"Saphire dari mana saja kamu? aku sendirian di sini." ucap Maria. Setelah pertemuan nya dengan Elgar, Saphire memutuskan untuk kembali menemui Maria. Sedangkan Elgar sendiri memilih untuk kembali lagi ke kelasnya sendiri. Dalam hati Saphire, sebenarnya ia merasa bimbang untuk menceritakan pada Maria atau tidak, tapi ia merasa takut kalau Maria akan memarahi nya dan enggan untuk berteman dengan nya lagi. Mungkin akan lebih baik untuk menyimpan nya lebih dulu, dan akan ia beru tahu pada Maria di waktu yang tepat dan tanpa ada yang di tutupi. "Saphire, kenapa diam? Apa sebelum nya ada masalah?" tanya Maria, karena melihat kawan nya itu melamun. "Tidak ada yang terjadi Maria, dan aku baik baik saja." ucap Saphire dengan senyuman supaya memperlihat kan bahwa ia baik baik saja. "Kalau terjadi sesuatu, aku harap kamu menceritakan nya. Mau itu aku bisa membantu atau tidak, setidaknya kamu sudah berbagi bersama ku." ujar Maria menggenggam tangan Saphire. Tentunya, Saphire terdiam dan me
Tujuan pertama mereka pergi ke pasar terbuka, di mana pasar tersebut di adakan pada daerah terbuka, tidak di dalam suatu ruangan. Jadi sangat cocok di datangi pada saat cuaca sedang sejuk seperti sekarang, walau sudah Sore. "Apa yang akan kita beli?" tanya Saphire. "Aku ingin membeli jagung manis." balas Maria, jagung manis salah satu makanan kesukaan Maria dan tidak pernah terlewatkan untuk membelinya. "Aku sudah mengira itu Maria." ucap Saphire.Perhatian Saphire teralih pada Miguel yang masih sibuk mencari sesuatu ke sana kemari. Entah apa yang di cari, atau hanya sekedar melihat lihat saja? "Miguel?" ujar Saphire, membuat lelaki tampan berkulit tan itu tersadar. "Ada apa Saphire?" tanya Miguel dengan wajah teduh nya. "Apa yang akan kamu beli di pasar?" tanya Saphire."Mungkin sesuatu yang unik dan sesuatu yang enak." balas Miguel. "Baiklah." "Bagimana dengan mu?" tanya Miguel balik."Aku akan membeli cemilan yang gurih saja sepertinya." balas Saphire."Sudah? ayo kita berbe
"Kau aku cari dari tadi ternyata ada di sini." Saphire mendekat pada Elgar yang tengah termenung sendirian di belakang Sekolah. Tempat itu sangat jarang di kunjungi oleh warga Sekolah sehingga sedikit kumuh dan tidak terawat. Dan Saphire merasakan lalu tahu betul kenapa kekasih nya itu berada di sini. Tangan lentik Saphire mengusap punggung tegap itu dengan kasih sayang "Kau, sudah melakukan semua usaha yang telah di persiapkan selama ini. Masih bisa latihan lagi ya, aku akan terus temani sampai kamu menjadi juara nya." Mendengar hal tersebut Elgar mengangkat pandangannya, menatap mata gadis yang di depannya itu begitu dalam "Aku janji bakal menang." ucap Elgar. Saphire menggeleng dan menangkup sepasang pipi Elgar "Engga apa apa, jangan di pikirkan hingga kamu terbebani kaya gini. Bangkit lagi, dan raih sama sama yaa." Elgar tidak dapat berkata-kata hanya gadis ini lah yang mamu membuatnya terdiam membuat kagum dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir ranum nan tipis it
"Kamu pulang sama siapa?" tanya Maria. Maria Senja, teman Saphire yang selalu bersama dari mulai awal masuk di Sekolah Royal ini, mereka begitu akrab hingga bagaikan saudara. Sekarang sudah memasuki waktu pulang Sekolah, dan juga kegiatan hari ini tidak begitu banyak karena penyambutan itu. "Sama Elgar." jawab Saphire. "Iya ya, aku selalu lupa kalau kamu sudah memiliki kekasih." "Udah mau jalan tiga tahun, masa kawan ku ini masih pelupa." ucap Saphire sambil terkekeh. "Iya maaf, aku salah." sesal Maria. Tak lama, ada mobil berwarna hitam mewah berhenti di depan mereka berdua. Saphire sudah kenal pasti sosok yang menjalankan mobil ini, senyum nya merekah karena setiap hal yang berhubungan dengan kekasih nya itu memberikan efek kebahagiaan tersendiri. "Aku duluan ya, kalau gitu. Atau mau bareng aja??" tanya Saphire menawarkan pada Maria. Sontak membuat Maria menggeleng, ia tidak mau satu tempat dengan Elgar pangeran Royal itu, karena Maria sendiri tidak kuat dengan
Sekarang Saphire sedang mengepang rambutnya lalu ia sampirkan ke bahu, masih ada anak anak rambut yang Saphire biarkan supaya menjadi pemanis saja. Kini ia memakai rok bermotif bunga dengan kaos putih polos berlengan panjang. "Udah siap." ucap Saphire di depan cermin, lebih memastikan ia kembali bercermin dan meyakin kan kalau dirinya sudah siap. Tujuan Saphire sampai berdandan hari ini adalah akan menemani Elgar latihan Anggar. Saphire juga sudah menyiapkan bekal untuk istirahat Elgar nanti. Saphire pergi dengan menaiki kendaraan umum kereta kuda, sudah ada beberapa penumpang juga menaiki kereta kuda yang sama. Memang di zaman ini, orang orang masih rajin menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, biasanya kebanyakan orang yang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil berarti orang itu adalah orang kaya raya, yang harta nya melimpah. Sebenarnya Saphire juga memiliki mobil di rumah, tapi mobil itu di pakai dinas oleh sang ayah ke Desa. Dan juga, kalau Saphire
Ternyata Elgar akan pulang lebih larut hari ini, dan Saphire berencana akan pulang mengingat ia hanya izin hingga sore hari saja. Elgar menyempatkan diri untuk mengantar Saphire hingga ke tempat mobil beserta supir nya berada. "Pak, anter Saphire pulang." ucap Elgar. "Baik Pangeran." bergegas sang supir menghidupkan mobil untuk di panaskan terlebih dahulu. Waktu tersebut di manfaatkan untuk waktu Elgar dan Saphire berbicara. "Besok ke Sekolah sendiri tidak apa?" tanya Elgar. "Kenapa?" itu hanya sekedar pertanyaan pada Elgar bukan seperti pertanyaan menuntut. "Kalau aku tidak bisa berurusan dengan mu, itu tandanya ada urusan untuk Anggar." ucap Elgar. "Jadi di hidup kamu hanya Aku dan Anggar saja??" tanya Saphire dengan senyum yang menggoda Elgar. "Lebih tepatnya untuk saat ini, kesibukan ku di isi dengan kamu dan Anggar." Elgat menjelaskan. "Ouh begitu, baiklah. Sampai ketemu besok kalau begitu Pangeran Mahkota." "Juga, sayang ku." Jangan tanya bagaimana keadaa
Bruk "Terima kasih ayah, sudah antar Sekolah." ucap Saphire dari luar mobil yang jendela nya terbuka. "Sudah tugas ayah, pulang nya jemput lagi?" tanya sang ayah. "Nanti Saphire kabarin." "Belajar yang giat." "Baik ayah, hati hati di jalan." Saphire berbalik melangkah memasuki Sekolah, sudah banyak yang datang karena memang kedisiplinan yang di tanam sedari awal, yang menjadi kebiasaan. Sebenarnya tidak banyak orang yang Saphire kenal, ia hanya keikut terkenal karena sang kekasih yang seorang putera mahkota itu. Dan apabila Elgar tidak bersama nya sekarang seperti ini, semua orang terlihat mengacuhkan nya dan seperti tidak melihat dirinya. Saohire awal nya berusaha untuk acuh tapi tatapan intimidasi itu tidak dapat ia hindari setiap hari nya. "Aku baru tau kalau Sekolah kita ada anak yang pake mobil rusak." Dari kalimat itu mengundang gelak tawa sekitar, satu per satu orang datang mengerubuni Saphire. Saphire sendiri tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, apa
"Aku bingung, menurut kamu bagus yang mana?" "Yang kanan atau yang kiri? aku engga bisa pilih soalnya menggemaskan semua." Elgar melihat kedua pin rambut yang berada di atas telapak tangan nya Saphire. Benar apa yang kata gadis nya itu bilang kalau kedua pin rambut itu sangat cocok untuk perempuan cantik seperti Saphire ini. "Ambil dua dua nya aja." ucap Elgat memberi keputusan. "Tapi takut engga ke pake salah satu nya." balas Saphire. "Kamu bisa pake bergantian." "Iya ya, kamu bener juga. Tadinya aku engga mau berlebihan, tapi kalau yang lucu lucu gini mana tahan haha." ujar Saphire, yang mampu menerbitkan senyum tipis dari Elgar. Setelah membayar, mereka berdua masuk kembali ke dalam mobil dan menuju rumah Saphire. Acara jalan jalan setelah sepulang Sekolah mereka harus batal karena terdapat panggilan mendadak dari pelatih Anggar Elgar, kalau ada latihan hari ini. "Engga apa apa ga jadi main?" tanya Elgar. "Engga apa apa, kamu harus latihan. Aku temenin yah?"