"Gissele bisa kalian tinggal di sini kalau kalian ada urusan. Dia juga tidak rewel kok, sama Mommy..." Dalena menatap Cassel dan Elsa, mereka hendak pergi ke tempat kerja masing-masing. Elsa harus membuka tokonya, dan Cassel juga harus ke rumah sakit. "Tidak papa Mom, biar Gissele dengan Elsa saja. Mommy pasti lelah nanti, Gissele sangat aktif sekali," ujar Elsa, gadis itu tidak mau merepotkan Dalena sedikitpun. Dalena menghela napasnya pelan. "Sudah Nak, nanti kau tidak fokus bekerja," ujar wanita itu. Mendengar Dalena yang begitu keras membujuk Elsa, akhirnya Cassel menoleh. "Biarkan saja Gissele dengan Mama, di sini juga ada Raccel. Tidak papa, jangan khawatir," ujar Cassel mengusap pundak Elsa. "Heem, baiklah kalau begitu." Elsa menatap putri kecilnya, gadis itu melambaikan tangannya pada Gissele yang kini digendong oleh Dalena."Mama sama Papa pergi dulu ya, Sayang ... nanti ke sini lagi, Gissele di rumah dengan Oma," ujar Cassel mengusap lembut pucuk kepala Gissele. "Iya
Sore ini Elsa menutup toko dengan bunga dengan cepat. Elsa ingin bergegas pulang dan bertemu dengan Gissele. Entah kenapa, ada rasa semangat tersendiri dalam dirinya saat dia mengingat tentang Gissele dan Cassel. "Oh ya ampun, toko hari ini ramai sekali ... aku sampai kuwalahan," ucap lirih Elsa sembari mengusap wajahnya pelan. Gadis itu menengok ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. "Cassel pasti sebentar lagi akan tiba," ujar Elsa lagi. Segera gadis itu bersiap keluar dari dalam toko dan sekalian menguncinya. Elsa membawa tas besarnya, dan beberapa box di dalam paper, berisi kue-kue untuk anak cantiknya. Sambil menunggu Cassel, kini Elsa duduk diam di sebuah bangku yang berada di depan tokonya. Gadis itu membuat beberapa kerajinan origami kupu-kupu dari sebuah kertas mengkilat warna-warni. "Elsa..." Suara Cassel membuat Elsa tersentak pelan. Gadis cantik itu mengangkat wajahnya dan dia langsung berdiri sambil memasukkan beberapa barang-barangnya ke dalam
Pernikahan yang beberapa hari ini menjadi sumber kegelisahan Elsa pun benar-benar terjadi dan terlaksana. Seperti yang pernah mereka minta pada kedua orang tua mereka, kalau pernikahan itu tidak diadakan di sebuah gedung megah dan pesta besar-besaran. Hanya pernikahan kecil yang dilaksanakan di waktu yang sangat singkat. "Sekarang kalian sudah menikah, kalian yakin tidak mau menggelar pesta?" tanya Dalena pada Cassel dan Elsa."Iya Nak, menikah itu sekali seumur hidup. Kami tidak mau kalian menyesal di kemudian hari karena tidak ada perayaan pernikahan?" Vania mencekal lengan Elsa dan menatap putrinya. Gadis itu menggelengkan kepalanya, bahkan gaun pernikahan mewah hanya dipakai untuk satu setengah jam saja, saat mereka berfoto-foto dan acara inti, setelah acara selesai, mereka langsung pulang dan Elsa mengganti pakaiannya dengan baju biasa. "Tidak perlu Ma, seperti ini saja Elsa sudah senang kok," jawab Elsa tersenyum tipis. Mereka pun kini berada di kediaman Damien. Di sana, Te
Hari sudah malam, Cassel kini tengah duduk di ruang keluarga bersama laptop di pangkuannya. Laki-laki itu memperhatikan istrinya yang tengah duduk berdua bersama putri kecil mereka dia ruang tengah. "Mama ... besok Gissele mau ikut Mama kerja, boleh?" pinta anak itu. "Iya, tentu saja. Memangnya kalau Gissele di rumah, Gissele mau diasuh sama Bibi?" tanya Elsa sembari memangku sang putri. "Emmm ... tidak mau, Gissele mau ikut Mama saja!" seru anak itu memegangi tangan sang Mama. Elsa terkekeh gemas. Lalu Gissele menoleh pada sang Papa yang sibuk dengan pekerjaannya. Anak manis itu berdiri di atas sofa. "Apa Papa juga bekerja, Ma?" "Heem. Kalau Papa tidak bekerja, nanti siapa yang beli susu buat Gissele?" "Oh iya! Gissele kan suka minum susu cokelat," ujar anak itu bertepuk-tepuk tangan dan wajahnya begitu cerah ceria. Mendengar ocehan mereka, tiba-tiba ada rasa senang tersendiri di hati Cassel. Laki-laki itu lantas menutup laptopnya, ia beranjak dari duduknya cepat dan melangk
Keesokan paginya, Elsa bangun lebih awal. Gadis itu masih baru saja menyibak selimutnya dan duduk di tepi ranjang. Elsa menoleh ke samping, dia tidak mendapati Gissele yang tidur di sampingnya. "Loh ... Gissele!" pekik Elsa yang kaget saat anaknya tidak ada. Elsa mendekati Cassel yang tidur di sebuah sofa besar yang berada di dalam kamar itu. "Cassel bangun, Cassel ... di mana Gissele?!" pekik Elsa. Cassel membuka kedua matanya dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Sssttt..." Cassel memintanya diam. Laki-laki itu membuka selimut yang menutup tubuhnya. Di sana, terdapat Gissele yang tidur tengkurap di atas tubuh Cassel meringkuk seperti bayi yang menggemaskan. "Dia menyusul ingin tidur denganku jam dua malam tadi," jawab laki-laki itu. "Astaga, Gissele ... Mama mencarimu ke mana-mana, Sayang," ujar Elsa mengusap pucuk kepala putrinya. Cassel tersenyum manis menatap ekspresi cemas Elsa."Jam berapa sekarang?" tanya laki-laki itu. "Emmm, jam enam," jawab Elsa. Laki
Jam menunjukkan pukul dua belas siang, Elsa menutup toko bunganya sementara untuk jam istirahat. Gadis itu kini berada di dapur bersama dengan Gissele yang akal-akalan membantunya memasak. "Mama mau masakin Gissele apa?" tanya anak itu."Mama ingin memasak jamur ini, dengan kuah," ujar Elsa menunjukkan sebungkus Jamur Enoki yang baru baru saja dia beli di supermarket pagi tadi. "Wahh ... Gissele tungguin ya, Ma!" seru putri kecilnya itu bertepuk tangan. Gissele benar-benar sangat bersemangat. Anak itu berlarian ke sana kemari dan merapikan bunga-bunga yang berantakan di toko Mamanya. Sampai akhir Gissele yang sedang asik sendiri, anak itu mengerjakan kedua matanya saat dia melihat seorang wanita mengetuk pintu kaca toko. Namun wanita itu tidak menyadari keberadaan Gissele di dalam sana. Anak perempuan bertubuh mungil, dengan balutan dress berwarna merah jambu itu, berlari ke belakang. "Mama ... Mama!" pekik Gissele keras-keras. "Iya Sayang, ada apa, Nak?" tanya Elsa menatap pu
Hari sudah gelap, jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Elsa belum menutup toko bunganya. Gadis itu menemani Gissele yang duduk menonton televisi. Elsa memindahkan kasurnya di depan, di dekat tempat kerjanya, supaya dia bisa mengawasi putrinya sambil bekerja. "Gissele kalau mengantuk tidur saja, Sayang," ujar Elsa pada si kecil. Anak itu memeluk boneka panda miliknya dan cemberut sambil memegang botol susunya. "Gissele mau tunggu Papa pulang, Mama," jawab anak itu masih setia menatap ke arah televisi menonton kartun kesukaannya. "Mungkin Papa akan pulang malam, Sayang..." "Tidak papa, Mama. Gissele tidak ngantuk kok," jawab anak itu. "Ya sudah, kalau begitu Mama lanjutkan bekerja dulu ya, Sayang..." "Heem," jawab anak itu menganggukkan kepalanya. Barulah Elsa beranjak dari kasur dan berjalan ke depan. Ia meraih beberapa ikatan bunga dan membersihkannya, Elsa juga sibuk mencatat banyak pesanan untuk besok. Bahkan beberapa pembeli juga datang dan pergi cukup ramai hari ini
Sesampainya di rumah, Cassel langsung bergegas membersihkan tubuhnya. Laki-laki itu keluar dari dalam kamar mandi, dia memperhatikan Elsa yang tengah menggendong Gissele. Anak perempuannya yang manja dan banyak maunya. Gissele ingin tidur digendong sang Mama malam ini, hal itu membuat Elsa harus menggendongnya. "Dia sudah tidur?" tanya Cassel mendekati Elsa. "Sudah, dia mengangguk berat selama perjalanan pulang," jawab gadis itu. Cassel meraih tubuh kecil Gissele dari gendongan Elsa. Dia membaringkan Gissele di atas ranjang dan menyelimutinya. Elsa hanya diam memperhatikan suami dan anaknya sebelum gadis itu mendekat. "Apa kau sudah makan?" tanya Elsa pada sang suami. "Belum, aku bisa membuat makanan sendiri nanti," jawab Cassel. "Tidak usah. Biar aku masakkan sekalian saja, ya..." "Istirahatlah, Elsa." Cassel menatapnya dengan sorot mata lembut. Dapat Elsa rasakan, kalau sosok Cassel yang sebenarnya adalah laki-laki yang sangat perhatian dan pengertian. Cassel beranjak dan
Sejak pagi hingga sore hari, di kediaman Keluarga Escalante sangat sibuk. Mereka menyiapkan pesta keluarga untuk malam ini. Hingga siang berganti malam, rumah megah berlantai dua itu nampak dihiasi dengan meriah lampu-lampu di luar rumah, maupun di dalam rumah. Dalena tersenyum melihat anak-anaknya berkumpul bersama. "Baru kali ini acara akhir tahun menjadi sangat meriah, iya kan, Sayang?" Dalena menoleh pada sang suami yang berdiri di sampingnya."Iya. Mungkin itu semua karena kita bisa melihat anak-anak kita, menantu kita, cucu kita berkumpul bersama. Sangat membahagiakan, Sayang." Damien merangkul pundak Dalena memperhatikan pemandangan ruangan di dalam rumah yang sudah dihias dengan indah oleh Cassel dan Nicholas sejak siang tadi. Sampai tiba-tiba saja, Elsa dan Gissele muncul dari arah lantai dua. Di sana nampak Gissele cemberut dan bersedekap dengan wajah kesalnya. "Ada apa, Sayang? Sini..." Damien melambaikan tangannya pada Gissele. Dalena juga ikut melambaikan tangannya
Salju turun cukup tebal kemarin, dan siang ini Cassel mengajak anak istrinya untuk pergi membelikan beberapa makanan, dan juga hadiah. Mereka akan menghabiskan beberapa hari di musim dingin bersama dengan keluarga Cassel. Mereka bertiga datang ke sebuah pusat perbelanjaan. Di sana, Gissele sibuk memilih mainan, camilan, dan hiasan-hiasan yang menarik perhatiannya. "Sayang, jangan mengambil gantungan banyak-banyak, nanti mau ditaruh di mana lagi?" Elsa merebut beberapa boneka gantung yang Gissele ambil. "Gissele mau itu, Ma!" seru bocah itu menunjuk ke sebuah lonceng-lonceng kecil. "Astaga ... untuk apa, Sayang?" Elsa mengusap wajahnya. "Sana, Gissele sama Papa saja. Minta gendong Papa." Anak itu cemberut. Kalau sudah bersama Papanya, dia tidak akan diturunkan dari stroller. Namun, meskipun dengan wajah protes, Gissele pun patuh dengan Elsa dan anak itu mendekati Cassel, meminta gendong dan meminta didudukkan di atas stroller miliknya. "Sudah ... Gissele duduk di sana saja, se
"Mommy dan Daddy ingin kalian menginap di sini. Kapan kalian bisa? Daddy ingin membuat party bersama kalian juga..." Suara di balik panggilan itu adalah suara Dalena yang kini bertanya pada Elsa dan Cassel. Setelah hampir tiga mingguan Cassel dan Elsa tidak datang ke kediaman orang tuanya karena sibuk. "Mungkin besok malam kita akan ke sana Mom, besok kan sudah mulai libur akhir tahun," jawab Cassel tersenyum."Iya. Janji ya, Nak ... Mommy sudah sangat kangen dengan Cucu cantik Mommy," ujar wanita itu. Cassel beranjak dari duduknya, laki-laki itu melangkah masuk ke dalam kamar. Dia menunjukkan kamera ponselnya ke arah Gissele yang kini tengah mengacau pekerjaan Elsa. Karena Elsa mempunyai banyak pesanan hingga menyentuh hampir seribu bouquet selama musim dingin ini, dia pun membawa beberapa bunga dan membentuknya di rumah. "Sayang, dicari Oma, katanya Oma kangen," ujar Cassel menyerahkan ponselnya pada Gissele.Anak cantik dengan rambut pirang cerah itu langsung melebarkan kedua
Pagi setelah menginap di tempat orang tua Cassel, esok harinya Elsa nampak sibuk di rumah. Gadis itu kini tampak bergelut dengan beberapa pekerjaan rumah, termasuk membuat banyak kue yang akan ia antarkan ke panti asuhan seperti biasa. "Mama buat kue banyak sekali? Mau dibawa ke panti, ya?" tanya Gissele yang kini membantu Mamanya memasukkan beberapa kue dalam sebuah box. "Iya Sayang. Tapi Gissele tidak usah ikut, ya ... Gissele di rumah saja dengan Tante Raccel dan Oma," ujar Elsa menatap putrinya. Dan dengan patuh Raccel menyetujui hal itu. Bukan tanpa alasan Raccel melarang putri kecilnya untuk ikut, melainkan sejak awal, pengurus panti meminta Elsa untuk tidak sering-sering lagi membawa Gissele ke panti, mereka takut Gissele ingat masa dulu dan tidak mau pulang lagi ke rumah. Anak perempuan itu mengangguk patuh, namun dia cemberut, seolah-olah dia memang tidak setuju dengan apa yang Mamanya pinta padanya. "Mama, hari ini Gissele mau pergi beli sepatu baru kata Papa," ujar an
Setelah kondisi Elsa kembali sehat, Cassel pun memutuskan untuk mengajak istrinya pergi jalan-jalan bersamanya dan putri mereka.Setelah puas menemani Gissele bermain di taman dan game zone, mereka bertiga kini pergi ke rumah orang tua Cassel. Kedatangan mereka disambut dengan sangat hangat, terlebih lagi di sana ada Raccel dan anak kembarnya. "Wahh, Cucu Oma akhirnya ke sini juga!" seru Dalena mengendong Gissele dan mengecup pipi gembul anak itu. "Gissele...!" Suara Raccel membuat Gissele menoleh, anak perempuan dengan dress merah muda itu langsung berlari ke arah Raccel di ruang tengah. Sementara Elsa, gadis itu meletakkan paper bag berisi makanan di atas meja, dan Cassel juga berjalan ke dapur mengambil minuman dingin. "Raccel di sini sejak kapan, Mom? Nicho ke mana?" tanya Cassel menatap sang Mama. "Nicholas sedang ada urusan kantor dengan Daddy, mereka ke luar kota, Sayang. Raccel memang sekarang Mommy minta untuk pindah ke sini, merawat Lovia dan Livia sendirian itu sangat
"Dokter Cassel, apakah ada jadwal yang lain lagi hari ini?" Cassel menoleh ke belakang saat rekannya bertanya, begitu Cassel keluar dari ruangan operasi. Cassel menggelengkan kepalanya. "Tidak dok. Aku akan pulang cepat hari ini karena istriku sedang sakit," jawab Cassel sembari tersenyum. "Oh begitu, baiklah..." Tanpa menjawab apapun lagi, Cassel segera bergegas keluar dari dalam ruangan itu dan ia berjalan ke arah ruangannya sendiri.Laki-laki dengan jas putih itu membuka ruangan pribadinya. Di sana, Cassel langsung meraih ponsel miliknya dan ia melihat apakah dirinya mendapatkan pesan dari Elsa atau tidak?Cassel menghela napasnya panjang dan tersenyum. Baru saja dia ingin melihat pesan, Elsa sudah memberikan kabar lebih dulu padanya."Hemm, tumben sekali dia memintaku membawakan makanan? Biasanya juga selalu menolak," gumam Cassel. Segera Cassel menghubungi Elsa. "Halo Sayang, kau ingin menitip makanan apa, hem?" tanya laki-laki itu. "Bukan aku. Tapi Gissele, dia ingin mela
Tak biasanya Gissele bangun saat hari masih petang. Anak kecil perempuan dengan rambut cokelat terang itu, sudah bermain di karpet tebal di bawah ranjang. Ocehannya yang sedang asik mengajak bonekanya berbincang itu membuat Cassel terbangun dari tidurnya tiba-tiba. Cassel yang memeluk Elsa pun sontak melepaskannya dan ia menoleh ke samping. "Loh, Gissele!" pekiknya lirih. "Papa ... Gissele di sini, Pa!" seru anak perempuan itu mengacungkan tangannya. Cassel menyergah napasnya pelan mengetahui putri kecilnya berada di bawah sana. Segera Cassel menyibak selimutnya dan berjalan mendekati Gissele yang duduk memegang mainannya. "Sayang, kenapa di sini? Ini masih petang, Gissele tidak mengantuk, hem?" tanya Cassel mengusap pucuk kepala putri kecilnya. Anak itu hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Sebelum akhirnya Gissele merangkak mengambil botol susu miliknya dan menyerahkan pada Cassel."Apa Sayang?" tanya Cassel menatap sang putri."Buatkan susu, Pa. Gissele mau minum susu," u
Elsa dan Cassel menuhi permintaan Luna untuk datang ke sebuah rumah makan mewah di sebuah hotel berbintang malam ini. Tentunya Elsa membawa Gissele yang kini tidak mau berjalan kaki, setelah punya stroller baru, dia ingin memamerkan stroller miliknya pada semua orang. Termasuk pada Nenek dan Kakeknya.Mereka bertiga pun kini baru saja masuk ke dalam restoran tersebut. "Emmm ... di mana, Ma?" tanya Gissele menoleh ke kanan dan ke kiri dalam kereta kecilnya. "Gissele Sayang!" pekik Luna melambaikan tangannya ke arah Elsa dan Cassel. Mereka pun menoleh. "Oh, ternyata di sana!" seru Elsa terkekeh.Segera Cassel mendorong stroller milik Gissele dan mereka berjalan mendekati meja di mana kedua orang tua Elsa berada. Luna dan suaminya pun berada di sana."Ya ampun, Cucu Nenek lucu sekali," seru Vania mengangkat tubuh mungil Gissele dari atas stroller."Naik kereta baru, Sayang? Punya kereta warnanya merah muda, bagus sekali..." Teddy ikut gembira dengan kedatangan Gissele. Elsa bersala
Elsa mengantarkan makan siang yang ia siapkan untuk Cassel siang ini. Bersama dengan Gissele, mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Semua rekan-rekan Cassel menyapa Elsa dengan ramahnya, karena mereka semua tahu siapa Elsa sebenarnya, yang tak lain adalah istri dari calon direktur rumah sakit. "Selamat siang Nyonya Elsa," sapa salah satu rekan kerja suaminya, dia adalah Dokter Agnes. "Selamat siang, Dokter Agnes ... emm, apa suami saya masih ada jadwal operasi?" tanya Elsa bertanya pada wanita si depannya itu. "Oh, sepertinya sudah selesai. Saya melihat beliau tadi berada di ruangannya," jawab Agnes. "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu..." "Iya Nyonya, silakan..."Elsa pun bergegas kembali mendorong stroller di mana Gissele duduk di dalam tempat itu sambil meminum susunya di dalam botol. Mereka berdua berjalan menuju ke arah ruangan kerja Cassel. Di sana, Elsa mengetuk pintu ruangan tersebut. Pintu itu tidak sepenuhnya ditutup. Hingga Cassel yang sedang beris