Alisha Fairuzah terbiasa bangun untuk sholat tahajud setelah itu membaca Al-qur’an sampai subuh. Dia merasa sangat lelah tetapi dia paham bahwa lelah ini bukan menjadi penghalang untuk dirinya melakukan ibadah seperti biasanya. Dia bertanya-tanya apakah Shaka bangun juga dan sholat. Setelah subuhan, dia keluar untuk membuatkan sarapan untuk suaminya. Ternyata keadaan sepi. Bahkan banyak lampu yang masih dimatikan. Dia menyalakan beberapa lampu.
“Mbak Alisha Fairuzah sudah bangun?” tanya Sena terkejut.
“Ya. Dimana Mas Shaka?” tanya Alisha Fairuzah.
“Beliau belum bangun mba,” jawab Sena.
“Apa?” kaget Alisha Fairuzah. “Kan sudah waktunya untuk sholat subuh kenapa dia belum bangun?”
Sena terdiam. Dia melihat ke arah lain seraya tersenyum canggung. “Soal itu..”
Sena bingung harus memberitahukan kepada Alisha Fairuzah bagaimana. Pasalnya majikannya itu hampir tidak pernah sholat. Dia selalu bangun pukul setengah delapan.
“Nggak usah menjawabnya mbak. Tolong mbak tunjukkan saja padaku dimana kamarnya Mas Shaka,” kata Alisha Fairuzah tenang.
Sena mengangguk kemudian mengantarkan Alisha Fairuzah ke kamar Shaka. Kamarnya Shaka ternyata berada di lantai atas.
“Mbak boleh pergi. Terima kasih,” kata Alisha Fairuzah.
Sena menganggukkan kepalanya.
Alisha Fairuzah mengetuk pintu kamar Shaka Yar Nigar. “Mas Shaka! Mas! Bangun! Sholat dulu! Mas Shaka ayo bangun! Mas bangun dulu mas!”
Pintu tidak dibuka-buka. Alisha Fairuzah akhirnya berteriak. “Mas Shaka ayo sholat dulu! Mas Shaka! Mas! Mas Shaka!”
Teriakan Alisha Fairuzah membuat penghuni rumah yang masih tidur menjadi terbangun. Shaka Yar Nigar ikut terganggu juga.
Rayanka, pengawal pribadi, Shaka Yar Nigar, menghampiri Alisha Fairuzah. “Nyonya, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Apalagi. Membangunkan suami untuk sholat subuh,” jawab Alisha Fairuzah.
“Tuan muda nggak sholat.”
“Eh?” Alisha Fairuzah tersentak. “Dia…muslim kan?”
Alisha Fairuzah khawatir kalau ternyata Shaka Yar Nigar berbeda agama dengannya.
“Iya tapi dia enggak sholat.”
Alisha Fairuzah sangat syok mendengar jawaban Rayanka. Dia memperhatikan Rayanka juga tampaknya baru bangun tidur.
“Kamu juga belum sholat?”
Rayanka diam sejenak kemudian menggelengkan kepalanya. “Pokoknya nyonya jangan mengganggu tuan muda! Beliau sangat sensitif. Merepotkan kalau beliau sampai marah. Sebaiknya nyonya pergi.”
“Sebagai istri yang baik, aku nggak bisa ngebiarin kebiasaannya seperti itu. Kamu juga sebaiknya sholat dulu!” tukas Alisha Fairuzah dengan sedikit tegas.
“Tuan muda bisa benar-benar marah jika nyonya terus mencoba membangunkannya!”
“Aku nggak takut sama sekali. Dia sebenarnya nggak punya alasan buat marah malah justru berterima kasih pada diriku karena sudah membangunkannya!” tukas Alisha Fairuzah dengan percaya diri.
Rayankan sedikit terkejut dengan jawaban Alisha Fairuzah. Dia bertanya-tanya dari mana asal rasa percaya diri yang ada di dalam Alisha Fairuzah itu?
“Tunggu apalagi?” tanya Alisha Fariuzah pada Rayankan tanpa menatap pria itu. “Jangan membuang-buang waktumu disini buat menghentikanku, Rayanka! Karena mau apapun yang kamu lakukan padaku buat menghentikan tindakanku ini, nggak akan berguna! Aku berdiri disini, dengan niat baik buat suamiku. Kalau kamu benar-benar peduli sama majikanmu, kamu pastinya nggak akan menghentikanku.”
Akhirnya Rayanka memutuskan untuk pergi karena merasa tidak nyaman berurusan dengan Alisha Fairuzah yang entah kenapa semakin lama auranya semakin dingin. Dia berpesan pada Alisha Fairuzah. “Intinya sebaiknya jangan mengganggu tuan muda kalau nyonya nggak mau menerima akibatnya.”
Alisha Fairuzah enggan mendengarkan kata-kata Rayanka. Dia tetap membangunkan Shaka Yar Nigar. Akibat teriakannya yang terus mengalun berulang kali, Shaka Yar Nigar membuka pintu kamarnya dengan kemarahan luar biasa tercetak jelas di wajahnya.
Shaka Yar Nigar tidak mengenakan atasan sama sekali. Alisha Fairuzah langsung balik badan tetapi dia segera mengintip ke suaminya lagi.
"Mas?" panggil Alisha Fairuzah lembut. "Sholat subuh dulu!”
Padahal Shaka Yar Nigar semarah itu, tetapi Alisha Fairuzah justru mengajaknya berbicara. Kalau para pelayan yang berhadapan, mereka lebih memilih cabut.
Ekspresi Shaka Yar Nigar tampak gelap. “Apa menurutmu aku membutuhkanmu untuk memberitahuku bagaimana menjalani hidupku?”
Kata-katanya sangat dingin.
Alisha Fairuzah kehilangan kata-kata sejenak terhadap respon suaminya.
“Kenapa Mas Shaka bilang begitu? Aku hanya berusaha menjadi istri yang baik, Mas.”
Shaka Yar Nigar berteriak memanggil semua orang di rumahnya. Semuanya segera berdiri di depan Shaka Yar Nigar, mereka tampak cemas.
“Kalian semua dipecat! Kalau masih mau bertahan disini, jangan biarkan wanita ini mengganggu waktuku! Tapi nggak ada maaf untukmu sama sekali, Rayanka! Kau pikir aku nggak dengar apa yang kau bicarakan sama wanita murahan ini? Pastikan kau nggak lagi menginjak rumahku setelah aku selesai bersiap.”
Semua orang kaget.
“Tuan muda, anda bercanda kan?” Rayanka maju. Ekspresinya frustasi.
Seketika Alisha Fairuzah merasa bersalah.
“Aku tarik kembali kata-kataku yang menganggapmu pengawal yang cukup terampil ternyata kau sangat nggak becus dan nggak berguna!”
Alisha Fairuzah maju lebih dekat ke suaminya untuk menghentikannya berbicara karena dikhawatirkan menyakiti hati Rayanka. Shaka Yar Nigar merasakan istrinya mendekat dan langsung membanting pintu kamarnya.
Alisha Fairuzah membeku selama beberapa saat setelah terlonjak kaget. Dia menoleh ke Rayanka. Dia menghampirinya kemudian menundukkan kepalanya. “Maafkan aku, Rayanka. Ini semua salahku. Kamu nggak perlu keluar, nanti aku bicarakan sama Mas Shaka.”
Alisha Fairuzah menjauh. Para pelayan mulai bergosip tentangnya. Mereka menganggap Alisha Fairuzah membawa kehancuran di rumah ini. Tak seharusnya dia menikah dengan Shaka Yar Nigar.
Setelah menenangkan diri di kamar sebentar, Alisha Fairuzah memutuskan membuatkan sarapan untuk suaminya. Dia berharap berhasil membuka hati suaminya meskipun sedikit karena dia akan berbicara perihal tidak memecat Rayanka. Tetapi begitu dia bertemu Sena, Sena mengabarkan Rayanka sudah pergi.
“Mbak Alisha, biarkan saya membantu,” kata Sena.
“Nggak perlu mbak! Mbak lakukan pekerjaan yang lain saja kalau Mas Shaka liat mbak juga bisa dipecat nanti dan aku nggak punya teman disini,” kata Alisha Fairuzah.
Sena tersenyum tulus. “Baiklah Mbak Alisha. Maafkan saya karena belum bisa membantu. Mbak Alisha tetap semangat ya! Semoga Mas Shaka cepat terbuka hatinya.”
“Aamiin.”
Alisha Fairuzah akhirnya menyadari kalau suaminya tidak pernah tertarik padanya.
Shaka Yar Nigar melirik ke meja makan. Alisha Fairuzah pikir dia akan sarapan bersama suaminya, bersemangat membawa lauk pauk ke meja makan. Namun langkahnya terhenti saat menyaksikan hal yang tidak terduga.
Shaka Yar Nigar selalu senang dengan makanan-makanan favoritnya. Intinya setiap kali dia makan, perlu ada setidaknya satu makanan favoritnya. Alisha Fairuzah telah membuatkan beberapa menu makanan kesukaannya, dia diberitahu Sena. Alih-alih menikmatinya, Shaka Yar Nigar malah melempar piring-piring berisi makanan itu.
Shaka Yar Nigar padahal selalu menghargai makanan kesukaannya meskipun makanan tersebut dari kemarin, dia sampai menghangatkannya lagi.
Makanan-makanan itu segera berceceran di lantai. Jantung Alisha Fairuzah berdebar lebih cepat. Ternyata suaminya lebih kejam daripada yang ia kira.
Tentu saja Alisha Fairuzah merasa dibohongi oleh mertuanya. Mereka bilang Shaka Yar Nigar tidak terbiasa dengannya karena dia belum pernah menjalin hbungan dengan perempuan manapun. Kenyataannya itu cuma untuk menutupi sifat asli anaknya. Dan sepertinya orang tuanya sendiri tidak tahu sifat asli Shaka Yar Nigar. Alisha Fairuzah ingin sekali berteriak pada Shaka Yar Nigar tetapi dia menahan diri karena ada para pelayan. ”Mas Shaka, ayo bicara sebentar berdua saja!”Alisha Fairuzah berusaha meraih tangan suaminya. ”Tarik tanganmu sebelum aku berbuat lebih jauh padamu! Dan jangan pernah memanggilku mas! Kau lebih tua dariku, wanita nggak tahu diri!” ancam Shaka Yar Nigar. ”Ibuku bilang meskipun kamu lebih muda dariku tetapi karena kamu suamiku dan untuk menghormatimu, aku memanggilmu mas. Katakan padaku mas, kamu mau dipanggil apa?””Kau pikir aku punya waktu untuk berbicara omong kosong denganmu?”Kedua mata Alisha Fairuzah berkaca-kaca. Ini pertama kalinya mereka bertatapan cukup l
Aido Eishiro terlahir di sebuah keluarga yang kaya raya di Jepang. Saat dia masih remaja, dia sempat menjadi model dan cukup terkenal. Dia seringkali berpenampilan sederhana tetapi pakaian dan barang-barangnya memiliki harga yang fantastis dan bermerk. Meskipun dia sekarang membantu keluarganya yang di negara ini, tetapi tampaknya penghasilannya tidak berkurang.Alisha Fairuzah sempat mendengar bahwa keluarganya itu memiliki beberapa properti yang disewakan, ada juga yang dijual dan Aido Eishiro membantu mereka menjualnya. Selain itu, dia juga fokus menjual produk-produk pertanian. Dia juga baru saja kembali dari luar kota karena urusan pekerjaan.“Kamu kenapa nggak balas pesanku? Apa bukan kamu yang membacanya?”“Itu aku kok.”Jawaban yang singkat, padat, dan jelas. Tiga kata itu bagi Aido Eishiro sudah cukup menggambarkan Alisha Fairuzah. Menurutnya Alisha Fairuzah juga seolah tak kenal lelah, seolah tak kenal menyerah, dan seolah-olah tidak memiliki emosi. Bagaimana bisa perempuan
Shaka Yar Nigar memiliki cerita yang panjang dengan Mutiara. Mutiara bisa dibilang bukan dari keluarga Rainhold. Dia adalah anak dari Nathan, duda yang menikah dengan bibinya Shaka Yar Nigar, Iris. Meskipun begitu, Nathan dan putrinya diterima dengan baik oleh keluarga Rainhold. Nathan juga sangat kaya. Pertemuan pertama Mutiara dengan Shaka Yar Nigar adalah ketika Shaka Yar Nigar berusia 22 tahun. Mutiara yang lebih muda dua tahun dari Shaka Yar Nigar langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Berbeda dengan Shaka Yar Nigar yang bersikap tidak mempedulikannya, bahkan saking dinginnya, dia seolah-olah menganggap Mutiara tidak ada. Mutiara mendekati Shaka Yar Nigar perlahan-lahan. Seiring berjalannya waktu, bertahun-tahun, akhirnya Shaka Yar Nigar membuka hatinya dan mereka menjalin hubungan secara diam-diam. Tentunya mereka tidak mau hubungan mereka ketahuan oleh keluarga mereka. “Kamu harus secepatnya menceraikan wanita itu!” Kini mereka berada di sebuah penthouse mewah seharga
Masalah hutang, biaya hidup, cicilan, dan masih banyak lagi milik keluarga Arman sudah dibicarakan dengan Shaka Yar Nigar oleh ibu pria itu. Namun Shaka Yar Nigar dengan dingin menolak mentah-mentah untuk membantu."Kamu mau mengingkari janjimu?" tanya Nida dengan nada tajam. "Jangan konyol, bu. Kapan aku pernah berjanji untuk hal-hal semacam itu? Ibu kan uangnya banyak kenapa nggak dipakai saja buat kesepakatan itu? Lagi pula, aku nggak pernah menginginkan wanita itu!" sengit Shaka Yar Nigar. "Shaka!" bentak Nida. "Aku nggak pernah mau dengar soal perceraian."Shaka Yar Nigar menghela nafas panjang. "Aku telah melakukan semua yang Ibu minta dariku selama bertahun-tahun. Setiap keputusan, setiap langkah yang kuambil—selalu demi keluarga, selalu demi Ibu. Tapi kali ini..." Dia berhenti sejenak, suaranya bergetar sejenak. "Aku nggak bisa menjalani hidupku terikat pada seseorang yang nggak kucintai. Kalau ibu menyuruhku buat menjalani pernikahan inj tanpa membawa perasaan, tentu saja s
"Bu, Mas Shaka dimana ya?" tanya Alisha Fairuzah seraya celingukan mencari suaminya dengan kedua matanya.Ekspresi Nida menjadi lebih dingin daripada biasanya tetapi Alisha Fairuzah tidak menyadari itu. "Ke taman paling. Dia suka nongkrong disana sambil baca buku," kata Nida. Alisha Fairuzah ingin menyusul suaminya tetapi dia khawatir tindakannya itu akan dianggap tidak sopan oleh ibu mertuanya. Kesempatan untuk menyusul suaminya tampaknya tertunda karena orang-orang yang belum pernah ia lihat seblumnya berjalan menghampirinya dengan langkah tegas. "Apakah dia istrinya Shaka Yar Nigar?""Lumayan cantik.""Terlihat cukup dewasa."Alisha Fairuzah tersenyum canggung, berusaha untuk menunjukkan sikap seramah mungkin. Dia langsung mencoba bersalaman dengan orang-orang itu tanpa disuruh dulu oleh ibu mertuanya. "Kelihatannya seperti yang dikatakan Nida kalau kamu wanita yang baik."Alisha Fairuzah masih saja tersenyum tipis. "Mutiara, akhirnya kamu memiliki teman baru di keluarga ini.
Shaka Yar Nigar mendorong Alisha Fairuzah ke kasur dengan cukup kasar. Alisha Fairuzah meringis kesakitan. "Hanya dalam khayalanmu aku menyentuhmu! Kau itu benar-benar tuli ya? Apa yang kukatakan padamu tempo lalu? Bahkan saat kita berada di rumahku ibuku sempat bilang. Tetapi kau bahkan seolah-olah nggak mendengarnya.""Sejujurnya, aku bahkan nggak pernah membayangkan akan bersentuhan sama kamu mas," bisik Alisha Fairuzah. "Aku paham kok semua yang kamu bilang termasuk soal perceraian. Jadi apa masalahnya mas? Dimana letak kesalahanku?"Shaka Yar Nigar meraih vas kristal kemudian membantingnya ke lantai. Alisha Fairuzah langsung menjaga jarak dengan suaminya itu dengan raut wajah ketakutan. "Dasar wanita bermuka dua! Kau pasti sengaja menarik perhatian keluargaku demi keuntunganmu sendiri kan?""Mas Shaka tolong dengarkan aku dulu. Jangan mengamuk! Aku takut mas. Begini, aku meminta bantuan salah satu temanku cowok buat bantu toko pakaianku yang lagi bangkrut sampai akhirnya bisa b
Tidak sulit mengingat semua makanan kesukaan Shaka Yar Nigar. Alisha Fairuzah merasa senang karena akhirnya mendapatkan kesempatan melayani suaminya secara langsung. Jika di depan orang tuanya, suaminya pastinya tidak akan bisa menolak perhatian yang dia berikan kan? "Semua itu adalah makanan kesukaan Shaka, kamu tahu Alisha?" tanya Nida dengan senyuman ramah di wajahnya. "Ya. Aku langsung tanya ke Mbak Sena soal makanan-makanan kesukaan Mas Shaka begitu sampai di rumah." "Shaka, kamu dengar kan? Beruntung kamu mendapatkan seorang istri yang perhatian seperti Alisha Fairuzah! Kamu harus bersyukur," kata Emir. "Hal wajar dan biasa seorang istri perhatian pada suaminya. Malah aneh kalau nggak perhatian. Kenapa sesuatu yang wajar seperti itu malah terkesan perlu dibanggakan?" tanya Shaka Yar Nigar tanpa menatap ke orang tuanya. Dia fokus pada makanannya. "Seperti yang diharapkan dari Shaka Yar Nigar. Aku setuju sama kamu Shaka," kata Mutiara ramah. "Kamu sendiri bagaimana? Suda
Alisha Fairuzah menggelengkan kepalanya cepat. Dia berusaha terlihat biasa saja supaya bisa meyakinkan ibu mertuanya kalau dia tidak berbohong tetapi gugupnya sulit disembunyikan. "Ini sama sekali nggak ada hubungannya sama Mas Shaka bu," ucap Alisha Fairuzah lembut. Nida menyuruh pelayan memanggilkan putranya. Seperti biasa, Alisha Fairuzah terbangun di malam hari untuk sholat tahajud. Dia tidak sengaja membangunkan suaminya. Akibatanya suaminya marah besar dan membanting banyak barang di kamar. Dia didorong dan terluka lagi. Alisha Fairuzah mulai trauma dengan suaminya. Tangannya gemetaran tetapi ibu mertuanya tidak menyadari itu. "Bu, sebenarnya aku harus pergi sekarang ke toko," bisik Alisha Fairuzah. "Begitu. Ibu tahu Shaka kejam padamu jadi aku nggak bisa membiarkan dia mengantarmu. Alih-alih sampai di toko dengan selamat, dia bisa saja membuangmu di tengah jalan. Ibu tahu ini berat untukmu Alisha. Kamu pasti belum pernah menghadapi orang seperti Shaka kan? Maafkan ka
Mobil siapa itu? Aido Eishiro bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mungkin mobil milik pelanggan. Tidak jarang ada mobil disana. "Pujaan hatimu tadi datang bersama pria lain," celetuk salah satu anggota keluarganya. "Huh?" Aido Eishiro menjadi gelisah. Dia berusaha mengenyahkan pikiran Alisha Fairuzah bersama pria lain. Tak lama kemudin, dia mendapatkan pesan dari Alisha Fairuzah yang menyuruh dia datang ke toko pakaian. Aido Eishiro ingin bertanya alasannya tetapi dia khawatir membuat Alisha Fairuzah merasa tidak nyaman karena terkesan memaksa dia untuk datang ke toko pakaiannya. Alhasil dia mengurungkan niatnya. Dia pun berpamitan pada keluarganya karena ingin mengunjungi toko pakaian Alisha Fairuzah lebih dulu. "Kamu yakin?" "Aido, sebaiknya jangan kesana karena dia tampaknya sedang bersama prianya." "Justru dia sendiri yang memintaku kesana." "Apa?" "Apa alasan dia ya?" "Aku juga nggak tahu. Aku ingin kesana dulu." Aido Eishiro pun mengunjungi tok
"Mas Shaka," panggil Alisha Fairuzah lirih dan pelan. "Hm?" Meskipun singkat, padat, dan jelas, tetapi nada bicaranya pelan dan lembut. Alisha Fairuzah merasa nyaman. Mengingat bagaimana suaminya pada Mutiara, dia merasa tidak nyaman, sekarang dia menyadari kalau mungkin saja perasaan itu adalah perasaan cemburu. "Bagaimana hubunganmu dengan Mutiara?" Alisha Fairuzah memberanikan diri bertanya. Dia menatap ke jalanan depan. Shaka Yar Nigar tidak langsung menjawab. Dia diam dulu sejenak. "Semalam setelah kita melakukannya, aku menghubunginya untuk memutuskan hubungan kami. Kamu mengerti bukan? Bagaimanapun dia adalah saudara sepupuku jadi aku nggak bisa bersikap kurang ajar padanya," kata Shaka Yar Nigar. "AKu juga nggak memintamu untuk bersikap kurang ajar padanya mas. Cukup akhiri hubungan kalian," kata Alisha Fairuzah. "Ya. Kamu tenang saja, nggak usah mengkhawatirkan hal itu," kata Shaka Yar Nigar. Kelembutan Shaka Yar Nigar tampak sedikit kaku. Atau mungki
Ini pertama kalinya mereka seranjang. Alisha Fairuzah tidak menyuruh Shaka Yar Nigar untuk tidur di luar karena kalau ketahuan ibunya, bia membuat masalah. Dan dia ingin menghindari masalah yang berkaitan dengan Shaka Yar Nigar. Shaka yar Nigar juga tidak semena-mena, seperti menyuruhnya untuk tidur di luar, di karpet, ataupun di kursi. Pria itu tidur di ranjangnya setelah melepas kemejanya. Tersisa kaos dalamnya. Alisha Fairuzah pikir, Shaka Yar Nigar suka tidur dengan tidak mengenakan pakaian luarnya. Tidak seperti dirinya yang meskipun tidur, masih mengenakan gamis dan kerudungnya meski terkadang dia melepaskan kerudungnya kalau itu membuatnya lebih nyaman. Namun karena sekarang dia tidur bersama Shaka yar Nigar, dia tetap mengenakan kerudungnya. Meskipun Shaka yar Nigar adalah suaminya, tetap saja dia merasa enggan lantaran perselisihan mereka. Saat mereka mulai terlelap, Alisha Fairuzah tiba-tiba merasakan tangan hangat melingkari perutnya. Dia masih belum begitu ny
Shaka Yar Nigar benar-benar datang ke rumahnya Alisha Faiuzah. Orang tua Alisha Fairuzah sudah pulang dari kondangan. Mereka sangat senang melihat kedatangan menantu kesayangan mereka. "Senyuman palsunya sungguh mengerikan," ujar Yumna melihat dari jendela. Alisha Fairuzah menghela nafas panjang. Dia memijat pelipisnya. Dia tidak merasa pening tetapi mengetahui kehadiran Shaka Yar Nigar, entah bagaiimana, dia merasa kepalanya berat seperti ditusuk-tusuk. Sudah tidak ada rahasia lagi antara Alisha Fairuzah dan adiknya mengenai sikap asli Shaka Yar Nigar. Lagi pula, Yumna adalah gadis yang sulit untuk dibohongi dan cukup peka terhadap kakaknya. Karena Alisha Fairuzah tidak pintar dalam mengelola raut wajahnya. Kalau ada masalah, ketara sekali. Itu sebabnya ketika dia mencoba berbohong di hadapan mertuanya, selalu tidak berhasil. Shaka Yar Nigar diajak masuk oleh orang tua Alisha Fairuzah. Begitu masuk, pandangannya langsung mencari seseorang. Alisha Fairuzah yang begit
"Alisha!" teriak Aido Eishiro seraya berlari menghampiri ALisha Fairuzah. Kedua mata Alisha Fairuzah bengkak. Ketara sekali kalau dia habis menangis cukup lama. Aido Eishiro sampai tercengang. Setahu dia, ALisha Fairuzah itu bukan wannita yang gampang menangis. Kecuali kalau dia benar-benar sakit hati. Namun, kenapa dia bisa sampai sakit hati? "Kamu kenapa?" tanya Aido Eishiro. Aido Eishiro tahu Alisha Fairuzah tidak akan menjawab pertanyaannya. Wanita cuma menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Alisha, akhir-akhir ini kamu nggak kelihatan ya? Para karyawan tokomu mencari kamu tahu. Aku juga nggak tahu rumahmu diumana," kata Aido Eishiro. "Aku nggak bisa menghubungimu juga." Alisha Fairuzah meneteskan air matanya yang langsung membuat Aido Eishiro membeku. "Kamu menangis?" kaget Aido Eishiro seraya langsung memberikan sapu tangan padanya. Alisha fairuzah mendorong sapu tangan Aido Eishiro. "Aku cuma kelilipan. AKu nggak apa-apa." "Nggak mungkin nggak apa-apa. Mata
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Nida pada Sena. Sena dan dua temannya telah diancam lagi oleh tuan muda mereka untuk tidak berbicara apapun pada ibunya tetapi mereka terdiam dan ragu-ragu untuk mengatakannya. Mereka terdiam saja Nida sudah curiga. Shaka Yar Nigar memantau dari jauh. Shaka Yar NIgar masuk ke dalam kamar Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah yang sangat marah pada Shaka Yar Nigar, mencoba menahan tangisannya lagi. Dia akan melewati ibu mertuanya jadi dia tidak bisa menunjukkan kesedihannya. Alisha Fairuzah sudah tidak kaget menyadari kehadiran Shaka yAr Nigar karena pria itu memang selalu mengganggunya. Dia mulai muak. Dia cepat-cepat bersiap-siap. "Aku akan mengantarmu," kata Shaka Yar Nigar datar seraya bersandar ke pintu. "Nggak perlu. Aku bisa sendiri," kata ALisha Fairuzah. "Lagi pula kau pergi menggunakan salah satu mobilku kan?" tanya Shaka Yar Nigar. "Aku bisa saja menyuruh supir untuk membuangmu di tengah jalan." "Lakukan saja! Ancamanmu sudah ng
Alisha Fairuzah bberusaha keras ke permukaan tetapi rasanya, usahanya sia-sia. Tidak membuahkan hasil sama sekali. Shaka Yar Nigar berdiri di tepi, memandang ke arah Alisha Fairuzah tenggelam. Dia menyeringai tipis. Dia langsung mengerti kalau istrinya tidak bisa berenang dan tampak takut dengan kedalaman. Para pelayan yang sempat mendengar teriakan Alisha Fairuzah langsung ke area kolam renang dan terkejut melihat bos mereka berdiri dengan tenang di tepi. "Tuan muda, tadi sepertinya ada teriakan Mbak Alisha," kata Sena. "Kenapa?" tanya Shaka Yar Nigar. "Dia tenggelam. Mau menyelamatkannya?" Ketiga pelayan itu tercengang. Sena langsung mengambil insiatif berlutut di depan Shaka yar Nigar. "Tuan muda, tolong selamatkan Mbak Alisha. Tolong tuan muda." Sementara dua pelayan lainnya memperhatikan ke kolam renang, mencari keberadaan Alisha Fairuzah. "Kenapa nggak kau selamatkan sendiri? Nggak bisa berenang bukan alasan untuk nggak bisa menyalamtkan seseorang yang t
Shaka berdiri dan menghampiri Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah tidak mengulangi perkataannya sesuai yang diperintahkan suaminya itu karena merasakan Shaka Yar Nigar begitu marah. "Apa menurutmu aku memiliki alasan untuk takut sama orang yang bahkan aku nggak tahu sama sekali? Ya. Setelah mendengarnya darimu, aku tahu kalau dia kekasihmu. Terus kenapa? Takut padanya?" ketus Shaka Yar Nigar lirih dan penuh penekanan. "Tarik balik kata-katamu atau minta maaf padaku sekarang juga karena sudah berbicara lancang!" tukas Shaka Yar Nigar. Lancang? harus minta maaf? Alisha Fairuzah sama sekali tidak mengerti. Ternyata salah satu sifat suaminya adalah kemungkinan besar dia orang yang tidak ingin tersaingi oleh orang lain. Dia menganggap Aido sebagai kekasihnya sehingga dia merasa direndahhkan "Aku nggak bermaksud apapun," kata Alisha Fairuzah seraya menundukkan kepalanya karena tidak mau lama-lama menatap wajah Shaka Yar Nigar. "Aku bilang minta maaf!" tegas Shaka Yar Nigar. "Hanya m
Siapa disini sebenarnya yang gila? Mulut Shaka Yar Nigar begitu enteng. Apakah dia begitu kepada semua orang? Tampaknya memang, sulit untuk mengubah sifat dan perilakunya. Barangkali butuh waktu puluhan tahun. Sayangnya, Alisha Fairuzah tidak sesabar itu. Dia mungkin bisa tetapi dia tidak bisa karena dirinya masih memiliki keluarga yang harus diperjuangkan. Bagaimana dengan Mutiara? Karena Mutiara dicintai Shaka, seharusnya Shaka rela berubah demi perempuan itu. mUngkin dia bersikap ramah dan sopan hanya pada orang lain kecuali dirinya. Memikirkan ini, Alisha Fairuzah merasa kalau dia cuma benalu di hidup Shaka Yar Nigar. "Kalau begitu jangan menahanku untuk pergi," kata Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah akhirnya merebut kembali tasnya tetapi Shaka Yar Nigar langsung menyembunyikan tasnya dibelakang pria itu. "Oke. Aku akan menerima keputusnamu tetapi jangan menempatkanku di situasi yang sulit di depan ibuku. Kau mengerti?" "Aku merasa nggak pernah enempatkanmu di si