"Tidak mungkin Alice membunuh Ansara! Bukan Alice yang meracuni Sara! Pak Polisi, kalian salah menangkap orang!" Sera memeluk Alice, dan menghalangi polisi membawanya. "Ibu, tidak perlu khawatir. Hal ini akan segera diatasi. Pria ini tidak akan berhasil menjebakku." Alice menenangkan Sera yang memeluknya erat dan menghalangi polisi untuk membawanya pergi. "Alice, aku akan mencari pengacara terbaik untuk mengeluarkanmu." Gavin memeluk Alice dan menghapus airmata di wajahnya. Ia mencium puncak kepala Alice, sebelum akhirnya Alice dibawa pergi oleh kepolisian. Elisa merangkul Sera yang terlihat sangat sedih setelah Alice dibawa pergi polisi. "Tenanglah, Alice memiliki banyak pendukung yang membantunya, dia akan baik-baik saja." Jake memegang pundak Elisa dan Sera. Gavin menjauh dari orang-orang dan menelepon James. "James, aku perlu bantuanmu. Tolong hubungi Kirana. Dan berangkatkan dia dengan pesawat pribadiku sekarang juga ke Yustan. Alice perlu bantuan pengacara terbaik secepatny
"Kirana, tidak bisakah kamu bekerja lebih cepat lagi? Ini sudah hampir dua hari Alice di sel tahanan, aku sangat mengkhawatirkan keadaan Alice." Gavin mondar mandir di hadapan Kirana dengan gelisah, dia bahkan tidak bisa tidur selama dua hari ini karena Alice masih di dalam tahanan. "GAVIN! TOLONGLAH BERSABAR SEDIKIT LAGI! AKU TIDAK DAPAT BERPIKIR JIKA KAMU TERUS MONDAR-MANDIR SEPERTI ITU. ITU SANGAT MENGGANGGU." Kirana kini sedang fokus menyusun bukti-bukti dan juga merangkai alibi untuk membebaskan Alice. "Oh, maafkan aku." Gavin menyesali perbuatannya. Jake datang bersama seorang wanita berseragam dokter. "Kami sudah mendapatkan hasil laboratorium dan hasil otopsi Putri Ansara." Ujar Jake yang diamini wanita di sebelahnya. "Ya, untung saja Ratu Isabela menyetujui proses otopsi dan pemeriksaan lebih lanjut pada tubuh Putri Ansara," jawab Jake. "Benarkah, aku sangat berterimakasih kepadamu, Dokter Alena Hart." Gavin merasa jalan keluar dari masalah sudah terlihat. "Tidak m
Pagi-pagi sekali Gavin, Jake, Kirana dan Alena telah pergi ke kantor polisi. "Tolong panggilkan Detektif yang menangani kasus Ansara Anabel juga. Kami ingin melihat beberapa alat bukti sekaligus membatalkan tuduhan kepada Alice." Kirana tidak mau membuang waktu, jadi dia ingin mengajukan berkas pembelaan sekaligus pembatalan tuduhan. "Tapi Detektif sedang tidak ada di tempat, Anda hanya bisa mengajukan berkas pembelaan dan permohonan pembebasan sementara atas Nona Alice Anabel." "Nona? Dia telah menjadi ahli waris dan calon ratu Negara Yustan di masa depan. Dia adalah putri mahkota." "Putri mahkota? Dia mungkin tidak memiliki kesempatan itu dan harus mendekam di penjara." Polisi itu adalah polisi yang sama, yang memukuli Alice dan mencambuknya di sel tahanan isolasi. "Apa Anda berusaha menghalangi Pengacara dan proses pembelaan kami? Anda tahu, Anda bisa kehilangan pekerjaan jika menghalangi proses pembelaan dan pembatalan tuduhan." "Hahaha, Anda sangat lucu, bagaimana bis
"Alice Anabel dibebaskan dari tuduhan. Keluarkan dia dari ruang tahanan isolasi sekarang." Detektif memerintahkan polisi itu untuk mengeluarkan Alice. "Apa? Ruang tahanan isolasi? Apa yang kalian lakukan? Ruang isolasi adalah ruang untuk menginterogasi teroris dan pengedar narkoba. Mengapa kalian menahannya di situ?" Kirana memelototi detektif dan polisi itu. "Dengar, jika klienku mengalami penyiksaan, maka aku akan menuntut kalian. Percayalah, kalian akan kehilangan seragam dan dihukum berat!" Kirana menunjuk wajah detektif dan polisi itu. Wajah detektif dan polisi itu tampak memucat seketika. "Tidak, kami tidak melakukan apapun kepadanya. Hanya saja, kemarin dia sempat bertengkar dengan tahanan lain, sehingga mengalami luka-luka." Polisi dan detektif itu berkilah. "Apa? Kami akan ikut dengan kalian menjemputnya ke dalam ruang isolasi." Gavin merasakan firasat buruk. "Tidak, kalian dilarang ikut ke dalam area ruang tahanan, itu pelanggaran!" Polisi itu bersikeras menghalangi a
"Aku adalah Alena Hart, aku punya izin untuk melakukan praktek dimana saja." Alena menunjukkan sertifikat internasionalnya dari Organisasi Kesehatan Internasional. "Astaga, kami mengenalmu." Sorak seorang perawat. Dia merupakan salah satu yang sangat mengidolakan dokter cantik itu. Seorang dokter jaga melihat Alena, "Tentu Profesor Hart. Lewat sini!" Siapa yang tidak mengenal Alena Hart, seorang Profesor Muda di bidang kedokteran. Dia juga adalah peneliti yang berhasil mengembangkan teknik balon valpuloplasty dan juga menemukan antivirus penyakit Karseleis. Dua tahun yang lalu, dia berhasil mencegah penyebaran penyakit mematikan yang menyerang hati. Itulah sebabnya dia mendapatkan penghargaan dan izin khusus untuk melakukan pengobatan di rumah sakit manapun dia inginkan. "Terimakasih," ujarnya pada Dokter yang menuntunnya hingga ke ruang perawatan darurat. "Gavin, letakkan Alice di sana. Letakkan dia dengan posisi tengkurap" Alena menunjuk ke tempat tidur perawatan, sementara di
"Alice, makanlah yang banyak." Sera menyuapkan semangkuk sup ayam hitam kepada Alice. Dia memasak ayam hitam yang dicampur herbal yang dikirimkan Gavin dan segera membawanya ke rumah sakit pagi-pagi sekali, sekaligus menjaga Alice. Karena Gavin tiba-tiba mendapat telepon dari James. James pagi ini tiba di Yustan dan meminta Gavin menemuinya. "Ibu, perutku sudah kekenyangan." Alice tidak sanggup lagi menelan sup herbal ayam hitam. "Ayolah, kamu perlu makan yang banyak agar lekas sembuh." Sera merasa sakit hati melihat wajah Alice yang semakin tirus dan juga semua luka-luka yang terdapat di tubuhnya. "Ibu, aku kenyang." Alice menutup mulutnya rapat-rapat sebelum sendok di tangan Sera mendekat ke mulutnya. "Hhhh, ya sudahlah." Sera menyerah dan tidak memaksa Alice lagi. Sera meletakkan mangkuk sup di tangannya dan memegang tangan Alice, "Alice, jika kamu tidak ingin menderita, lebih baik kamu mundur saja dari perebutan ahli waris kerajaan. Kita bisa menetap di Casia atau di Alb
"Hai, obrolan kalian sepertinya sangat seru." Ujar Gavin yang baru saja tiba di ruang perawatan Alice. "Kamu sudah kembali?" ujar Alice setelah melihat bahwa Gavin telah kembali. "Ya, James hanya berkonsultasi sedikit untuk persiapan konferensi seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan." "Oh, acaranya berlangsung 4 hari lagi kan? Kapan kamu akan ke Prancis?" "Sepertinya aku akan berangkat lusa. Alice, ikutlah pergi bersamaku." Gavin merasa tidak tenang meninggalkan Alice di Yustan. "Aku harus tetap di sini, Gavin. Aku harus mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap Logan dan mengusirnya pergi dari istana selamanya. Jake, kamu antarkan Elisa dan Ibuku untuk kembali besok ke Casia. Bukankah kamu juga harus pergi untuk mengawal Yang Mulia Bernard dan Perdana Menteri Liam untuk pertemuan itu?" "Ya, baiklah." Jawab Jake singkat. "Kamu yakin akan tinggal di sini? Bagaimana jika hal seperti ini terjadi lagi?" Gavin ragu untuk setuju meninggalkan Alice di sini sendirian. "
Logan berlari ke arah sumber suara, "Louis, kamu juga tadi mendengarnya kan?" ujarnya pada Louis yang berjalan mendekat kepadanya. "Ya, aku mendengarnya!" Louis yakin dia mendengar suara ponsel dari balik semak-semak. Mereka mencari ke sekeliling, namun tidak menemukan apapun. "Bagaimana mungkin bisa menghilang secepat itu? Siapakah orang tadi?" Louis berpikir keras. "Sial! Ini semua karena kamu terus merengek-rengek ingin bertemu denganku untuk membahas putramu itu! Bagaimana jika orang tadi mendengar semuanya dan membocorkan tentang kita? Rencanaku bisa gagal semua!" "Sialan kamu, Logan! Sejak kecil putraku tidak pernah mendapat kasih sayang tulus dari kamu, ayah kandungnya. Kamu hanya menganggap dia sebagai alat untuk rencanamu saja!" Louis pergi meninggalkan Logan dengan marah. Namun Logan kemudian segera menyusulnya masuk ke dalam istana. * * * 'Ah sial! Kenapa di saat seperti ini ponselku harus berbunyi sih?!' umpat Alice dalam hati setelah menekan tombol tolak pa
"AYO, KERAHKAN TENAGA KALIAN!" Alice berteriak kencang memerintahkan para tentara pasukan elit Albain untuk melalui halang rintang yang dibuatnya di tengah-tengah hutan lebat pegunungan Albain. Ratusan tentara elit Albain itu telah melalui pelatihan Alice selama hampir 1 bulan ini. Pelatihan yang diberikan Alice benar-benar mengerikan. Sang Alpha, menciptakan neraka untuk membentuk tentara-tentara terlatih dan profesional. Ketika pelatihannya berakhir, Alice melihat kembali seluruh catatan skor dari setiap orang. "Bagus, bagus. Kalian mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit." Alice memuji para peserta pelatihannya. Seluruh peserta bukannya senang, mereka malah merasa merinding. Jika Alice mengucapkan kata 'peningkatan sedikit' itu artinya, besok harinya akan dibuat sebuah rintangan pelatihan yang baru dan lebih sulit. "Ada apa dengan wajah kalian? Mengapa di wajah kalian aku melihat ada 'keluhan'?" Alice menatap barisan tentara itu satu persatu. "TIDAK, YANG MULIA RATU!
Alice melangkah perlahan di komplek pemakaman dengan memegang seikat karangan bunga Krisan Putih di tangannya. Langkahnya terhenti di sebuah makam keluarga yang terlihat masih baru. Tanahnya masih basah, belum ditumbuhi subur oleh rumput hias yang cantik seperti makam di sekitarnya. Dia berjongkok dan meletakkan bunga Krisan Putih yang dipegangnya. Dipegangnya pusara dengan hati-hati. Perutnya kini agak membuncit, jadi Alice tidak tahan berjongkok lama-lama. Ketika Alice akan bangkit berdiri, sepasang tangan merangkul bahunya dari belakang untuk membantunya. Lalu pada bahunya disampirkan sebuah mantel hangat. "Mengapa kau tidak menggunakan pakaian yang agak tebal? Sekarang sudah hampir musim dingin. Bagaimana nanti jika sakit?" Suara hangat pria mengalun di telinga Alice. Alice menatap pria itu kemudian tersenyum, "Ada kau di sisiku, aku tidak akan sakit." Alice melingkarkan tangannya di pinggang Gavin, dan menyandarkan kepalanya di dadanya. Gavin mengecup pelan dahi istrinya
Berjam-jam waktu telah berlalu, Alice masih duduk di kursinya tanpa beranjak sedikitpun. Wajahnya terlihat lelah dan juga pucat. "Alice, sebaiknya kamu dan Ibu pulang dan beristirahat. Aku dan Jake akan menunggu di sini. Kami akan mengabari kamu jika Gavin telah sadar." Elisa merangkul bahu Alice yang duduk di sisinya. Semalaman Alice tidak tidur. Kini hari sudah berganti pagi. Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Namun Gavin belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Mereka juga hanya bisa duduk dan menunggu di luar, karena Gavin saat ini masih berada di ruang observasi. "Ya, aku juga akan tetap di sini." Mario juga sejak semalam masih berada di sana. "Kami akan mengantarkan kamu, Bos!" Wella berkata kepada Alice sambil menunjuk dirinya dan Henry. "Benar Alice, setidaknya kau harus menjaga kondisimu juga. Beristirahatlah sejenak!" Ujar Jake pada Alice. Alice sebenarnya merasa tidak tenang jika harus pergi meninggalkan Gavin di rumah sakit. Tapi memang benar, dia harus menjaga k
Tuuuuuuuutttt Dokter melakukan teknik Resusitasi Jantung Paru kepada Gavin, namun tidak juga ada tanda-tanda detak jantungnya kembali. Mesin masih terus berbunyi, tanda detak jantung Gavin tidak terdeteksi. "Siapkan defibrillator!" Dokter meminta perawat memberikan alat kejut jantung. "50 Joule!" Perintah dokter pada perawat yang memegang alat defibrillator. "Everybody clear!" Dokter memberikan kejut jantung pertama kepada Gavin. Namun tidak ada reaksi apapun. "100 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tetap tidak ada reaksi apapun pada Gavin. "150 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tut...Tut...Tut... "Oke, jantung mulai berfungsi. Siapkan ruang operasi. Aku akan mensterilkan diri." Dokter kemudian keluar dari ruang gawat darurat. "Nyonya, sebaiknya Anda menunggu di luar. Kami akan mempersiapkan pasien untuk dioperasi." Alice mengangguk, namun sebelumnya ia memegang tangan Gavin sebelum keluar, "Sayangku
"Ya, aku bersedia bersaksi untuk kerajaan." Louis bersuara. Entah sejak kapan dia masuk ke dalam ruang rapat Parlemen. "Louis?" Isabela menatap tajam kepada pembunuh putrinya itu. Sebenarnya Isabela tahu bahwa yang meracuni Ansara adalah Louis dan Logan. Hanya saja, dia tidak punya cara untuk membuktikannya. Mereka berdua telah bersekongkol dengan sangat rapi. Seluruh rekaman kamera pengawas telah dihapus pada bagian dimana mereka memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman Ansara. Setiap kali mereka secara bergantian meracuni Sara. "Aku akan menyerahkan diri dan mengakui perbuatanku. Aku juga akan menjadi saksi kejahatan Logan. Aku menyimpan beberapa bekas botol racun yang telah kosong. Aku rasa itu cukup kuat untuk dijadikan alat bukti." Louis berkata sambil menunjuk Logan. "Pria bajingan ini memaksa aku dan putraku untuk menjadi kaki tangannya. Namun, ketika kami sudah tidak dibutuhkan lagi, dia memerintahkan orang untuk membunuhku. Beruntung bagiku, Matheo tiba di rumah ber
"Rekam baik-baik semua bukti yang akan aku tunjukkan kepada kalian hari ini!" Lalu proyektor menampilkan seluruh bukti transfer uang senilai 1 milyar kepada seluruh anggota Dewan Parlemen yang berasal dari rekening Firlo More. Setelahnya, menampilkan seluruh percakapan Ketua, Wakil, dan beberapa anggota Dewan Parlemen sebelum rapat hari ini dimulai. 'Apakah kalian telah menerima uang senilai 1 milyar yang dikirimkan Firlo?' Terdengar suara Ketua Dewan Parlemen. 'Hahaha, kami telah menerimanya. Pokoknya, apapun yang tuan Firlo minta, akan kita lakukan. Jika mengikutinya, kita akan semakin kaya raya.' Seorang anggota merasa sangat senang. 'Ya, yaa.. Nominal 1 milyar setiap bulan, sangat besar. Tuan Firlo memang sangat murah hati.' Wakil Ketua Dewan Parlemen terdengar sangat bersemangat. 'Hei, sudah. Itu, Perdana Menteri telah datang!' Seseorang dari mereka meminta untuk menghentikan obrolan. 'Tuan Firlo, terima kasih atas hadiahnya. Hahaha.' Ketua Dewan Parlemen bersuara.
Pimpinan Rapat Dewan Parlemen mengamati waktu pada jam tangannya. "Sudahlah Pak Ketua Parlemen, lebih baik kita segera mulai saja rapatnya. Ini sudah pukul 09.05. Tidak baik menunda lebih lama lagi." Firlo mendesak Pimpinan Rapat agar segera mengetuk palunya dan membuka rapat. "Baiklah, semuanya harap tenang. Dengan mengucap syukur kepada Yang Maha Esa, maka Rapat Dewan Parlemen dalam rangka penetapan berlakunya konstitusi baru, telah dimulai secara resmi." Kemudian Pimpinan Rapat yang juga merupakan Ketua Dewan Parlemen, mengetuk palunya di atas meja. Tok "Hari ini adalah voting terakhir pemberlakuan konstitusi baru Negara Yustan tentang Anggaran Belanja Negara Perlengkapan Militer. Seperti yang kita ketahui, sebulan yang lalu, hanya Putri Mahkota Alice Anabel yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pemberlakuan konstitusi baru. Beliau berjanji, akan membawa bukti dan bantahan untuk menggagalkan pemberlakuan konstitusi baru ini." "Benar sekali. Namun, Putri Alice Anabel
"Alice, pakaianmu ini seluruhnya berwarna hitam. Tidakkah kamu ingin menambahkan warna lain?" Sera menyerahkan sebuah saputangan putih untuk Alice letakkan di saku jasnya. Karena menurut kebiasaan di Yustan menggunakan setelan jas serba hitam dan perlengkapan serba hitam, hanya boleh dilakukan ketika pemakaman. Menurut kepercayaan mereka, jika menggunakan pakaian dan perlengkapan serba hitam selain di acara pemakaman dapat membawa kesialan. "Tidak, Bu. Hari ini memang akan menjadi hari kesialan dan pemakaman bagi beberapa orang." Alice memasukkan sebuah saputangan berwarna hitam di saku jasnya. "Aku pergi Bu, Nenek." Alice melihat ke seseorang yang berdiri di belakang Sera. "Alice, kau terlalu tergesa-gesa untuk mendorong pergi Logan dan Firlo." Isabela merasa tidak setuju dengan rencana Alice yang membahayakan dirinya. Padahal dia dapat menyingkirkan mereka perlahan setelah menjabat sebagai Ratu Yustan kelak. "Nenek, untuk menyingkirkan rumput liar, harus mencabut hingga ke ak
"Kau, ajaklah Firlo dan Logan bertemu. Laporkan bahwa kau berhasil membunuh Alice." Jake memerintahkan Maxim keluar dari ruang tahanan untuk segera berpakaian rapi, kemudian mengembalikan ponsel miliknya. "Beberapa hari ini, mereka terus menerus menghubungimu. Aku tidak ingin mereka tahu bahwa kalian gagal membunuh Alice," sambung Jake lagi. "Maksudmu, agar mereka mengira rencananya berhasil dan mereka kemudian lengah?" Maxim menebak rencana mereka. "Ya, katakanlah seperti itu," ujar Jake sambil tersenyum. "Jangan mencoba berpikir untuk kabur! Kami akan mengikuti mu dan memantau setiap pergerakan mu." Jake memperingatkan Maxim. "Bagaimana jika aku berhasil kabur?" Maxim menatap sinis ke arah Jake yang tampak meremehkannya. "Pertama, aku yakin karena kau akan membawa alat penyadap ini di tubuhmu. Kedua, karena pasukanmu masih berada di bawah pengawasan kami. Dan ketiga, adik kandungmu ada di antara mereka. Kau tidak akan berani mengambil resiko dengan melakukan itu." Jake me