"Gavin, proyek itu memang berjalan lancar. Taman hiburan yang kamu bangun memang sukses besar. Kakek masih merasa khawatir, sekarang Alice sudah meninggal, saham milikmu tidak akan memungkinkan membuatmu terpilih sebagai presdir utama."Suara Berti Welbert itu terdengar sangat gusar dan menggema cukup nyaring di taman belakang tempat kediamannya. "Kakek, bagaimana jika aku menjebloskan Paman dan Laura ke penjara? Aku memiliki bukti-bukti kejahatan mereka," Gavin merasa ini satu-satunya jalan untuk mendepak Gerard dan Laura dari wewenangnya di perusahaan. "Gavin, jika seperti itu, sama saja dengan kita membuat nama keluarga dan juga perusahaan Welbert tercoreng. Setelahnya, harga saham perusahaan Welbert akan jatuh. Semua hal yang kita perjuangkan akan berakhir sia-sia jika perusahaan pada akhirnya bangkrut. Memenjarakan Gerard dan Laura tidak akan membawa hasil yang baik. Selain itu, keluarga kita akan dianggap remeh di masyarakat. Aku juga akan kehilangan hak sebagai penasehat kera
"Segel? Ka_mu sudah menemukannya? Syukurlah!" Berti Welbert merasa sangat senang. "Tapi_ pertemuan dewan direksi dan pemegang saham hanya tinggal beberapa hari lagi, Alice. Setelah pengesahan dirimu sebagai ahli waris dan pemegang saham, kewenanganmu baru berlaku setelah 30 hari." "Maksud Kakek, aku bisa memberikan suaraku setelah 30 hari melakukan pengesahan di depan pengacara?" Berti Welbert mengangguk lesu. Hal ini sudah terlambat. Alice tidak dapat menggunakan haknya sebagai pemegang saham 25 persen perusahaan Welbert untuk membantu Gavin. "Kakek.. jangan putus asa terlebih dulu. Aku masih punya cara lain untuk menyelesaikan permasalahan ini." "Benarkah?" Berti menatap tidak percaya kepada Alice. "Benar Kek, percayalah kepadaku." "Tapi, rahasiakan bahwa aku masih hidup. Dengan Gavin sekalipun. Aku punya rencana sendiri." "Baiklah," Berti Welbert mengangguk setuju. * * * "Mama, gaun ini cantik sekali." Selena terpana dengan gaun edisi terbatas rancangan Rosemary
"Bagaimana penampilanku, James?" belakangan Gavin tidak terlalu fokus, sehingga dia sepertinya kehilangan kepercayaan diri untuk memadu madankan pakaian dan aksesoris yang digunakannya. "Anda terlihat tampan, Tuan! Seperti biasanya." "Benarkah? Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang!" James membukakan pintu mobil untuk Gavin, dan mempersilahkannya masuk. Mereka melaju perlahan menuju ke kantor pusat perusahaan Welbert. Hari ini adalah waktunya untuk pertemuan para pemegang saham dan dewan direksi utama perusahaan Welbert. Rapat hari ini menentukan siapa Presiden Direktur Utama perusahaan Welbert yang terpilih. "Kita sudah sampai Tuan," ujar James yang kemudian turun dan membukakan pintu bagi Gavin. Gavin melangkahkan kaki panjangnya ke ruang rapat. Semua dewan direksi dan juga pemegang saham utama perusahaan Welbert telah hadir, termasuk Gerard dan Laura. "Selamat pagi, semuanya. Seperti yang kita ketahui bahwa hari ini kita akan memilih siapa yang pantas untuk memimpin perus
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" ujar Laura dengan nada rendah kepada Alice. "Berikan dukunganmu kepada Gavin! Atau..." Alice kembali membuat sebuah panggilan video saat ini dengan satu alat pendengar di telinganya dan satu lagi masih di telinga Laura. "Perlihatkan gadis itu!" perintah Alice kepada seseorang di ujung telepon. "MAMA! TOLONG AKU MA! TOLONG!" tampak Selena diikat pada kaki dan tangan dengan digantung terbalik. Kepalanya tepat mengarah ke atas lautan. Selena terikat pada ujung dek kapal ditengah lautan. "Kamu gila, Alice!" Laura benar-benar sangat marah saat ini, namun dia tidak mengeraskan suaranya sedikitpun. Gavin dan Gerard melihat keanehan pada kedua wanita itu. Namun mereka tidak dapat mengalihkan pembicaraan mereka saat ini. Gavin dan Gerard berdiri di depan melanjutkan voting suara pemegang saham utama, setelah perolehan suara untuk dewan direksi berakhir seimbang untuk mereka berdua. "Sekarang, kita akan menggunakan hak pemegang saham utama peru
Fokus Gavin terbagi. Meskipun dia dengan sangat senang menerima ucapan satu persatu dari dewan direksi, matanya selalu mengarah kepada Alice. Dia sudah tidak sabar untuk menghampiri istrinya. Alice berdiri dengan tenang di tempatnya, menatap Gavin dari sana. Ketika semua orang telah pergi dari ruang rapat, hanya tersisa mereka berdua di sana. Gavin sudah tidak sabar lagi, dan melangkah besar ke arah Alice. Ketika pria itu berdiri di depannya, "Kenapa? Sudah merindukanku?" tanya Alice dengan merentangkan tangannya. Gavin memeluk tubuh Alice, menghirup aroma dari tubuhnya. "Syukurlah. Aku mengira bahwa kamu_" "Mati? Ya, aku memang hampir mati. Koma selama satu bulan, benar-benar tidak enak." Gavin menatap dalam kepada Alice mendengar perkataannya. "Pasti kamu sangat ketakutan waktu itu. Maaf karena aku lalai menjagamu." "itu bukan kesalahanmu, sudahlah!" ujar Alice. "Aku merindukanmu, Alice." Gavin memeluk erat Alice. "Hmmm, tapi kenapa pelukan ini terasa kurang nyama
"Berhentilah berjalan mondar mandir tidak karuan, Laura!" Gerard yang sudah merasa kesal karena gagal terpilih sebagai presiden direktur utama perusahaan Welbert, menjadi semakin kesal melihat Laura yang dari tadi gelisah dan berjalan kesana kemari. "Apa maksudmu Gerard? Biar bagaimana pun Selena adalah putri kandungmu. Bagaimana bisa kamu tidak mengkhawatirkan dia?" Jika bisa memilih, Laura benar-benar berharap Selena adalah putri kandung Josh dibandingkan Gerard. Josh adalah pria yang bertanggung jawab dan perhatian, meskipun dia tidak mencintai Laura. Sejak Laura mengandung hingga Selena lahir, Josh tidak pernah membedakan kasih sayangnya, baik kepada Gavin ataupun Selena. "Sayang sekali, aku memiliki putri yang ceroboh, dia membuatku kehilangan kesempatan menjadi pemimpin dalam keluarga Welbert. Jika saja Alice tidak menangkapnya, mungkin hari ini aku sudah_" "GERARD! BISA-BISANYA KAMU BERKATA BEGITU!" Laura menjadi sangat marah. "Bagaimanapun juga, apa kamu tidak takut jika
"ALICE! ALICE!" Laura datang ke kediaman utama dan berteriak-teriak memanggil Alice. "Nyonya, Nyonya Alice masih tidur. Tuan Gavin tadi sebelum berangkat berpesan kepada kami untuk tidak mengganggunya. Kalau Nyonya berteriak-teriak seperti itu, Nyonya Alice nanti terbangun." Weni mencoba menghalangi Laura yang akan naik ke tangga menuju ke kamar Tuannya. "PERSETAN DENGAN KALIAN SEMUA! ALICE! TURUN KAMU!" Laura masih berteriak dengan marah. Alice yang masih tertidur di kamar, terbangun mendengar suara Laura. "Ugh, siapa itu? Mengganggu saja." Alice mencoba mencari kesadarannya untuk segera bangun dengan meregangkan tubuh dan menggosok-gosok kedua matanya. Ketika dia turun dari tempat tidur, dan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, Alice merasakan tubuhnya kedinginan. "Astaga!" Alice lupa jika dia sekarang tidak mengenakan apapun. Alice segera menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menggunakan pakaian. Di depan wastafel dia memandangi keseluruhan dirinya deng
Laura berlari dengan cepat, bagaimanapun dia tidak ingin berakhir di penjara. Apalagi Selena juga terlibat hari itu. Laura tidak ingin masa depan putrinya terancam. Laura masuk ke dalam mobilnya dan memerintahkan supirnya, "Kita ke rumah Gerard. Cepat!" Dalam 5 menit, Laura sampai ke rumah Gerard. Dia masuk ke dalam rumah dan menemukan Gerard saat ini sedang berada di ruang tamu bersama dengan tiga orang pria. Yang seorang adalah Mario Aldimor, sedangkan kedua pria lainnya, dia tidak mengenalnya. Yang satu berbadan besar dan berotot. Yang lainnya seorang pria bertinggi badan sekitar 178 sentimeter, tubuhnya tidak gemuk dan juga tidak kurus. "Gerard..hiks..hiks.." Laura mengadu dan menangis kepada Gerard. "Ada apa denganmu, Laura? Kenapa dengan wajahmu?" Gerard sedih melihat wajah Laura yang sangat merah, sepertinya bekas tamparan. "Alice memukulku." "Apa? Akan aku beri pelajaran dia." Gerard hendak pergi, namun Laura segera menahannya. "Jangan Gerard, dia mempunyai bukti pe
"AYO, KERAHKAN TENAGA KALIAN!" Alice berteriak kencang memerintahkan para tentara pasukan elit Albain untuk melalui halang rintang yang dibuatnya di tengah-tengah hutan lebat pegunungan Albain. Ratusan tentara elit Albain itu telah melalui pelatihan Alice selama hampir 1 bulan ini. Pelatihan yang diberikan Alice benar-benar mengerikan. Sang Alpha, menciptakan neraka untuk membentuk tentara-tentara terlatih dan profesional. Ketika pelatihannya berakhir, Alice melihat kembali seluruh catatan skor dari setiap orang. "Bagus, bagus. Kalian mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit." Alice memuji para peserta pelatihannya. Seluruh peserta bukannya senang, mereka malah merasa merinding. Jika Alice mengucapkan kata 'peningkatan sedikit' itu artinya, besok harinya akan dibuat sebuah rintangan pelatihan yang baru dan lebih sulit. "Ada apa dengan wajah kalian? Mengapa di wajah kalian aku melihat ada 'keluhan'?" Alice menatap barisan tentara itu satu persatu. "TIDAK, YANG MULIA RATU!
Alice melangkah perlahan di komplek pemakaman dengan memegang seikat karangan bunga Krisan Putih di tangannya. Langkahnya terhenti di sebuah makam keluarga yang terlihat masih baru. Tanahnya masih basah, belum ditumbuhi subur oleh rumput hias yang cantik seperti makam di sekitarnya. Dia berjongkok dan meletakkan bunga Krisan Putih yang dipegangnya. Dipegangnya pusara dengan hati-hati. Perutnya kini agak membuncit, jadi Alice tidak tahan berjongkok lama-lama. Ketika Alice akan bangkit berdiri, sepasang tangan merangkul bahunya dari belakang untuk membantunya. Lalu pada bahunya disampirkan sebuah mantel hangat. "Mengapa kau tidak menggunakan pakaian yang agak tebal? Sekarang sudah hampir musim dingin. Bagaimana nanti jika sakit?" Suara hangat pria mengalun di telinga Alice. Alice menatap pria itu kemudian tersenyum, "Ada kau di sisiku, aku tidak akan sakit." Alice melingkarkan tangannya di pinggang Gavin, dan menyandarkan kepalanya di dadanya. Gavin mengecup pelan dahi istrinya
Berjam-jam waktu telah berlalu, Alice masih duduk di kursinya tanpa beranjak sedikitpun. Wajahnya terlihat lelah dan juga pucat. "Alice, sebaiknya kamu dan Ibu pulang dan beristirahat. Aku dan Jake akan menunggu di sini. Kami akan mengabari kamu jika Gavin telah sadar." Elisa merangkul bahu Alice yang duduk di sisinya. Semalaman Alice tidak tidur. Kini hari sudah berganti pagi. Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Namun Gavin belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Mereka juga hanya bisa duduk dan menunggu di luar, karena Gavin saat ini masih berada di ruang observasi. "Ya, aku juga akan tetap di sini." Mario juga sejak semalam masih berada di sana. "Kami akan mengantarkan kamu, Bos!" Wella berkata kepada Alice sambil menunjuk dirinya dan Henry. "Benar Alice, setidaknya kau harus menjaga kondisimu juga. Beristirahatlah sejenak!" Ujar Jake pada Alice. Alice sebenarnya merasa tidak tenang jika harus pergi meninggalkan Gavin di rumah sakit. Tapi memang benar, dia harus menjaga k
Tuuuuuuuutttt Dokter melakukan teknik Resusitasi Jantung Paru kepada Gavin, namun tidak juga ada tanda-tanda detak jantungnya kembali. Mesin masih terus berbunyi, tanda detak jantung Gavin tidak terdeteksi. "Siapkan defibrillator!" Dokter meminta perawat memberikan alat kejut jantung. "50 Joule!" Perintah dokter pada perawat yang memegang alat defibrillator. "Everybody clear!" Dokter memberikan kejut jantung pertama kepada Gavin. Namun tidak ada reaksi apapun. "100 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tetap tidak ada reaksi apapun pada Gavin. "150 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tut...Tut...Tut... "Oke, jantung mulai berfungsi. Siapkan ruang operasi. Aku akan mensterilkan diri." Dokter kemudian keluar dari ruang gawat darurat. "Nyonya, sebaiknya Anda menunggu di luar. Kami akan mempersiapkan pasien untuk dioperasi." Alice mengangguk, namun sebelumnya ia memegang tangan Gavin sebelum keluar, "Sayangku
"Ya, aku bersedia bersaksi untuk kerajaan." Louis bersuara. Entah sejak kapan dia masuk ke dalam ruang rapat Parlemen. "Louis?" Isabela menatap tajam kepada pembunuh putrinya itu. Sebenarnya Isabela tahu bahwa yang meracuni Ansara adalah Louis dan Logan. Hanya saja, dia tidak punya cara untuk membuktikannya. Mereka berdua telah bersekongkol dengan sangat rapi. Seluruh rekaman kamera pengawas telah dihapus pada bagian dimana mereka memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman Ansara. Setiap kali mereka secara bergantian meracuni Sara. "Aku akan menyerahkan diri dan mengakui perbuatanku. Aku juga akan menjadi saksi kejahatan Logan. Aku menyimpan beberapa bekas botol racun yang telah kosong. Aku rasa itu cukup kuat untuk dijadikan alat bukti." Louis berkata sambil menunjuk Logan. "Pria bajingan ini memaksa aku dan putraku untuk menjadi kaki tangannya. Namun, ketika kami sudah tidak dibutuhkan lagi, dia memerintahkan orang untuk membunuhku. Beruntung bagiku, Matheo tiba di rumah ber
"Rekam baik-baik semua bukti yang akan aku tunjukkan kepada kalian hari ini!" Lalu proyektor menampilkan seluruh bukti transfer uang senilai 1 milyar kepada seluruh anggota Dewan Parlemen yang berasal dari rekening Firlo More. Setelahnya, menampilkan seluruh percakapan Ketua, Wakil, dan beberapa anggota Dewan Parlemen sebelum rapat hari ini dimulai. 'Apakah kalian telah menerima uang senilai 1 milyar yang dikirimkan Firlo?' Terdengar suara Ketua Dewan Parlemen. 'Hahaha, kami telah menerimanya. Pokoknya, apapun yang tuan Firlo minta, akan kita lakukan. Jika mengikutinya, kita akan semakin kaya raya.' Seorang anggota merasa sangat senang. 'Ya, yaa.. Nominal 1 milyar setiap bulan, sangat besar. Tuan Firlo memang sangat murah hati.' Wakil Ketua Dewan Parlemen terdengar sangat bersemangat. 'Hei, sudah. Itu, Perdana Menteri telah datang!' Seseorang dari mereka meminta untuk menghentikan obrolan. 'Tuan Firlo, terima kasih atas hadiahnya. Hahaha.' Ketua Dewan Parlemen bersuara.
Pimpinan Rapat Dewan Parlemen mengamati waktu pada jam tangannya. "Sudahlah Pak Ketua Parlemen, lebih baik kita segera mulai saja rapatnya. Ini sudah pukul 09.05. Tidak baik menunda lebih lama lagi." Firlo mendesak Pimpinan Rapat agar segera mengetuk palunya dan membuka rapat. "Baiklah, semuanya harap tenang. Dengan mengucap syukur kepada Yang Maha Esa, maka Rapat Dewan Parlemen dalam rangka penetapan berlakunya konstitusi baru, telah dimulai secara resmi." Kemudian Pimpinan Rapat yang juga merupakan Ketua Dewan Parlemen, mengetuk palunya di atas meja. Tok "Hari ini adalah voting terakhir pemberlakuan konstitusi baru Negara Yustan tentang Anggaran Belanja Negara Perlengkapan Militer. Seperti yang kita ketahui, sebulan yang lalu, hanya Putri Mahkota Alice Anabel yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pemberlakuan konstitusi baru. Beliau berjanji, akan membawa bukti dan bantahan untuk menggagalkan pemberlakuan konstitusi baru ini." "Benar sekali. Namun, Putri Alice Anabel
"Alice, pakaianmu ini seluruhnya berwarna hitam. Tidakkah kamu ingin menambahkan warna lain?" Sera menyerahkan sebuah saputangan putih untuk Alice letakkan di saku jasnya. Karena menurut kebiasaan di Yustan menggunakan setelan jas serba hitam dan perlengkapan serba hitam, hanya boleh dilakukan ketika pemakaman. Menurut kepercayaan mereka, jika menggunakan pakaian dan perlengkapan serba hitam selain di acara pemakaman dapat membawa kesialan. "Tidak, Bu. Hari ini memang akan menjadi hari kesialan dan pemakaman bagi beberapa orang." Alice memasukkan sebuah saputangan berwarna hitam di saku jasnya. "Aku pergi Bu, Nenek." Alice melihat ke seseorang yang berdiri di belakang Sera. "Alice, kau terlalu tergesa-gesa untuk mendorong pergi Logan dan Firlo." Isabela merasa tidak setuju dengan rencana Alice yang membahayakan dirinya. Padahal dia dapat menyingkirkan mereka perlahan setelah menjabat sebagai Ratu Yustan kelak. "Nenek, untuk menyingkirkan rumput liar, harus mencabut hingga ke ak
"Kau, ajaklah Firlo dan Logan bertemu. Laporkan bahwa kau berhasil membunuh Alice." Jake memerintahkan Maxim keluar dari ruang tahanan untuk segera berpakaian rapi, kemudian mengembalikan ponsel miliknya. "Beberapa hari ini, mereka terus menerus menghubungimu. Aku tidak ingin mereka tahu bahwa kalian gagal membunuh Alice," sambung Jake lagi. "Maksudmu, agar mereka mengira rencananya berhasil dan mereka kemudian lengah?" Maxim menebak rencana mereka. "Ya, katakanlah seperti itu," ujar Jake sambil tersenyum. "Jangan mencoba berpikir untuk kabur! Kami akan mengikuti mu dan memantau setiap pergerakan mu." Jake memperingatkan Maxim. "Bagaimana jika aku berhasil kabur?" Maxim menatap sinis ke arah Jake yang tampak meremehkannya. "Pertama, aku yakin karena kau akan membawa alat penyadap ini di tubuhmu. Kedua, karena pasukanmu masih berada di bawah pengawasan kami. Dan ketiga, adik kandungmu ada di antara mereka. Kau tidak akan berani mengambil resiko dengan melakukan itu." Jake me