Share

Gadis Keras Kepala

Penulis: BininyaMrJ
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 16:18:32

Hujan turun pelan, menciptakan ketukan halus di jendela kamar mereka. Elara duduk di depan meja rias, menatap pantulan dirinya dengan pandangan kosong. Gaun pengantinnya sudah berganti dengan piyama sutra yang terasa asing di kulitnya, terlalu mewah, terlalu mahal, dan terlalu mengingatkannya bahwa ia bukan lagi Elara Moretti yang dulu.

Di belakangnya, Valentino sedang berdiri di balkon, merokok seperti biasa. Asapnya mengepul membentuk kabut tipis di udara, sebelum menghilang bersama dengan pikiran yang mungkin sedang berkecamuk di kepalanya.

Mereka sudah menikah. Tapi atmosfer di antara mereka terlalu hening, terlalu dingin.

Elara menggigit bibirnya. Ia ingin berbicara. Ia ingin bertanya.

Kenapa?

Kenapa ia menikahinya?

Kenapa ia terus menatapnya seperti ia adalah teka-teki yang tidak bisa ia pecahkan?

Tapi bibirnya tetap terkunci. Karena ia tahu, tidak ada jawaban yang akan membuatnya lebih baik.

Di sisi lain, Valentino mencuri pandang ke arah Elara dari pantulan kaca balkon. Wanita itu tampak rapuh, tapi ia tahu betul bahwa di balik matanya yang sendu, ada api yang membara.

Elara bukan wanita yang bisa ditundukkan begitu saja.

Ia menarik napas dalam-dalam sebelum mematikan rokoknya. Sudah saatnya ia kembali ke dalam. Tapi sebelum ia sempat melangkah, suara ketukan pintu menggema di ruangan.

Tok

Tok

Tok

Elara berbalik, keningnya berkerut. Siapa yang berani mengetuk pintu kamar mereka pagi hari begini?

Valentino berjalan melewati Elara tanpa ekspresi dan membuka pintu.

Seorang pria berdiri di ambang pintu, mengenakan setelan jas hitam dengan rambut coklat acak-acakan dan tatapan mata tajam berwarna hijau tua.

“Sudah lama tidak bertemu, Dante.”

Suaranya rendah, sedikit serak, tapi mengandung nada bercanda yang membuat Valentino langsung mendengus kesal.

"Liam? Apa yang kau lakukan di sini?"

Liam Arlete. Salah satu orang kepercayaannya sejak dulu, sekaligus satu-satunya orang yang berani berbicara santai dengannya tanpa takut kehilangan nyawa.

Liam tersenyum tipis, matanya melirik ke dalam ruangan sebelum akhirnya tatapannya berhenti pada sosok Elara.

“Oh?” Nada suaranya berubah. “Jadi, ini istrimu?”

Elara mengangkat dagunya, tidak suka dengan cara pria ini menatapnya seolah ia adalah barang pajangan.

"Ya, dan dia tidak suka diperhatikan seperti itu," Valentino berkata datar, menutup pintu sedikit lebih rapat agar Liam tidak bisa seenaknya masuk.

Tapi tentu saja, Liam tidak peduli.

"Oh, ayolah. Aku sudah datang jauh-jauh dari Dublin hanya untuk memberikan kabar terbaru," katanya sambil menyandarkan bahu di ambang pintu. "Atau kau lebih suka mendengarnya besok pagi saat semua sudah terlambat?"

Valentino diam sejenak, lalu menghela napas. “Masuk.”

Liam melangkah masuk dengan percaya diri, lalu langsung duduk di sofa dengan santai seolah ini adalah rumahnya sendiri.

Elara tetap berdiri, menatap pria itu dengan tajam. Liam menangkap tatapan itu dan justru tersenyum miring.

“Apa?” Elara akhirnya buka suara.

Liam menyeringai. “Aku hanya tidak menyangka Valentino akan menikahi seseorang yang, memiliki mata seperti itu.”

Elara mengerutkan kening. "Mata seperti apa?"

Liam melirik sekilas ke Valentino sebelum kembali menatap Elara. “Mata yang penuh kemarahan. Mata seseorang yang ingin membunuh suaminya sendiri.”

Hening.

Elara menggertakkan giginya, sementara Valentino hanya mengangkat sebelah alis, seolah tidak terpengaruh dengan pernyataan itu.

Liam selalu punya cara untuk menusuk langsung ke inti permasalahan.

Hujan turun semakin deras. Udara di dalam kamar terasa berat, seolah menyerap setiap helaan napas Elara.

Liam masih duduk di sofa dengan ekspresi santai, sementara Valentino berdiri di dekat meja, tubuhnya tegap seperti patung yang tidak tergoyahkan.

Tapi Elara. Ia merasa seperti orang luar di dalam pernikahannya sendiri.

Ia menikahi pria yang menjadi bayangan di setiap mimpi buruknya. Seorang pria yang setiap gerakannya mengingatkannya pada malam terburuk dalam hidupnya.

Dan kini, ia harus hidup di bawah atap yang sama dengannya.

Sebagai istri.

“Elara.”

Suara Valentino mengembalikan kesadarannya. Ia baru sadar bahwa tangan kanannya mengepal erat di sisi tubuhnya, kuku-kuku tajamnya hampir menembus kulit.

Ia menoleh, tatapannya bertemu dengan milik Valentino—tatapan yang selalu ia benci karena penuh rahasia yang tidak bisa ia baca.

“Aku tidak ingin membahas ini sekarang,” kata Elara, suaranya dingin dan penuh ketegangan. “Kalau kalian mau membicarakan bisnis atau urusan mafia kalian, silakan. Aku tidak peduli.”

Liam terkekeh kecil. “Kau pikir kau bisa menghindarinya begitu saja, Sayang?”

Elara menoleh tajam ke arahnya. “Jangan panggil aku begitu.”

Liam mengangkat tangan seolah menyerah untuk mencoba menggoda Elara, tapi senyum di wajahnya tidak memudar. Valentino tidak mengatakan apa pun.

-

-

Malam semakin larut. Liam akhirnya pergi setelah berbicara panjang lebar dengan Valentino tentang situasi di luar sana, tentang bagaimana keluarga Moretti masih memiliki sekutu yang mengincar Valentino, tentang betapa rapuhnya posisi Elara di matanya.

Dan kini, hanya mereka berdua yang tersisa di kamar ini.

Elara duduk di ujung ranjang, jari-jarinya saling bertautan di pangkuannya. Valentino berdiri di dekat Elara.

“Kau tidak akan kabur, kan?” suara Valentino akhirnya memecah keheningan.

Elara mendongak, matanya membara. “Kalau aku bisa, aku sudah pergi sejak minggu lalu.”

Valentino tersenyum tipis. “Kau tahu aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Elara tertawa kecil, bukan karena lucu, tapi karena keputusasaan. “Tentu saja tidak. Aku ini tawananmu, bukan?”

Valentino diam.

Elara menggigit bibirnya, merasakan sakit yang tajam menusuk dadanya. Kenapa harus dia? Kenapa harus pria ini yang mengikatnya dalam pernikahan ini?

“Kau menyesal?” Valentino bertanya, suaranya lebih pelan kali ini.

Elara menatapnya lekat-lekat. Menyesal?

Tidak. Ia tidak menyesal menikah dengannya. Ia menyesal karena tidak punya pilihan.

Ia berdiri, langkahnya mendekati Valentino yang masih bersandar di jendela. Cahaya lampu temaram menyoroti wajah pria itu, rahang tajam, mata gelap yang penuh rahasia, bibir yang selalu menekan terlalu banyak kata yang tidak terucapkan.

Elara ingin membencinya.

Tapi masalahnya, ia tidak bisa.

“Apa kau pernah merasa terjebak, Valentino?” Elara berbisik. “Seperti kau ingin lari, tapi kau tidak bisa?”

Valentino menoleh ke arahnya, mengamati wajahnya yang penuh luka batin yang ia coba sembunyikan.

“Elara…”

"Aku ingin membencimu," lanjutnya, nadanya hampir bergetar. "Aku ingin menyalahkan mu untuk semuanya, untuk semua rasa sakit ini, tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apa pun."

Valentino menatapnya tanpa berkedip.

Elara menutup matanya sejenak, mengumpulkan keberanian sebelum mengatakannya.

"Aku menikahimu bukan karena aku ingin. Aku menikahimu karena aku tidak punya pilihan."

Keheningan menyelimuti ruangan.

Valentino mengangkat tangannya, hampir menyentuh pipinya, tapi di detik terakhir, ia menahan diri.

“Aku tahu.”

Elara tersentak. Ia mengerutkan kening, mencoba mencari kebohongan dalam ekspresi Valentino.

Tapi tidak ada.

Tidak ada kesombongan, tidak ada sinisme. Hanya sebuah pengakuan.

Elara tertawa miris. “Tentu saja kau tahu, memang itu yang kau inginkan.”

Lalu ia berbalik, kembali ke tempat tidurnya, menarik selimut, dan memejamkan mata.

Valentino tetap berdiri di sana, menatapnya dalam diam.

Ia ingin mengatakan sesuatu. Ia ingin menyentuhnya.

Tapi Elara bukan miliknya. Ia hanya milik dirinya sendiri.

Dan itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa ia ambil darinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Menjenguk Leon

    Cahaya matahari samar menelusup lewat tirai kamar, tapi tidak cukup untuk menghangatkan udara dingin yang menggantung di antara mereka.Elara duduk di pinggir tempat tidur, lututnya tertarik ke dada, tangan kurusnya menggenggam erat selimut. Matanya kosong, tapi ada api yang masih menyala di sana, api pemberontakan yang tidak pernah padam, meskipun tubuhnya terasa lelah.Sarapan sudah tersedia di atas meja. Croissant hangat, telur setengah matang, dan secangkir kopi hitam, hidangan yang tampak sederhana, tapi dibuat oleh chef terbaik yang dimiliki La Rosa Oscura.Dan Elara tidak menyentuhnya.Valentino berdiri di seberang ruangan, tangannya terselip di saku celana, rahangnya mengeras. Ia sudah memperingatkan gadis itu sejak tadi.“Elara, makanlah.”“Aku tidak lapar.”“Elara.”“Aku. Tidak. Lapar.”Suasana di antara mereka semakin menegang. Valentino menekan napasnya, mencoba mengendalikan amarahnya yang selalu muncul dengan mudah saat berhadapan dengan wanita ini.Elara bangkit, berdir

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Penculikan

    “Dia orang pertama yang menolongku waktu kejadian itu.” Leon menatap langit-langit kamar. “Kalau bukan dia, aku mungkin udah nggak ada.”Pupil mata Elara melebar.Ia tahu Valentino yang menyelamatkan adiknya dari insiden malam itu, ia tahu semuanya dari mantan detektif keluarga Moretti. Tapi ia tidak pernah benar-benar memikirkan bagaimana itu terjadi.Apakah Valentino yang membawa Leon keluar dari neraka berdarah itu? Apakah ia harus bertarung hanya untuk menjaga bocah ini tetap hidup?Pikiran itu membuat hatinya mencubit perih.Tapi sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, suara Valentino yang berbicara di telepon menarik perhatiannya.Pria itu berdiri tidak jauh dari ruangan, tubuhnya tegap dengan satu tangan di saku celana dan tangan satunya memegang ponsel di telinga.“Di misi kali ini bawa Elara bersamamu, Dante,” ujar seseorang dari panggilan suara. Ekspresi Valentino seketika berubah serius.Bukan lagi Valentino yang baru saja bercanda dengan Leon, tapi Valentino yang sesungguhny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Sesuai Rencana

    "Kau yakin bisa sendirian?" Suara Elara terdengar ragu, matanya menyorot tajam ke arah Valentino."Kau belum mengenal siapa suamimu ini? Seharusnya kau lebih khawatir pada dirimu sendiri." Valentino menutup pintu kamar mereka dengan satu dorongan kuat. "Tetaplah di sini. Ini tempat paling aman untuk bersembunyi."Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah pergi, meninggalkan Elara dalam riuh pikirannya sendiri. Dari jendela, ia melihat mobil Valentino melaju menembus gelapnya malam."Walaupun aku membencinya, tapi Tuhan, tolong biarkan dia pulang dalam keadaan hidup." Untuk pertama kalinya, doa Elara tak dipenuhi sumpah serapah.---Di sebuah bangunan terpencil, udara dipenuhi aroma keringat dan debu."Kau masih belum mau bicara, Pak Tua?" Seorang pemuda menekan moncong pistol ke bahu Elio, menekannya cukup kuat hingga pria tua itu mendecak. "Di mana kunci brankas berisi obat yang kami inginkan?"Elio hanya mendengus. "Sudah kubilang, keponakanku yang memegangnya." Tatapannya tetap tajam. I

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Membingungkan

    “Nona bisa menambahkan madu jika rotinya kurang pas di lidah Anda,” ujar Cindy, sang kepala maid, dengan sopan.“Tak perlu. Aku suka selai anggur buatan kalian,” puji Elara ringan, menyendokkan sedikit selai ke rotinya.Cindy tersenyum kecil. Ini pertama kalinya seorang penghuni mansion memuji makanan mereka secara langsung. Biasanya, Valentino—si Tuan Rumah—tidak pernah berkata apa pun soal rasa. Pria itu hanya makan, lalu pergi tanpa ekspresi.“Selamat makan, Tuan, Nona.” Cindy membungkuk hormat sebelum melenggang pergi.“Terima kasih, Cindy.” Elara melirik Valentino yang tetap datar. Dalam hati, ia menggerutu.‘Dia ini hidup di dimensi apa, sih? Sampai hal sekecil ini aja nggak peduli. Cindy kelihatan begitu senang hanya karena pujian receh. Apa si manusia kulkas ini punya anggaran buat ngeluarin satu kata aja buat maid yang udah capek-capek ngurusin makannya?’Sementara itu, Dante Valentino masih setia mengunyah makanannya tanpa suara. Hanya bunyi denting halus garpu yang menyent

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Pernikahan Kilat

    Hujan turun deras malam itu, seolah langit ikut berkabung atas keputusan gila yang baru saja dibuatnya. Elara Moretti berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya dalam balutan gaun pengantin putih yang seharusnya melambangkan kebahagiaan. Tapi tidak ada kebahagiaan di sini, hanya ada ketakutan, keputusasaan, dan kemarahan yang ia pendam dalam diam.Pernikahan ini bukan tentang cinta. Ini tentang balas dendam, darah, dan pengkhianatan.Tangannya gemetar saat menyentuh dadanya, merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. Malam ini, ia akan mengikat janji dengan pria yang paling ia benci, pria yang telah menghancurkan keluarganya—Dante Valentino, pemimpin La Rosa Oscura, organisasi mafia paling berbahaya di Italia.Suara langkah kaki berat terdengar dari luar kamar, semakin mendekat. Pintu terbuka, memperlihatkan pria tinggi dengan setelan hitam sempurna, auranya begitu dingin dan mendominasi. Dante Valentino, matanya setajam belati, memeriksa Elara dari ujung kepala hingg

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Dosa Masa Lalu

    Elara duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong, jari-jarinya mencengkeram kain gaun pengantinnya yang sudah kusut. Villa ini besar dan megah, tapi rasanya seperti penjara. Semua terasa sunyi, kecuali suara derap langkah di lantai bawah, Dante Valentino sedang berbicara dengan seseorang.Elara mengembuskan napas pelan.‘Kenapa aku menerima pernikahan ini?’Ucapan itu berputar di kepalanya, mengingatkan pada malam yang mengubah segalanya.Dua minggu yang lalu.Elara berlari di lorong rumah sakit, napasnya memburu. Leon, adiknya yang sudah tiga tiga tahun koma baru saja dilarikan ke ruang operasi, dia belum sadarkan diri sejak kejadian tragis tiga tahun lalu yang membuat tubuhnya dipenuhi luka akibat serangan kejam musuh keluarganya. Matanya memerah saat melihat sahabat ayahnya, Don Angelo, berdiri di depan pintu ruang operasi dengan wajah suram.“Elara,” suara Don Angelo rendah tapi tegas.Elara tidak menjawab. Ia masih terengah-engah, mencoba memahami semuanya. Leon sudah sadar. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Membingungkan

    “Nona bisa menambahkan madu jika rotinya kurang pas di lidah Anda,” ujar Cindy, sang kepala maid, dengan sopan.“Tak perlu. Aku suka selai anggur buatan kalian,” puji Elara ringan, menyendokkan sedikit selai ke rotinya.Cindy tersenyum kecil. Ini pertama kalinya seorang penghuni mansion memuji makanan mereka secara langsung. Biasanya, Valentino—si Tuan Rumah—tidak pernah berkata apa pun soal rasa. Pria itu hanya makan, lalu pergi tanpa ekspresi.“Selamat makan, Tuan, Nona.” Cindy membungkuk hormat sebelum melenggang pergi.“Terima kasih, Cindy.” Elara melirik Valentino yang tetap datar. Dalam hati, ia menggerutu.‘Dia ini hidup di dimensi apa, sih? Sampai hal sekecil ini aja nggak peduli. Cindy kelihatan begitu senang hanya karena pujian receh. Apa si manusia kulkas ini punya anggaran buat ngeluarin satu kata aja buat maid yang udah capek-capek ngurusin makannya?’Sementara itu, Dante Valentino masih setia mengunyah makanannya tanpa suara. Hanya bunyi denting halus garpu yang menyent

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Sesuai Rencana

    "Kau yakin bisa sendirian?" Suara Elara terdengar ragu, matanya menyorot tajam ke arah Valentino."Kau belum mengenal siapa suamimu ini? Seharusnya kau lebih khawatir pada dirimu sendiri." Valentino menutup pintu kamar mereka dengan satu dorongan kuat. "Tetaplah di sini. Ini tempat paling aman untuk bersembunyi."Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah pergi, meninggalkan Elara dalam riuh pikirannya sendiri. Dari jendela, ia melihat mobil Valentino melaju menembus gelapnya malam."Walaupun aku membencinya, tapi Tuhan, tolong biarkan dia pulang dalam keadaan hidup." Untuk pertama kalinya, doa Elara tak dipenuhi sumpah serapah.---Di sebuah bangunan terpencil, udara dipenuhi aroma keringat dan debu."Kau masih belum mau bicara, Pak Tua?" Seorang pemuda menekan moncong pistol ke bahu Elio, menekannya cukup kuat hingga pria tua itu mendecak. "Di mana kunci brankas berisi obat yang kami inginkan?"Elio hanya mendengus. "Sudah kubilang, keponakanku yang memegangnya." Tatapannya tetap tajam. I

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Penculikan

    “Dia orang pertama yang menolongku waktu kejadian itu.” Leon menatap langit-langit kamar. “Kalau bukan dia, aku mungkin udah nggak ada.”Pupil mata Elara melebar.Ia tahu Valentino yang menyelamatkan adiknya dari insiden malam itu, ia tahu semuanya dari mantan detektif keluarga Moretti. Tapi ia tidak pernah benar-benar memikirkan bagaimana itu terjadi.Apakah Valentino yang membawa Leon keluar dari neraka berdarah itu? Apakah ia harus bertarung hanya untuk menjaga bocah ini tetap hidup?Pikiran itu membuat hatinya mencubit perih.Tapi sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, suara Valentino yang berbicara di telepon menarik perhatiannya.Pria itu berdiri tidak jauh dari ruangan, tubuhnya tegap dengan satu tangan di saku celana dan tangan satunya memegang ponsel di telinga.“Di misi kali ini bawa Elara bersamamu, Dante,” ujar seseorang dari panggilan suara. Ekspresi Valentino seketika berubah serius.Bukan lagi Valentino yang baru saja bercanda dengan Leon, tapi Valentino yang sesungguhny

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Menjenguk Leon

    Cahaya matahari samar menelusup lewat tirai kamar, tapi tidak cukup untuk menghangatkan udara dingin yang menggantung di antara mereka.Elara duduk di pinggir tempat tidur, lututnya tertarik ke dada, tangan kurusnya menggenggam erat selimut. Matanya kosong, tapi ada api yang masih menyala di sana, api pemberontakan yang tidak pernah padam, meskipun tubuhnya terasa lelah.Sarapan sudah tersedia di atas meja. Croissant hangat, telur setengah matang, dan secangkir kopi hitam, hidangan yang tampak sederhana, tapi dibuat oleh chef terbaik yang dimiliki La Rosa Oscura.Dan Elara tidak menyentuhnya.Valentino berdiri di seberang ruangan, tangannya terselip di saku celana, rahangnya mengeras. Ia sudah memperingatkan gadis itu sejak tadi.“Elara, makanlah.”“Aku tidak lapar.”“Elara.”“Aku. Tidak. Lapar.”Suasana di antara mereka semakin menegang. Valentino menekan napasnya, mencoba mengendalikan amarahnya yang selalu muncul dengan mudah saat berhadapan dengan wanita ini.Elara bangkit, berdir

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Gadis Keras Kepala

    Hujan turun pelan, menciptakan ketukan halus di jendela kamar mereka. Elara duduk di depan meja rias, menatap pantulan dirinya dengan pandangan kosong. Gaun pengantinnya sudah berganti dengan piyama sutra yang terasa asing di kulitnya, terlalu mewah, terlalu mahal, dan terlalu mengingatkannya bahwa ia bukan lagi Elara Moretti yang dulu.Di belakangnya, Valentino sedang berdiri di balkon, merokok seperti biasa. Asapnya mengepul membentuk kabut tipis di udara, sebelum menghilang bersama dengan pikiran yang mungkin sedang berkecamuk di kepalanya.Mereka sudah menikah. Tapi atmosfer di antara mereka terlalu hening, terlalu dingin.Elara menggigit bibirnya. Ia ingin berbicara. Ia ingin bertanya.Kenapa?Kenapa ia menikahinya?Kenapa ia terus menatapnya seperti ia adalah teka-teki yang tidak bisa ia pecahkan?Tapi bibirnya tetap terkunci. Karena ia tahu, tidak ada jawaban yang akan membuatnya lebih baik.Di sisi lain, Valentino mencuri pandang ke arah Elara dari pantulan kaca balkon. Wanita

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Dosa Masa Lalu

    Elara duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong, jari-jarinya mencengkeram kain gaun pengantinnya yang sudah kusut. Villa ini besar dan megah, tapi rasanya seperti penjara. Semua terasa sunyi, kecuali suara derap langkah di lantai bawah, Dante Valentino sedang berbicara dengan seseorang.Elara mengembuskan napas pelan.‘Kenapa aku menerima pernikahan ini?’Ucapan itu berputar di kepalanya, mengingatkan pada malam yang mengubah segalanya.Dua minggu yang lalu.Elara berlari di lorong rumah sakit, napasnya memburu. Leon, adiknya yang sudah tiga tiga tahun koma baru saja dilarikan ke ruang operasi, dia belum sadarkan diri sejak kejadian tragis tiga tahun lalu yang membuat tubuhnya dipenuhi luka akibat serangan kejam musuh keluarganya. Matanya memerah saat melihat sahabat ayahnya, Don Angelo, berdiri di depan pintu ruang operasi dengan wajah suram.“Elara,” suara Don Angelo rendah tapi tegas.Elara tidak menjawab. Ia masih terengah-engah, mencoba memahami semuanya. Leon sudah sadar. Ta

  • Menjadi Istri Penguasa yang Tak Diinginkan   Pernikahan Kilat

    Hujan turun deras malam itu, seolah langit ikut berkabung atas keputusan gila yang baru saja dibuatnya. Elara Moretti berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya dalam balutan gaun pengantin putih yang seharusnya melambangkan kebahagiaan. Tapi tidak ada kebahagiaan di sini, hanya ada ketakutan, keputusasaan, dan kemarahan yang ia pendam dalam diam.Pernikahan ini bukan tentang cinta. Ini tentang balas dendam, darah, dan pengkhianatan.Tangannya gemetar saat menyentuh dadanya, merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. Malam ini, ia akan mengikat janji dengan pria yang paling ia benci, pria yang telah menghancurkan keluarganya—Dante Valentino, pemimpin La Rosa Oscura, organisasi mafia paling berbahaya di Italia.Suara langkah kaki berat terdengar dari luar kamar, semakin mendekat. Pintu terbuka, memperlihatkan pria tinggi dengan setelan hitam sempurna, auranya begitu dingin dan mendominasi. Dante Valentino, matanya setajam belati, memeriksa Elara dari ujung kepala hingg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status