Shaka Yar Nigar mendorong Alisha Fairuzah ke kasur dengan cukup kasar. Alisha Fairuzah meringis kesakitan. "Hanya dalam khayalanmu aku menyentuhmu! Kau itu benar-benar tuli ya? Apa yang kukatakan padamu tempo lalu? Bahkan saat kita berada di rumahku ibuku sempat bilang. Tetapi kau bahkan seolah-olah nggak mendengarnya.""Sejujurnya, aku bahkan nggak pernah membayangkan akan bersentuhan sama kamu mas," bisik Alisha Fairuzah. "Aku paham kok semua yang kamu bilang termasuk soal perceraian. Jadi apa masalahnya mas? Dimana letak kesalahanku?"Shaka Yar Nigar meraih vas kristal kemudian membantingnya ke lantai. Alisha Fairuzah langsung menjaga jarak dengan suaminya itu dengan raut wajah ketakutan. "Dasar wanita bermuka dua! Kau pasti sengaja menarik perhatian keluargaku demi keuntunganmu sendiri kan?""Mas Shaka tolong dengarkan aku dulu. Jangan mengamuk! Aku takut mas. Begini, aku meminta bantuan salah satu temanku cowok buat bantu toko pakaianku yang lagi bangkrut sampai akhirnya bisa b
Tidak sulit mengingat semua makanan kesukaan Shaka Yar Nigar. Alisha Fairuzah merasa senang karena akhirnya mendapatkan kesempatan melayani suaminya secara langsung. Jika di depan orang tuanya, suaminya pastinya tidak akan bisa menolak perhatian yang dia berikan kan? "Semua itu adalah makanan kesukaan Shaka, kamu tahu Alisha?" tanya Nida dengan senyuman ramah di wajahnya. "Ya. Aku langsung tanya ke Mbak Sena soal makanan-makanan kesukaan Mas Shaka begitu sampai di rumah." "Shaka, kamu dengar kan? Beruntung kamu mendapatkan seorang istri yang perhatian seperti Alisha Fairuzah! Kamu harus bersyukur," kata Emir. "Hal wajar dan biasa seorang istri perhatian pada suaminya. Malah aneh kalau nggak perhatian. Kenapa sesuatu yang wajar seperti itu malah terkesan perlu dibanggakan?" tanya Shaka Yar Nigar tanpa menatap ke orang tuanya. Dia fokus pada makanannya. "Seperti yang diharapkan dari Shaka Yar Nigar. Aku setuju sama kamu Shaka," kata Mutiara ramah. "Kamu sendiri bagaimana? Suda
Alisha Fairuzah menggelengkan kepalanya cepat. Dia berusaha terlihat biasa saja supaya bisa meyakinkan ibu mertuanya kalau dia tidak berbohong tetapi gugupnya sulit disembunyikan. "Ini sama sekali nggak ada hubungannya sama Mas Shaka bu," ucap Alisha Fairuzah lembut. Nida menyuruh pelayan memanggilkan putranya. Seperti biasa, Alisha Fairuzah terbangun di malam hari untuk sholat tahajud. Dia tidak sengaja membangunkan suaminya. Akibatanya suaminya marah besar dan membanting banyak barang di kamar. Dia didorong dan terluka lagi. Alisha Fairuzah mulai trauma dengan suaminya. Tangannya gemetaran tetapi ibu mertuanya tidak menyadari itu. "Bu, sebenarnya aku harus pergi sekarang ke toko," bisik Alisha Fairuzah. "Begitu. Ibu tahu Shaka kejam padamu jadi aku nggak bisa membiarkan dia mengantarmu. Alih-alih sampai di toko dengan selamat, dia bisa saja membuangmu di tengah jalan. Ibu tahu ini berat untukmu Alisha. Kamu pasti belum pernah menghadapi orang seperti Shaka kan? Maafkan ka
"Mbak Alisha, mbak Alisha baik-baik saja kan?" tanya Sena seraya membawakan teh hangat dan beberapa camilan untuk Alisha Fairuzah yang sedang duduk di taman. Di tangan kanan Alisha Fairuzah terdapat tasbih digital. "Maaf mengganggu mbak. Saya bikinin mbak teh hangat dan camilan. Semoga bisa membantu suasana hati mbak menjadi lebih baik," kata Sena. "Terima kasih banyak mbak," kata Alisha Fairuzah. Semenjak kejadian itu, Alisha Fairuzah menjadi jarang tersenyum dan lebih pendiam dari biasanya. Sena dan teman-temannya jadi membenci Shaka Yar Nigar. Perhatian Alisha Fairuza dan Sena beralih ke halaman saat sebuah mobil mewah masuk. Alisha Fairuzah enggan menatap mobil itu lama-lama karena suasana hatinya mulai memburuk mengingat suaminya. Setelah mobil itu berhenti, orang yang di dalam keluar. Bukan cuma Shaka Yar Nigar tetapi dia membawa seseorang. Itu Mutiara. Alisha Fairuzah cuma melirik sekilas sementara Sena terlihat khawatir. "Mbak Alisha, sebaiknya kita masuk ke
Mutiara enggan untuk pergi karena tidak rela dengan kedekatan kekasihnya dan istrinya. Namun dia juga tidak bisa seperti Alisha Fairuzah, yang selalu membuat marah Shaka Yar Nigar. Terpaksa dia pergi setelah memberikan tatapan tajam pada Alisha Fairuzah. Setelah Mutiara pergi, Alisha Fairuzah mengajak Shaka Yar Nigar untuk bicara di tempat tertutup karena tidak mau obrolan mereka didengar oleh para pelayan, sekertaris, dan pengawal. "Mereka juga nggak akan berani bilang ke siapapun," kata Shaka Yar Nigar. "Obrolan kita nggak sepenting itu sampai harus dibicarakan secara rahasia."Alisha Fairuzah adalah tipe perempuan yang tidak ingin memperpanjang masalah. Tokonya bangkrut gara-gara salah satu karyawan mencuri banyak uang hasil penjualan untuk membayar hutang. Sejujurnya, dia kesal, tetapi dia mencoba mengikhlaskan dan tidak ingin memperpanjang masalah dengan mantan karyawannya itu. Saat suaminya waktu itu merampas ponsel dan uangnya tanpa sisa, Alisha Fairuzah tidak berniat menga
“Mungkin sekitar tiga ratus ribu.” “Ya mas." “Tetapi kami nggak menjamin datanya nggak hilang ya mbak karena kami belum memeriksa seberapa parah kerusakannya sampai ke dalam karena ini benar-benar nggak bisa dinyalakan sama sekali.” “Iya mas nggak apa-apa.” Alisha fairuzah mengeluarkan uang dari dompetnya sebanyak 300 ribu kemudian memberikannya pada mas-mas di hadapannya. Alih-alih membeli ponsel baru, Alisha Fairuzah lebih memilih memperbaiki ponselnya. Dia memang tipe orang yang kalau sudah senang dengan barang lama, dia enggan membeli yang baru kecuali kalau barangnya sudah tidak bisa diperbaiki. Setelah urusan di toko ponsel selesai, Alisha Fairuzah kembali ke toko pakaiannya. Dia tidak sengaja melihat Aido Eishiro berbicara dengan beberapa orang di depan toko peralatan pertanian keluarganya. Pembicaraan mereka tampak serius. Alisha Fairuzah kadang merasa tidak enak pada Aido Eishiro. Itu sebabnya dia selalu ingin menjauhi lelaki itu. Aido Eishiro melirik ke Ali
Karena dia dan Shaka Yar Nigar akan bercerai, jadi sebaiknya dia memberikan clue sedikit pada keluarganya supaya mereka tidak begitu kaget. "Kak, semuanya baik-baik saja kan?" Yumna meraih tangan kanan Alisha Fairuzah dan menggenggamnya. Meskipuun tidak ada maksud tertentu dalam kalimat yang dikatakan Alisha Fairuzah, tetap saja Yumna cepat menangkap dan yakin kalau ada sesuatu ayng terjadi antara kakaknya dan suaminya. "Apakah terjadi sesuatu, Alisha?" tanya Arman dengan tegas. "Katakn saja pada bapak! Bapak bisa menghajar Shaka Yar Nigar kapanpun." Di sisi lain, Shaka Yar Nigar menyeringai tipis. Keluarga Alisha Fairuzah yang tidak memiliki apapun itu tampaknya ingin melawannya. Menurutnya, mereka tidak sadar diri. Mereka bahkan tidak bisa menemukannya. "Meskipun sikap dan perilaku Shaka Yar Nigar buruk, tetap saja nggak mungkin pria itu akan macam-macam padamu. Di logika saja, dia berasal dari keluarga terhormat, dia dicap sebagai sosok yang baik dan disegani. Dia pastinya
Bagaimana bisa dia tersipu cuma gara-gara dipanggil dek oleh orang yang selalu menyakitinya dengan kejam dan kasar bahkan sampai main tangan? Alisha Fairuzah tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Dia tidak ingin balik lagi ke ruang tamu. Suaminya pandai berakting. Sampai-sampai orang tuanya kelihatan begitu percaya padanya. Untuk pertama kalinya, Alisha Fairuzah benar-benar merasa sendiri. Alisha Fairuzah bertemu adiknya saat dia akan kembali ke kamar. "Siapa mbak?" tanya Yumna. "Mas Shaka," jawab Alisha Fairuzah. "Nggak usah diusurin Yum. Ayo kita tidur saja. Besok kamu mau sarapan apa?" "Aku lupa mau bilang. Makanan disini enak semua mbak." "Syukurlah kalau kamu suka." "Boleh makan nggak mbak?" "Huh?" "Aku lapar. Mbak tahu sendiri kalau di rumah aku suka ngemil malam karena nggak bisa tidur karena lapar," kata Yumna. "Ikut aku!" Alisha Fairuzah menunjukkan pada Yumna lemari jajan. Yumna sampai kagum. Stok jajan di rumah ini sudah seperti jualan.
Ini pertama kalinya mereka seranjang. Alisha Fairuzah tidak menyuruh Shaka Yar Nigar untuk tidur di luar karena kalau ketahuan ibunya, bia membuat masalah. Dan dia ingin menghindari masalah yang berkaitan dengan Shaka Yar Nigar. Shaka yar Nigar juga tidak semena-mena, seperti menyuruhnya untuk tidur di luar, di karpet, ataupun di kursi. Pria itu tidur di ranjangnya setelah melepas kemejanya. Tersisa kaos dalamnya. Alisha Fairuzah pikir, Shaka Yar Nigar suka tidur dengan tidak mengenakan pakaian luarnya. Tidak seperti dirinya yang meskipun tidur, masih mengenakan gamis dan kerudungnya meski terkadang dia melepaskan kerudungnya kalau itu membuatnya lebih nyaman. Namun karena sekarang dia tidur bersama Shaka yar Nigar, dia tetap mengenakan kerudungnya. Meskipun Shaka yar Nigar adalah suaminya, tetap saja dia merasa enggan lantaran perselisihan mereka. Saat mereka mulai terlelap, Alisha Fairuzah tiba-tiba merasakan tangan hangat melingkari perutnya. Dia masih belum begitu ny
Shaka Yar Nigar benar-benar datang ke rumahnya Alisha Faiuzah. Orang tua Alisha Fairuzah sudah pulang dari kondangan. Mereka sangat senang melihat kedatangan menantu kesayangan mereka. "Senyuman palsunya sungguh mengerikan," ujar Yumna melihat dari jendela. Alisha Fairuzah menghela nafas panjang. Dia memijat pelipisnya. Dia tidak merasa pening tetapi mengetahui kehadiran Shaka Yar Nigar, entah bagaiimana, dia merasa kepalanya berat seperti ditusuk-tusuk. Sudah tidak ada rahasia lagi antara Alisha Fairuzah dan adiknya mengenai sikap asli Shaka Yar Nigar. Lagi pula, Yumna adalah gadis yang sulit untuk dibohongi dan cukup peka terhadap kakaknya. Karena Alisha Fairuzah tidak pintar dalam mengelola raut wajahnya. Kalau ada masalah, ketara sekali. Itu sebabnya ketika dia mencoba berbohong di hadapan mertuanya, selalu tidak berhasil. Shaka Yar Nigar diajak masuk oleh orang tua Alisha Fairuzah. Begitu masuk, pandangannya langsung mencari seseorang. Alisha Fairuzah yang begit
"Alisha!" teriak Aido Eishiro seraya berlari menghampiri ALisha Fairuzah. Kedua mata Alisha Fairuzah bengkak. Ketara sekali kalau dia habis menangis cukup lama. Aido Eishiro sampai tercengang. Setahu dia, ALisha Fairuzah itu bukan wannita yang gampang menangis. Kecuali kalau dia benar-benar sakit hati. Namun, kenapa dia bisa sampai sakit hati? "Kamu kenapa?" tanya Aido Eishiro. Aido Eishiro tahu Alisha Fairuzah tidak akan menjawab pertanyaannya. Wanita cuma menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Alisha, akhir-akhir ini kamu nggak kelihatan ya? Para karyawan tokomu mencari kamu tahu. Aku juga nggak tahu rumahmu diumana," kata Aido Eishiro. "Aku nggak bisa menghubungimu juga." Alisha Fairuzah meneteskan air matanya yang langsung membuat Aido Eishiro membeku. "Kamu menangis?" kaget Aido Eishiro seraya langsung memberikan sapu tangan padanya. Alisha fairuzah mendorong sapu tangan Aido Eishiro. "Aku cuma kelilipan. AKu nggak apa-apa." "Nggak mungkin nggak apa-apa. Mata
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Nida pada Sena. Sena dan dua temannya telah diancam lagi oleh tuan muda mereka untuk tidak berbicara apapun pada ibunya tetapi mereka terdiam dan ragu-ragu untuk mengatakannya. Mereka terdiam saja Nida sudah curiga. Shaka Yar Nigar memantau dari jauh. Shaka Yar NIgar masuk ke dalam kamar Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah yang sangat marah pada Shaka Yar Nigar, mencoba menahan tangisannya lagi. Dia akan melewati ibu mertuanya jadi dia tidak bisa menunjukkan kesedihannya. Alisha Fairuzah sudah tidak kaget menyadari kehadiran Shaka yAr Nigar karena pria itu memang selalu mengganggunya. Dia mulai muak. Dia cepat-cepat bersiap-siap. "Aku akan mengantarmu," kata Shaka Yar Nigar datar seraya bersandar ke pintu. "Nggak perlu. Aku bisa sendiri," kata ALisha Fairuzah. "Lagi pula kau pergi menggunakan salah satu mobilku kan?" tanya Shaka Yar Nigar. "Aku bisa saja menyuruh supir untuk membuangmu di tengah jalan." "Lakukan saja! Ancamanmu sudah ng
Alisha Fairuzah bberusaha keras ke permukaan tetapi rasanya, usahanya sia-sia. Tidak membuahkan hasil sama sekali. Shaka Yar Nigar berdiri di tepi, memandang ke arah Alisha Fairuzah tenggelam. Dia menyeringai tipis. Dia langsung mengerti kalau istrinya tidak bisa berenang dan tampak takut dengan kedalaman. Para pelayan yang sempat mendengar teriakan Alisha Fairuzah langsung ke area kolam renang dan terkejut melihat bos mereka berdiri dengan tenang di tepi. "Tuan muda, tadi sepertinya ada teriakan Mbak Alisha," kata Sena. "Kenapa?" tanya Shaka Yar Nigar. "Dia tenggelam. Mau menyelamatkannya?" Ketiga pelayan itu tercengang. Sena langsung mengambil insiatif berlutut di depan Shaka yar Nigar. "Tuan muda, tolong selamatkan Mbak Alisha. Tolong tuan muda." Sementara dua pelayan lainnya memperhatikan ke kolam renang, mencari keberadaan Alisha Fairuzah. "Kenapa nggak kau selamatkan sendiri? Nggak bisa berenang bukan alasan untuk nggak bisa menyalamtkan seseorang yang t
Shaka berdiri dan menghampiri Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah tidak mengulangi perkataannya sesuai yang diperintahkan suaminya itu karena merasakan Shaka Yar Nigar begitu marah. "Apa menurutmu aku memiliki alasan untuk takut sama orang yang bahkan aku nggak tahu sama sekali? Ya. Setelah mendengarnya darimu, aku tahu kalau dia kekasihmu. Terus kenapa? Takut padanya?" ketus Shaka Yar Nigar lirih dan penuh penekanan. "Tarik balik kata-katamu atau minta maaf padaku sekarang juga karena sudah berbicara lancang!" tukas Shaka Yar Nigar. Lancang? harus minta maaf? Alisha Fairuzah sama sekali tidak mengerti. Ternyata salah satu sifat suaminya adalah kemungkinan besar dia orang yang tidak ingin tersaingi oleh orang lain. Dia menganggap Aido sebagai kekasihnya sehingga dia merasa direndahhkan "Aku nggak bermaksud apapun," kata Alisha Fairuzah seraya menundukkan kepalanya karena tidak mau lama-lama menatap wajah Shaka Yar Nigar. "Aku bilang minta maaf!" tegas Shaka Yar Nigar. "Hanya m
Siapa disini sebenarnya yang gila? Mulut Shaka Yar Nigar begitu enteng. Apakah dia begitu kepada semua orang? Tampaknya memang, sulit untuk mengubah sifat dan perilakunya. Barangkali butuh waktu puluhan tahun. Sayangnya, Alisha Fairuzah tidak sesabar itu. Dia mungkin bisa tetapi dia tidak bisa karena dirinya masih memiliki keluarga yang harus diperjuangkan. Bagaimana dengan Mutiara? Karena Mutiara dicintai Shaka, seharusnya Shaka rela berubah demi perempuan itu. mUngkin dia bersikap ramah dan sopan hanya pada orang lain kecuali dirinya. Memikirkan ini, Alisha Fairuzah merasa kalau dia cuma benalu di hidup Shaka Yar Nigar. "Kalau begitu jangan menahanku untuk pergi," kata Alisha Fairuzah. Alisha Fairuzah akhirnya merebut kembali tasnya tetapi Shaka Yar Nigar langsung menyembunyikan tasnya dibelakang pria itu. "Oke. Aku akan menerima keputusnamu tetapi jangan menempatkanku di situasi yang sulit di depan ibuku. Kau mengerti?" "Aku merasa nggak pernah enempatkanmu di si
"Selain nggak bisa gunakan hati, ternyata kamu juga nggak bisa gunakan otakmu ya? Kakekku memberikan hadiah untuk kita bulan madu tetapi kamu malah membicarakan soal pria lain. Luar biasa. Saking herannya, aku sampai ingin muntah karena jijik," ketus Shaka Yar Nigar. "Maafkan aku. Aku nggak bermaksud seperti itu," kata Alisha Fairuzah cukup tenang. "Nggak bermaksud tetapi bercerita dengan detail?" tanya Shaka Yar Nigar. Shaka Yar Nigar mengambil vas bunga di dekatnya kemudian melemparnya ke sembarang arah sampai pecah dan tak terbentuk lagi. "Nggak usah mengamuk bisa? Lagi pula kita akan bercerai. Bulan madu seharusnya nggak penting lagi. Aku bisa pergi sendiri, kau juga begitu. Lagi pula aku sungguh nggak paham denganmu. Mereka juga pastinya tahu juga kalau kita becrerai kenapa kamu malah menyembunyikannya? Aku kesulitan juga kalau seperti ini," kata Alisha Fairuzah. "Ibaratnya kita sudah berada di titik 80 persen tetapi kamu malah mengembalikannya menjadi satu persen."
Alisha Fairuzah bertanya-tanya dirinya harus bersabar sampai sejauh mana lagi. Saat dia mengingat dirinya masih menjadi istrinya Shaka Yar Nigar, dia selalu merasa tidak memiliki pilihan lain selain bersabar dan menerima. Lagi pula mereka akan bercerai, rasa sakit juga sudah menjalar di raganya, untuk apalagi bersikap baik pada seseorang yang tampaknya tidak memiliki hati. Alisha Fairuzah padahal pernah bilang pada Aido Eishiro, kalau dia menganggap semua orang berharga, bahkan orang jahat sekalipun. Karena barangkali, orang yang jahat itu hanya tidak tahu, hanya sedang lelah, hanya sedang frustasi, atau sedang banyak pikiran. Hati seseorang tidak ada yang tahu. Alisha Fairuzah memahami dirinya sendiri. Kalau dia menahan amarah, dia akan menangis. Jika dia tidak ingin menangis, dia kesal dan marah seolah-olah kehilangan dirinya sendiri. Apabila dia menangis dan marah pada saat yang sama, itu artinya rasa sakit di hatinya tidak main-main. Pada akhirnya, Alisha Fairuz