“Lepaskan!” Habiba melirik singkat lengannya yang dipegang oleh Husein.“Kita bicara sebentar," bujuk Husein berusaha merendahkan dirinya. “Saya sudah bilang, kita tidak punya urusan lagi, Tuan. Saya ingin memulai hidup baru. Biarkan mental saya sehat dengan hidup tanpa bayang- bayang Anda! Apakah Anda masih belum mengerti dengan bahasa saya?” Habiba menunduk, sedih dan kesal. Kenapa harus kembali bertemu dengan pria ini.Kalau begini, kapan Habiba akan merasa tenang? Apakah Husein masih saja tidak mengerti bahwa mukanya itu membuat mental Habiba jadi runyam. Insiden di kamar itu selalu membayanginya, terlebih kasus keramat yang membuatnya harus melompat-lompat seperti pocong saat mengambil kaca mata yang tersangkut di AC. “Aku akan teriak. Meneriakkan bahwa Anda akan melecehkan saya. Dulu saya tidak sempat meneriakkannya kepada semua orang. Ini terlambat, tapi tepat untuk diteriakkan hari ini!” ancam Habiba setelah mengumpulkan nyali sebanyak mungkin. Menghadapi pria
"Biba, tidak bisa tidur ya?" Suara Tomy mengejutkan Habiba. Ketukan tapakan kaki yang memakai sendal lepes terdengar teratur memasuki ruangan dari arah luar rumah. Lelaki itu masuk dari pintu dapur yang menghubungkan dengan teras belakang rumah."Mas Tomy?" Habiba mengernyit menatap tubuh kekar kakaknya yang bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek. Tubuh berotot yang kulitnya kasar itu dibasuh keringat, wajah pun basah seperti baru saja cuci muka."Kenapa belum tidur? Kepikiran hari besok?" Tomy mengambil minum menggunakan gelas besar dan meneguknya sampai habis. Terlihat haus sekali.Habiba menatap Tomy tanpa menjawab. Pikirannya justru bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Tomy hingga mandi keringat malam-malam begini. Netranya mengawasi dada bidang yang dialiri buliran peluh, menetes- netes di lekukan tubuh."Jangan gelisah. Kamu tetap akan menjadi Habiba yang sekarang, semuanya tidak akan berubah. Hanya status saja yang berubah, tapi duniamu akan tetap sama." Tomy
"Bukankah ini justru akan menimbulkan kegaduhan karena mereka ingin tahu siapa istri Husein?" tanya Amir, berharap dia bisa memberi masukan supaya kelihatan sebagai lelaki idealis di depan Alka."Mereka cukup tahu bahwa Husein sudah menikah dengan wanita yang kabarnya sudah diperk*sa. Itu saja sudah cukup untuk mematahkan kabar miring yang akhir-akhir ini beredar, ditambah dengan pernyataan Fatona, maka masalah selesai. Identitas si perempuan harus ditutupi, " sahut Alka.Amir mengangguk."Habiba hanyalah istri sementara saja sampai bayinya dilahirkan. Setelah itu, saat Husein menemukan wanita lain yang sederajat, yang kemudian akan menjadi menantu di rumah ini, maka saat itulah menantu baruku akan diperkenalkan ke semua orang. Kita giring opini ke publik bahwa selama ini Husein menikah dengan wanita sederajat itu," imbuh Alka.Amir memgangguk lagi, persis seperti boneka mainan di mobil."Soal Habiba, boleh bersembunyi selamanya dari kehidupan Husein tanpa seorang pun tahu bahwa dia p
Setelah mencari di segala sudut ruangan, Habiba tidak menemukan tuan muda. Dan akhirnya ia menemukan Husein di salah satu kamar lantai dua. Bukan kamar milik Husein. Habiba memasuki kamar yang pintunya terbuka dan mendapati pria itu di dalamnya, berdiri membelakangi.Hanya deheman kecil yang diserukan Habiba untuk mencari perhatian pria itu hingga menoleh.Husein hanya sekilas menatap Habiba, lalu ia berjalan menuju pintu. Menutupnya.Tercengang melihat pintu ditutup, Habiba langsung berseru, "Anda mau apa? Saya memang istri Anda sekarang, tapi jangan lakukan apa-apa pada saya."Husein tetap tenang. "Aku tidak lakukan apa pun terhadapmu."Habiba tegang sekali. Bahkan menatap Husien penuh waspada. Dia akan segera melakukan aksi lompat atau apa pun kalau Husein macam-macam terhadapnya. "Aku tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan kita," sambung Husein.Meski demikian, Habiba masih terlihat waspada dan tegang.Husein melangkah mendekat ke arah Habiba."Berhenti di situ!" pinta Habi
Sajian meja makan beraneka ragam. Lauknya lezat dan enak semua. Ada capcay udang campur telur puyuh plus sosis, kepiting sambal, sop iga, dan masih banyak menu lainnya. Habiba tidak heran lagi dengan menu-menu tersebut, ia sudah sering menyaksikannya saat dulu bertuyas menggantikan ibunya bekerja sebagai pelayan di sana. Hanya sebatas menyaksikan saja, tidak untuk mencicipinya. Sebab menu makanan antara majikan dan asisten rumah tangga itu berbeda. Masakan untuk asisten rumah tangga adalah sejenis makanan rumahan dengan lauk seperti ayam, daging sapi, ikan dan sejenisnya. Sedangkan untuk majikan menunya spesial, tak jarang masakan alam Jepang, ala Italia dan beragam makanan unik ala luar negeri tersaji di sana sesuai request sang majikan. Fara memang jago dalam urusan memasak dengan menu beragam. Tidak gratis untuk bisa mendapatkan ilmu itu. Selama tiga bulan ia direkrut oleh Amira untuk bersekolah pada chef terkenal, biaya praktik ditanggung oleh keluarga Amira, setelah lulus, i
Beberapa menit Husein mencuci muka, sampai akhirnya rambutnya malah kutan basah separuh di bagian depan. Dia mengangkat kepala. Mengedip-ngedipkan mata. Sudah mendingan. Tidak begitu pedih. Habiba melihat sebelah mata Husein merah sekali. “Apa yang terjadi dengan mataku?” Husein menghadap ke arah Habiba. Memperlihatkan sebelah matanya yang masih sedikit pedih, tapi sudah aman.“Mata Anda merah sebelah.”“Merah sekali?”“Merah seperti bakal zombie.”Muka Husein menegang. “Bakal zombie? Kau mengatai aku seperti terkena gigitan zombie dan sebentar lagi aku akan berubah? Wah, kau rupanya suka nonton film ekstrim juga. Jangan terlalu mendalami film- film itu. kau bisa jadi korban film.” Habiba diam saja, masih terus mengawasi satu mata sebelah kiri milik Husein yang memerah. Namun detik berikutnya dia berkata, "Saya mau tinggal di rumah saya saja."Husein menggeleng. "Kau masih ingat apa yang aku katakan tadi? Turuti saja!"Habiba lagi-lagi mematung dan membisu.“Habiskan m
Habiba menelan saliva dengan sulit. Haruskah seorang istri menyediakan benda itu untuk suami? Apakah suami tidak bisa mengambil sendiri?"Kita tidak benar-benar menikah. Kita tidak perlu lakukan selayaknya sepasang suami istri. Saya di sini untuk keperluan menjaga nama baik Anda. Tanpa perlu orang di luar sana tahu bahwa saya ini adalah istri Anda, mereka hanya boleh tahu bahwa saya ini bekerja di rumah Anda. Dan demi kebaikan bersama, saya tidak akan keluar rumah sampai bayi ini lahir." Habiba menunduk, menghindari tatapan mata Husein. Sorot itu terlalu tajam. Tidak baik dipandang, merusak kesehatan jantung.Kalimat yang dilontarkan Habiba sama persis seperti yang dikatakan oleh Alka. Husein berpikir, apakah Alka mengatakan hal itu kepada Habiba?"Apa papaku ada bicara sesuatu kepadamu tentang itu?" tanya Husein."Tidak perlu bingung dari mana saya bisa tahu soal itu. Saya mendengar semua yang dikatakan Pak Alka waktu itu. Saya tidak bermaksud menguping. Tapi telinga saya cukup mende
"Waow, enak ya, pelayan di rumahmu pun dikasih uang jajan oleh majikan." Emran menanggapi. Beranggapan bahwa sampai saat ini status Habiba adalah pelayan seperti yang selama ini dia ketahui. Inez tersenyum dan menjawab, "Habiba ini bukan pelayan lagi sekarang. Dia...""Nez, jangan bicara apa pun tentangku. Aku bukan artis, jadi tidak bagus menggosipkanku." Habiba memutus ucapan Inez. "Emran ini bukan orang lain, dia juga bagian dari kita," tutur Inez."Bahkan hubungan kalian saja masih backstreet, diam-diam di belakang orang tuamu, Nez. Kalian belum resmi. Kamu tahu sendiri bahwa orang tuamu melarangmu berpacaran. Bagaimana kamu bisa bilang kalau Emran adalah bagian dari hidupmu?""Aku tahu. Letak kekhawatiran orang tuaku hanyalah pada pergaulan bebas. Dan aku yakin bisa menjaga diri. Ya kan, beib?" Inez menyenggol lengan Emran.Yang disenggol mengulum senyum. "Aku melihat persahabatan kalian yang begitu kental. Dan aku tidak mau masuk terlalu banyak ke dalam urusan pribadi kalian