Sore ini Elsa menutup toko dengan bunga dengan cepat. Elsa ingin bergegas pulang dan bertemu dengan Gissele. Entah kenapa, ada rasa semangat tersendiri dalam dirinya saat dia mengingat tentang Gissele dan Cassel. "Oh ya ampun, toko hari ini ramai sekali ... aku sampai kuwalahan," ucap lirih Elsa sembari mengusap wajahnya pelan. Gadis itu menengok ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. "Cassel pasti sebentar lagi akan tiba," ujar Elsa lagi. Segera gadis itu bersiap keluar dari dalam toko dan sekalian menguncinya. Elsa membawa tas besarnya, dan beberapa box di dalam paper, berisi kue-kue untuk anak cantiknya. Sambil menunggu Cassel, kini Elsa duduk diam di sebuah bangku yang berada di depan tokonya. Gadis itu membuat beberapa kerajinan origami kupu-kupu dari sebuah kertas mengkilat warna-warni. "Elsa..." Suara Cassel membuat Elsa tersentak pelan. Gadis cantik itu mengangkat wajahnya dan dia langsung berdiri sambil memasukkan beberapa barang-barangnya ke dalam
Pernikahan yang beberapa hari ini menjadi sumber kegelisahan Elsa pun benar-benar terjadi dan terlaksana. Seperti yang pernah mereka minta pada kedua orang tua mereka, kalau pernikahan itu tidak diadakan di sebuah gedung megah dan pesta besar-besaran. Hanya pernikahan kecil yang dilaksanakan di waktu yang sangat singkat. "Sekarang kalian sudah menikah, kalian yakin tidak mau menggelar pesta?" tanya Dalena pada Cassel dan Elsa."Iya Nak, menikah itu sekali seumur hidup. Kami tidak mau kalian menyesal di kemudian hari karena tidak ada perayaan pernikahan?" Vania mencekal lengan Elsa dan menatap putrinya. Gadis itu menggelengkan kepalanya, bahkan gaun pernikahan mewah hanya dipakai untuk satu setengah jam saja, saat mereka berfoto-foto dan acara inti, setelah acara selesai, mereka langsung pulang dan Elsa mengganti pakaiannya dengan baju biasa. "Tidak perlu Ma, seperti ini saja Elsa sudah senang kok," jawab Elsa tersenyum tipis. Mereka pun kini berada di kediaman Damien. Di sana, Te
Hari sudah malam, Cassel kini tengah duduk di ruang keluarga bersama laptop di pangkuannya. Laki-laki itu memperhatikan istrinya yang tengah duduk berdua bersama putri kecil mereka dia ruang tengah. "Mama ... besok Gissele mau ikut Mama kerja, boleh?" pinta anak itu. "Iya, tentu saja. Memangnya kalau Gissele di rumah, Gissele mau diasuh sama Bibi?" tanya Elsa sembari memangku sang putri. "Emmm ... tidak mau, Gissele mau ikut Mama saja!" seru anak itu memegangi tangan sang Mama. Elsa terkekeh gemas. Lalu Gissele menoleh pada sang Papa yang sibuk dengan pekerjaannya. Anak manis itu berdiri di atas sofa. "Apa Papa juga bekerja, Ma?" "Heem. Kalau Papa tidak bekerja, nanti siapa yang beli susu buat Gissele?" "Oh iya! Gissele kan suka minum susu cokelat," ujar anak itu bertepuk-tepuk tangan dan wajahnya begitu cerah ceria. Mendengar ocehan mereka, tiba-tiba ada rasa senang tersendiri di hati Cassel. Laki-laki itu lantas menutup laptopnya, ia beranjak dari duduknya cepat dan melangk
Keesokan paginya, Elsa bangun lebih awal. Gadis itu masih baru saja menyibak selimutnya dan duduk di tepi ranjang. Elsa menoleh ke samping, dia tidak mendapati Gissele yang tidur di sampingnya. "Loh ... Gissele!" pekik Elsa yang kaget saat anaknya tidak ada. Elsa mendekati Cassel yang tidur di sebuah sofa besar yang berada di dalam kamar itu. "Cassel bangun, Cassel ... di mana Gissele?!" pekik Elsa. Cassel membuka kedua matanya dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Sssttt..." Cassel memintanya diam. Laki-laki itu membuka selimut yang menutup tubuhnya. Di sana, terdapat Gissele yang tidur tengkurap di atas tubuh Cassel meringkuk seperti bayi yang menggemaskan. "Dia menyusul ingin tidur denganku jam dua malam tadi," jawab laki-laki itu. "Astaga, Gissele ... Mama mencarimu ke mana-mana, Sayang," ujar Elsa mengusap pucuk kepala putrinya. Cassel tersenyum manis menatap ekspresi cemas Elsa."Jam berapa sekarang?" tanya laki-laki itu. "Emmm, jam enam," jawab Elsa. Laki
Jam menunjukkan pukul dua belas siang, Elsa menutup toko bunganya sementara untuk jam istirahat. Gadis itu kini berada di dapur bersama dengan Gissele yang akal-akalan membantunya memasak. "Mama mau masakin Gissele apa?" tanya anak itu."Mama ingin memasak jamur ini, dengan kuah," ujar Elsa menunjukkan sebungkus Jamur Enoki yang baru baru saja dia beli di supermarket pagi tadi. "Wahh ... Gissele tungguin ya, Ma!" seru putri kecilnya itu bertepuk tangan. Gissele benar-benar sangat bersemangat. Anak itu berlarian ke sana kemari dan merapikan bunga-bunga yang berantakan di toko Mamanya. Sampai akhir Gissele yang sedang asik sendiri, anak itu mengerjakan kedua matanya saat dia melihat seorang wanita mengetuk pintu kaca toko. Namun wanita itu tidak menyadari keberadaan Gissele di dalam sana. Anak perempuan bertubuh mungil, dengan balutan dress berwarna merah jambu itu, berlari ke belakang. "Mama ... Mama!" pekik Gissele keras-keras. "Iya Sayang, ada apa, Nak?" tanya Elsa menatap pu
Hari sudah gelap, jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Elsa belum menutup toko bunganya. Gadis itu menemani Gissele yang duduk menonton televisi. Elsa memindahkan kasurnya di depan, di dekat tempat kerjanya, supaya dia bisa mengawasi putrinya sambil bekerja. "Gissele kalau mengantuk tidur saja, Sayang," ujar Elsa pada si kecil. Anak itu memeluk boneka panda miliknya dan cemberut sambil memegang botol susunya. "Gissele mau tunggu Papa pulang, Mama," jawab anak itu masih setia menatap ke arah televisi menonton kartun kesukaannya. "Mungkin Papa akan pulang malam, Sayang..." "Tidak papa, Mama. Gissele tidak ngantuk kok," jawab anak itu. "Ya sudah, kalau begitu Mama lanjutkan bekerja dulu ya, Sayang..." "Heem," jawab anak itu menganggukkan kepalanya. Barulah Elsa beranjak dari kasur dan berjalan ke depan. Ia meraih beberapa ikatan bunga dan membersihkannya, Elsa juga sibuk mencatat banyak pesanan untuk besok. Bahkan beberapa pembeli juga datang dan pergi cukup ramai hari ini
Sesampainya di rumah, Cassel langsung bergegas membersihkan tubuhnya. Laki-laki itu keluar dari dalam kamar mandi, dia memperhatikan Elsa yang tengah menggendong Gissele. Anak perempuannya yang manja dan banyak maunya. Gissele ingin tidur digendong sang Mama malam ini, hal itu membuat Elsa harus menggendongnya. "Dia sudah tidur?" tanya Cassel mendekati Elsa. "Sudah, dia mengangguk berat selama perjalanan pulang," jawab gadis itu. Cassel meraih tubuh kecil Gissele dari gendongan Elsa. Dia membaringkan Gissele di atas ranjang dan menyelimutinya. Elsa hanya diam memperhatikan suami dan anaknya sebelum gadis itu mendekat. "Apa kau sudah makan?" tanya Elsa pada sang suami. "Belum, aku bisa membuat makanan sendiri nanti," jawab Cassel. "Tidak usah. Biar aku masakkan sekalian saja, ya..." "Istirahatlah, Elsa." Cassel menatapnya dengan sorot mata lembut. Dapat Elsa rasakan, kalau sosok Cassel yang sebenarnya adalah laki-laki yang sangat perhatian dan pengertian. Cassel beranjak dan
"Papa tidak boleh pergi bekerja, ayo main sama Gissele saja, Pa!" Suara tangisan itu memenuhi kamar di lantai dua. Gissele marah-marah melarang Cassel pergi. Tapi, Papanya harus tetap berangkat meskipun waktu masih subuh. Elsa pun membujuk putri kecilnya dengan susah payah. "Sayang, Papa harus berangkat. Nanti kita ke rumah sakit, kita temui Papa di sana, bagaimana?" tawar sang Mama. Gissele memeluk Elsa dan anak itu menangis keras-keras. Cassel pun yang buru-buru, dia menyempatkan mendekati putri kecilnya. "Papa berangkat dulu, Sayang. Maafkan Papa ya, Nak..." Gissele tidak menjawab. Cassel menatap Elsa yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir. "Cepatlah berangkat, jangan khawatirkan Gissele," ujar Elsa sambil berjalan mengekori Cassel keluar dari dalam kamar. "Heem. Oh ya ... apa kau nanti bisa datang ke rumah sakit mengantarkan sarapan untukku?" tanya Cassel pada Elsa. Sejenak Elsa diam, antara kaget dan berpikir apakah dia tidak salah mendengar? Namun gadis itu mengge