Sesampainya di rumah, Cassel langsung bergegas membersihkan tubuhnya. Laki-laki itu keluar dari dalam kamar mandi, dia memperhatikan Elsa yang tengah menggendong Gissele. Anak perempuannya yang manja dan banyak maunya. Gissele ingin tidur digendong sang Mama malam ini, hal itu membuat Elsa harus menggendongnya. "Dia sudah tidur?" tanya Cassel mendekati Elsa. "Sudah, dia mengangguk berat selama perjalanan pulang," jawab gadis itu. Cassel meraih tubuh kecil Gissele dari gendongan Elsa. Dia membaringkan Gissele di atas ranjang dan menyelimutinya. Elsa hanya diam memperhatikan suami dan anaknya sebelum gadis itu mendekat. "Apa kau sudah makan?" tanya Elsa pada sang suami. "Belum, aku bisa membuat makanan sendiri nanti," jawab Cassel. "Tidak usah. Biar aku masakkan sekalian saja, ya..." "Istirahatlah, Elsa." Cassel menatapnya dengan sorot mata lembut. Dapat Elsa rasakan, kalau sosok Cassel yang sebenarnya adalah laki-laki yang sangat perhatian dan pengertian. Cassel beranjak dan
"Papa tidak boleh pergi bekerja, ayo main sama Gissele saja, Pa!" Suara tangisan itu memenuhi kamar di lantai dua. Gissele marah-marah melarang Cassel pergi. Tapi, Papanya harus tetap berangkat meskipun waktu masih subuh. Elsa pun membujuk putri kecilnya dengan susah payah. "Sayang, Papa harus berangkat. Nanti kita ke rumah sakit, kita temui Papa di sana, bagaimana?" tawar sang Mama. Gissele memeluk Elsa dan anak itu menangis keras-keras. Cassel pun yang buru-buru, dia menyempatkan mendekati putri kecilnya. "Papa berangkat dulu, Sayang. Maafkan Papa ya, Nak..." Gissele tidak menjawab. Cassel menatap Elsa yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir. "Cepatlah berangkat, jangan khawatirkan Gissele," ujar Elsa sambil berjalan mengekori Cassel keluar dari dalam kamar. "Heem. Oh ya ... apa kau nanti bisa datang ke rumah sakit mengantarkan sarapan untukku?" tanya Cassel pada Elsa. Sejenak Elsa diam, antara kaget dan berpikir apakah dia tidak salah mendengar? Namun gadis itu mengge
Setelah Cassel mengenalkan Elsa dan Gissele pada beberapa temannya, kini mereka bertiga berada di sebuah tempat khusus untuk beristirahat. Cassel duduk di samping Elsa yang sedang memangku Gissele. Anak kecil itu sibuk melihat air mancur di taman rumah sakit. "Sepertinya ada yang ketinggalan," ucap Elsa saat membukakan kotak bekal untuk suaminya. "Buahnya lupa! Ya ampun ... padahal aku sudah memotong beberapa buah di dalam kotak!" Elsa menepuk keningnya, hingga Cassel terkekeh pelan. "Sudah, tidak papa. Ini juga sudah cukup," jawab Cassel menatap Elsa dan tersenyum. Wajah gadis itu nampak sedikit kecewa. Sampai akhirnya Cassel memakan sarapan yang Elsa buatkan untuknya. Gadis itu memperhatikan Cassel yang sedang makan, entah kenapa dia sangat cepat saat makan. "Cepat sekali," ujar Elsa terkekeh. "Masih ada dua pasien lagi yang harus aku cek sebelum jadwal operasi," jawab Cassel meminum air mineral di dalam botol. Elsa mengangguk kecil, gadis itu tiba-tiba membuka tas yang ia
"Mama, Gissele mau bantu ... Gissele bantuin Mama!" Anak perempuan itu merecoki Elsa yang tengah melayani pembeli bouquet bunga. Dan anak kecil menggemaskan itu disukai para pembeli yang datang. Karena selain pintar dan menggemaskan, Gissele juga sangat ramah dan selalu mengucapkan terima kasih pada semua orang yang datang ke toko bunga milik Gissele. "Sayang, Gissele duduk saja di kursinya Mama. Jangan ribut jalan-jalan di sini ... biar Mama yang menata bunga-bunganya, terus Gissele duduk di sana," perintah Elsa pada si kecil. Meskipun awalnya Gissele cemberut, namun anak itu berjalan ke arah kursi dan duduk di sana dengan tenang. Dia merapikan beberapa bunga yang berada di lantai. Sedangkan Elsa menemani pembeli memilih bunga dan nenawar-nawarkan. Sampai tiba-tiba seseorang datang ke toko milik Elsa. Seorang wanita membawa paper bag besar, baru saja turun dari dalam mobil berwarna putih. Gissele yang melihat kedatangan wanita itu, dia pun langsung cepat-cepat turun dari kursi
Jam menunjukkan pukul setengah tiga dini hari, Cassel terbangun dari tidurnya saat laki-laki itu mendengar suara sesuatu di tempat kerja Elsa. Namun, saat Cassel benar-benar bangun, ia melihat Elsa yang tengah sibuk menata beberapa bouquet bunga di atas meja, dan membuat bouquet bunga lagi hingga dia sudah mendapat banyak. "Kenapa tidak dibuat nanti kalau sudah pagi saja?" tanya Cassel menatap istrinya. Elsa hanya menoleh dan gadis itu tersenyum tipis. "Ini pesanan untuk anak sekolah, jadi aku harus membuatnya lebih awal," jawab Elsa, dia benar-benar terlihat sangat sibuk. Dan Cassel pun bergegas bangun, dia berjalan ke belakang dan mencuci mukanya sebelum melangkah kembali mendekati Elsa. "Aku harus bantu apa, ini?" tanya laki-laki itu. "Hah?" Elsa mengangkat wajahnya. Cassel menarik kursi dan duduk di samping Elsa. "Aku ingin membantumu, Elsa..." Elsa memperhatikan wajah Cassel, laki-laki itu terlihat sangat serius dan ingin membantunya. Lantas, Elsa meletakkan beberapa ke
Cassel mengajak Luna masuk ke dalam toko bunga milik Elsa. Di sana, Elsa dengan baik hati memberikan Luna segelas air minum. Nampak Gissele yang terus menerus menatap ke arah Luna yang kini masih bersama dengan Cassel. "Pa, Tante ini siapa?" tanya Gissele menatap sang Papa. "Ini Tante Luna, Sayang..." Luna melambaikan tangannya pada Gissele. "Hai anak manis, cantik sekali," sapanya. Gissele tidak mau membalasnya, dia malah berjalan ke arah Elsa yang kini duduk di sofa. Wajah Elsa sama sekali tidak menunjukkan sebuah keakraban. Terlebih lagi Luna duduk di samping Cassel. "Kak Luna dari mana? Kenapa bisa dikejar oleh dua orang tadi?" tanya Elsa menatapnya. "Aku ... aku tadinya mau pulang ke apartemen, tapi mereka ada di depan pintu apartemen, aku sangat takut dengan mereka," ujar Luna menunjukkan ekspresi sedihnya. "Apa mereka semua orang suruhan Kak Anton?" tanya Elsa lagi.Seketika Luna mengangguk. "Heem, aku tahu mereka pasti disuruh oleh Anton, siapa lagi memangnya yang ber
Beberapa menit sebelumnya...Cassel berjalan dengan kelima rekan dokternya di dalam sebuah rumah makan. Mereka baru saja membahas tentang urusan rumah sakit dan juga beberapa hal penting lainnya. Mereka berlima memilih tempat yang berada di dekat dinding kaca dan memesan makanan dan juga minuman. "Dokter Cassel memang paling cocok untuk menjadi direktur utama di rumah sakit kita, karena selain peranan penting keluarga Escalante yang bertahun-tahun menaungi perkembangan rumah sakit, di sisi lain, Dokter Cassel adalah orang yang hebat," ujar Dokter Marisa menatap Cassel dengan penuh kekaguman. "Awalnya saya masih berpikir kalau saya terlalu muda untuk hal ini," jawab Cassel. "Usia hanyalah angka, kau memang sangat hebat dan luar biasa, Cassel!" seru Dokter Fredi menepuk-nepuk pundak Cassel. Cassel hanya tersenyum saja. Namun, tiba-tiba Jonas menepuk kuat pundak kirinya. "Cassel, itu kan istrimu!" seru Jonas menunjuk ke arah toko di seberang jalan. Kedua mata Cassel menyipit, dan
Setelah dibelikan stroller baru oleh Papanya, malam ini Gissele begadang. Sampai pukul sebelas di belum tidur, anak itu masih duduk di dalam stroller-nya sambil meminum susunya dan menonton acara kartun. Elsa yang menemaninya, dia sampai mengantuk dan beberapa kali tertidur, namun kembali terbangun lagi. "Sayang, bobo yuk ... Mama sudah mengantuk, Nak," bujuk Elsa pada si kecil. "Gissele mau bobo di sini saja, Ma," jawab anak itu meringkuk di dalam stroller-nya.Hal itu membuat Elsa terkekeh. "Memangnya berani tidur di sini sendiri? Mama mau tidur di kamar," ujar sang Mama.Gissele menggeleng-gelengkan kepalanya, barulah Elsa beranjak dari duduknya dan mendorong stroller itu ke ke kanan dan ke kiri. Mondar-mandir dari ruang tamu hingga sampai ke ruang keluarga di dekat tangga, dan melewati ruangan kerja Cassel. Berkali-kali hingga kaki Elsa terasa sangat pegal. Sampai akhirnya pintu ruangan kerja Cassel terbuka, dan laki-laki itu muncul menatap istrinya yang masih bernyanyi-nyany