Jam menunjukkan pukul dua belas siang, Elsa menutup toko bunganya sementara untuk jam istirahat. Gadis itu kini berada di dapur bersama dengan Gissele yang akal-akalan membantunya memasak. "Mama mau masakin Gissele apa?" tanya anak itu."Mama ingin memasak jamur ini, dengan kuah," ujar Elsa menunjukkan sebungkus Jamur Enoki yang baru baru saja dia beli di supermarket pagi tadi. "Wahh ... Gissele tungguin ya, Ma!" seru putri kecilnya itu bertepuk tangan. Gissele benar-benar sangat bersemangat. Anak itu berlarian ke sana kemari dan merapikan bunga-bunga yang berantakan di toko Mamanya. Sampai akhir Gissele yang sedang asik sendiri, anak itu mengerjakan kedua matanya saat dia melihat seorang wanita mengetuk pintu kaca toko. Namun wanita itu tidak menyadari keberadaan Gissele di dalam sana. Anak perempuan bertubuh mungil, dengan balutan dress berwarna merah jambu itu, berlari ke belakang. "Mama ... Mama!" pekik Gissele keras-keras. "Iya Sayang, ada apa, Nak?" tanya Elsa menatap pu
Hari sudah gelap, jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Elsa belum menutup toko bunganya. Gadis itu menemani Gissele yang duduk menonton televisi. Elsa memindahkan kasurnya di depan, di dekat tempat kerjanya, supaya dia bisa mengawasi putrinya sambil bekerja. "Gissele kalau mengantuk tidur saja, Sayang," ujar Elsa pada si kecil. Anak itu memeluk boneka panda miliknya dan cemberut sambil memegang botol susunya. "Gissele mau tunggu Papa pulang, Mama," jawab anak itu masih setia menatap ke arah televisi menonton kartun kesukaannya. "Mungkin Papa akan pulang malam, Sayang..." "Tidak papa, Mama. Gissele tidak ngantuk kok," jawab anak itu. "Ya sudah, kalau begitu Mama lanjutkan bekerja dulu ya, Sayang..." "Heem," jawab anak itu menganggukkan kepalanya. Barulah Elsa beranjak dari kasur dan berjalan ke depan. Ia meraih beberapa ikatan bunga dan membersihkannya, Elsa juga sibuk mencatat banyak pesanan untuk besok. Bahkan beberapa pembeli juga datang dan pergi cukup ramai hari ini
Sesampainya di rumah, Cassel langsung bergegas membersihkan tubuhnya. Laki-laki itu keluar dari dalam kamar mandi, dia memperhatikan Elsa yang tengah menggendong Gissele. Anak perempuannya yang manja dan banyak maunya. Gissele ingin tidur digendong sang Mama malam ini, hal itu membuat Elsa harus menggendongnya. "Dia sudah tidur?" tanya Cassel mendekati Elsa. "Sudah, dia mengangguk berat selama perjalanan pulang," jawab gadis itu. Cassel meraih tubuh kecil Gissele dari gendongan Elsa. Dia membaringkan Gissele di atas ranjang dan menyelimutinya. Elsa hanya diam memperhatikan suami dan anaknya sebelum gadis itu mendekat. "Apa kau sudah makan?" tanya Elsa pada sang suami. "Belum, aku bisa membuat makanan sendiri nanti," jawab Cassel. "Tidak usah. Biar aku masakkan sekalian saja, ya..." "Istirahatlah, Elsa." Cassel menatapnya dengan sorot mata lembut. Dapat Elsa rasakan, kalau sosok Cassel yang sebenarnya adalah laki-laki yang sangat perhatian dan pengertian. Cassel beranjak dan
"Papa tidak boleh pergi bekerja, ayo main sama Gissele saja, Pa!" Suara tangisan itu memenuhi kamar di lantai dua. Gissele marah-marah melarang Cassel pergi. Tapi, Papanya harus tetap berangkat meskipun waktu masih subuh. Elsa pun membujuk putri kecilnya dengan susah payah. "Sayang, Papa harus berangkat. Nanti kita ke rumah sakit, kita temui Papa di sana, bagaimana?" tawar sang Mama. Gissele memeluk Elsa dan anak itu menangis keras-keras. Cassel pun yang buru-buru, dia menyempatkan mendekati putri kecilnya. "Papa berangkat dulu, Sayang. Maafkan Papa ya, Nak..." Gissele tidak menjawab. Cassel menatap Elsa yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir. "Cepatlah berangkat, jangan khawatirkan Gissele," ujar Elsa sambil berjalan mengekori Cassel keluar dari dalam kamar. "Heem. Oh ya ... apa kau nanti bisa datang ke rumah sakit mengantarkan sarapan untukku?" tanya Cassel pada Elsa. Sejenak Elsa diam, antara kaget dan berpikir apakah dia tidak salah mendengar? Namun gadis itu mengge
Setelah Cassel mengenalkan Elsa dan Gissele pada beberapa temannya, kini mereka bertiga berada di sebuah tempat khusus untuk beristirahat. Cassel duduk di samping Elsa yang sedang memangku Gissele. Anak kecil itu sibuk melihat air mancur di taman rumah sakit. "Sepertinya ada yang ketinggalan," ucap Elsa saat membukakan kotak bekal untuk suaminya. "Buahnya lupa! Ya ampun ... padahal aku sudah memotong beberapa buah di dalam kotak!" Elsa menepuk keningnya, hingga Cassel terkekeh pelan. "Sudah, tidak papa. Ini juga sudah cukup," jawab Cassel menatap Elsa dan tersenyum. Wajah gadis itu nampak sedikit kecewa. Sampai akhirnya Cassel memakan sarapan yang Elsa buatkan untuknya. Gadis itu memperhatikan Cassel yang sedang makan, entah kenapa dia sangat cepat saat makan. "Cepat sekali," ujar Elsa terkekeh. "Masih ada dua pasien lagi yang harus aku cek sebelum jadwal operasi," jawab Cassel meminum air mineral di dalam botol. Elsa mengangguk kecil, gadis itu tiba-tiba membuka tas yang ia
"Mama, Gissele mau bantu ... Gissele bantuin Mama!" Anak perempuan itu merecoki Elsa yang tengah melayani pembeli bouquet bunga. Dan anak kecil menggemaskan itu disukai para pembeli yang datang. Karena selain pintar dan menggemaskan, Gissele juga sangat ramah dan selalu mengucapkan terima kasih pada semua orang yang datang ke toko bunga milik Gissele. "Sayang, Gissele duduk saja di kursinya Mama. Jangan ribut jalan-jalan di sini ... biar Mama yang menata bunga-bunganya, terus Gissele duduk di sana," perintah Elsa pada si kecil. Meskipun awalnya Gissele cemberut, namun anak itu berjalan ke arah kursi dan duduk di sana dengan tenang. Dia merapikan beberapa bunga yang berada di lantai. Sedangkan Elsa menemani pembeli memilih bunga dan nenawar-nawarkan. Sampai tiba-tiba seseorang datang ke toko milik Elsa. Seorang wanita membawa paper bag besar, baru saja turun dari dalam mobil berwarna putih. Gissele yang melihat kedatangan wanita itu, dia pun langsung cepat-cepat turun dari kursi
Jam menunjukkan pukul setengah tiga dini hari, Cassel terbangun dari tidurnya saat laki-laki itu mendengar suara sesuatu di tempat kerja Elsa. Namun, saat Cassel benar-benar bangun, ia melihat Elsa yang tengah sibuk menata beberapa bouquet bunga di atas meja, dan membuat bouquet bunga lagi hingga dia sudah mendapat banyak. "Kenapa tidak dibuat nanti kalau sudah pagi saja?" tanya Cassel menatap istrinya. Elsa hanya menoleh dan gadis itu tersenyum tipis. "Ini pesanan untuk anak sekolah, jadi aku harus membuatnya lebih awal," jawab Elsa, dia benar-benar terlihat sangat sibuk. Dan Cassel pun bergegas bangun, dia berjalan ke belakang dan mencuci mukanya sebelum melangkah kembali mendekati Elsa. "Aku harus bantu apa, ini?" tanya laki-laki itu. "Hah?" Elsa mengangkat wajahnya. Cassel menarik kursi dan duduk di samping Elsa. "Aku ingin membantumu, Elsa..." Elsa memperhatikan wajah Cassel, laki-laki itu terlihat sangat serius dan ingin membantunya. Lantas, Elsa meletakkan beberapa ke
Cassel mengajak Luna masuk ke dalam toko bunga milik Elsa. Di sana, Elsa dengan baik hati memberikan Luna segelas air minum. Nampak Gissele yang terus menerus menatap ke arah Luna yang kini masih bersama dengan Cassel. "Pa, Tante ini siapa?" tanya Gissele menatap sang Papa. "Ini Tante Luna, Sayang..." Luna melambaikan tangannya pada Gissele. "Hai anak manis, cantik sekali," sapanya. Gissele tidak mau membalasnya, dia malah berjalan ke arah Elsa yang kini duduk di sofa. Wajah Elsa sama sekali tidak menunjukkan sebuah keakraban. Terlebih lagi Luna duduk di samping Cassel. "Kak Luna dari mana? Kenapa bisa dikejar oleh dua orang tadi?" tanya Elsa menatapnya. "Aku ... aku tadinya mau pulang ke apartemen, tapi mereka ada di depan pintu apartemen, aku sangat takut dengan mereka," ujar Luna menunjukkan ekspresi sedihnya. "Apa mereka semua orang suruhan Kak Anton?" tanya Elsa lagi.Seketika Luna mengangguk. "Heem, aku tahu mereka pasti disuruh oleh Anton, siapa lagi memangnya yang ber