"Alice, makanlah yang banyak." Sera menyuapkan semangkuk sup ayam hitam kepada Alice. Dia memasak ayam hitam yang dicampur herbal yang dikirimkan Gavin dan segera membawanya ke rumah sakit pagi-pagi sekali, sekaligus menjaga Alice. Karena Gavin tiba-tiba mendapat telepon dari James. James pagi ini tiba di Yustan dan meminta Gavin menemuinya. "Ibu, perutku sudah kekenyangan." Alice tidak sanggup lagi menelan sup herbal ayam hitam. "Ayolah, kamu perlu makan yang banyak agar lekas sembuh." Sera merasa sakit hati melihat wajah Alice yang semakin tirus dan juga semua luka-luka yang terdapat di tubuhnya. "Ibu, aku kenyang." Alice menutup mulutnya rapat-rapat sebelum sendok di tangan Sera mendekat ke mulutnya. "Hhhh, ya sudahlah." Sera menyerah dan tidak memaksa Alice lagi. Sera meletakkan mangkuk sup di tangannya dan memegang tangan Alice, "Alice, jika kamu tidak ingin menderita, lebih baik kamu mundur saja dari perebutan ahli waris kerajaan. Kita bisa menetap di Casia atau di Alb
"Hai, obrolan kalian sepertinya sangat seru." Ujar Gavin yang baru saja tiba di ruang perawatan Alice. "Kamu sudah kembali?" ujar Alice setelah melihat bahwa Gavin telah kembali. "Ya, James hanya berkonsultasi sedikit untuk persiapan konferensi seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan." "Oh, acaranya berlangsung 4 hari lagi kan? Kapan kamu akan ke Prancis?" "Sepertinya aku akan berangkat lusa. Alice, ikutlah pergi bersamaku." Gavin merasa tidak tenang meninggalkan Alice di Yustan. "Aku harus tetap di sini, Gavin. Aku harus mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap Logan dan mengusirnya pergi dari istana selamanya. Jake, kamu antarkan Elisa dan Ibuku untuk kembali besok ke Casia. Bukankah kamu juga harus pergi untuk mengawal Yang Mulia Bernard dan Perdana Menteri Liam untuk pertemuan itu?" "Ya, baiklah." Jawab Jake singkat. "Kamu yakin akan tinggal di sini? Bagaimana jika hal seperti ini terjadi lagi?" Gavin ragu untuk setuju meninggalkan Alice di sini sendirian. "
Logan berlari ke arah sumber suara, "Louis, kamu juga tadi mendengarnya kan?" ujarnya pada Louis yang berjalan mendekat kepadanya. "Ya, aku mendengarnya!" Louis yakin dia mendengar suara ponsel dari balik semak-semak. Mereka mencari ke sekeliling, namun tidak menemukan apapun. "Bagaimana mungkin bisa menghilang secepat itu? Siapakah orang tadi?" Louis berpikir keras. "Sial! Ini semua karena kamu terus merengek-rengek ingin bertemu denganku untuk membahas putramu itu! Bagaimana jika orang tadi mendengar semuanya dan membocorkan tentang kita? Rencanaku bisa gagal semua!" "Sialan kamu, Logan! Sejak kecil putraku tidak pernah mendapat kasih sayang tulus dari kamu, ayah kandungnya. Kamu hanya menganggap dia sebagai alat untuk rencanamu saja!" Louis pergi meninggalkan Logan dengan marah. Namun Logan kemudian segera menyusulnya masuk ke dalam istana. * * * 'Ah sial! Kenapa di saat seperti ini ponselku harus berbunyi sih?!' umpat Alice dalam hati setelah menekan tombol tolak pa
"Alice, apa kamu sudah pulih sepenuhnya?" Isabela bertanya kepadanya. "Aku sudah pulih, Nek. Tenang saja." "Ya, baguslah. Semula aku pikir akan mengundang mentor bangsawan beberapa hari lagi, sampai keadaanmu benar-benar pulih. Tapi setelah Nenek lihat, sepertinya kamu sudah pulih sepenuhnya." "Mentor bangsawan?" Alice mengerutkan alisnya, merasa bingung. "Alice, kaum bangsawan kerajaan, biasanya melalui pelatihan etika dan tata krama. Apalagi, kamu adalah calon Ratu Yustan." Alice tersenyum percaya diri, "Aku pernah mengikuti kursus etika dan tata krama ketika menjabat sebagai jenderal Casia, Nek." "Itu hanya kursus etika dan tata krama secara umum, Alice. Kaum bangsawan memiliki pelatihan yang lebih ketat dan mendetail. Lihat saja sekarang, kamu duduk sejajar bersamaku, namun tubuhmu terlampau tegak." "Tapi kan, Nek, bukannya posisi duduk dalam beretika itu harus selalu tegak?" Alice merasa heran. "Kamu salah! Ketika berbicara dengan yang tingkatannya lebih tua, dan j
Alice berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa amat pegal. Bagian lehernya terasa kaku. Kaki Alice juga mengalami lecet yang lumayan parah. "Ugh, ternyata pelatihan ini lebih sulit dan mengerikan ketimbang berlatih seni bela diri." Alice mendesah berkali-kali. Drrrttt drrrtt "Gavin..." Alice menjawab panggilan video Gavin. "Hai, sayang. Bagaimana hari mu?" Gavin juga tampaknya lelah. "Sejauh ini cukup baik. Bagaimana denganmu?" Alice tidak ingin mengeluh hanya karena persoalan sepele seperti latihan etika dan tata krama. "Aku juga baik-baik saja. Konferensi ini masih berlangsung 10 hari lagi. Rasanya waktu terasa sangat lambat ketika aku merindukanmu, Alice." "Woah, kamu semakin hari semakin mahir menggombal, Gavin Welbert." "Itu bukan gombalan Sayang. Itu realita rasa cintaku padamu." Wajah Gavin terlihat serius. "Iya, aku juga mencintaimu." Alice mengucapkan kalimat itu dengan wajah memerah. Mereka mengobrol beberapa saat lag
Sepuluh hari telah berlalu, Alice telah berlatih keras. Sekarang gerak gerik Alice lebih beretika dan bertata krama. Alice kini terlihat lebih kalem dan anggun. "Aku rasa, dia lebih cepat belajar dari yang kita duga, Yang Mulia." Merry Rose melihat bangga pada Alice. Alice berjalan berkeliling dengan sepatu setinggi 12 sentimeter dan gaun rok lebar. Dia harus segera terbiasa menggunakannya. "Artinya dia telah siap untuk diumumkan kepada dunia, sebagai pewaris yang sah dari kerajaan Yustan." "Ya, Yang Mulia. Berikan aku waktu 10 hari lagi untuk mempersiapkan dia dengan sempurna." "Hmmm, baiklah. Apa memungkinkan jika aku memerintahkan bendahara kerajaan untuk mengajari Alice tentang keuangan negara juga saat ini?" "Seharusnya itu bisa dilakukan. Tuan Putri memang harus segera menguasai seluk beluk keuangan Yustan." Merry Rose setuju. "Bagus." * * * Alice berjalan menyusuri taman dengan gaun lebar dan sepatu berhak tinggi. "Kress...Kresek..." terdengar suara dibalik t
"Aku tidak peduli kamu mau berbuat apa saja terhadap Matheo." Logan berbalik arah dan akan beranjak pergi. "Logan, aku mohon. Matheo adalah putramu satu-satunya. Bagaimana bisa kamu setega itu membiarkan dia terbunuh?" Louis menahan tangan Logan agar tidak pergi. "Dengar, Louis. Dia hanya berbicara omong kosong. Memangnya dia itu siapa bisa memerintahkan orang untuk membunuh Matheo? Meski Matheo adalah tersangka kejahatan penyerangan di pesawat kerajaan, bagaimanapun dia banyak berjasa bagi negara ini. Jika dia berani membunuh Matheo, akan ada konsekuensi besar baginya. Ketakutan dan kekhawatiran masih tergambar jelas di mata Louis. Penjelasan Logan tidak berpengaruh apapun padanya. "Ta_tapi_" "Louis, aku katakan padamu. Dia tidak pernah punya sumbangsih di Negara Yustan ini. Prestasi apa yang dia miliki? Dia hanya mengandalkan darahnya saja. Karena dia keturunan garis utama. Mana mungkin rakyat mempercayakan kekuasaan negara kepada wanita kampung yang tidak terdidik ini? Perca
"Alice, maafkan aku. Konferensi telah berakhir. Tapi, aku tidak dapat langsung menemuimu di Yustan. Ada beberapa hal yang harus aku bereskan di Albain." "Ya, aku mengerti. Tidak apa-apa." Alice tetap tersenyum, meski sebenarnya hatinya agak kecewa karena tidak dapat bertemu dengan Gavin. Dia merindukannya. Tapi dia juga memahami, Gavin memiliki banyak hal untuk diurus. Dia adalah Raja Albain, tidak boleh sesuka hati untuk meninggalkan Albain sebelum menyelesaikan tugasnya. "Setelah urusanku selesai, aku janji akan segera menemuimu. Bersabarlah, Sayang. Aku juga merindukanmu." "Tentu, Sayang. Tidak perlu mengkhawatirkan aku." "Baiklah, Alice. Nampaknya kamu juga terlihat lelah. Aku harus mengurus setumpuk berkas penting terlebih dahulu. Selamat malam, Sayang." Gavin nampak terburu-buru ingin mengakhiri panggilan. "Hmmm, baiklah. Selamat malam, Sayang." Alice mengakhiri panggilan videonya dengan Gavin. "Fyuh, mengapa rasanya jarak yang tercipta di antara kami semakin jauh?