?" tanya Elgar sebelum melayangkan protes an nya. "Maria mengajak ku untuk ke kediaman nya." balas Saphire."Maksud mu, besok kamu akan mengunjungi kediaman Maria? itu artinya kamu akan datang ke Istana?" ungkap Elgar."Betul sekali." "Jadi aku tidak bisa menemui mu untuk esok hari, aku dengan Maria sudah berbaikan. Jadi sebagai tanda kita berbaikan aku akan bermain seharian penuh dengan Maria." ucap Saphire lagi. "Bagaimana bisa begitu, kamu tetap harus menemui ku setiap hari tanpa jeda, barang satu hari pun." timpal Elgar dengan keras kepalanya. Saphire menghela nafasnya, entah bagaimana lagi harus membujuk lelaki yang sial nya sangat tampan ini. "Jadi aku harus apa?
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti