Pagi-pagi sekali Gavin, Jake, Kirana dan Alena telah pergi ke kantor polisi. "Tolong panggilkan Detektif yang menangani kasus Ansara Anabel juga. Kami ingin melihat beberapa alat bukti sekaligus membatalkan tuduhan kepada Alice." Kirana tidak mau membuang waktu, jadi dia ingin mengajukan berkas pembelaan sekaligus pembatalan tuduhan. "Tapi Detektif sedang tidak ada di tempat, Anda hanya bisa mengajukan berkas pembelaan dan permohonan pembebasan sementara atas Nona Alice Anabel." "Nona? Dia telah menjadi ahli waris dan calon ratu Negara Yustan di masa depan. Dia adalah putri mahkota." "Putri mahkota? Dia mungkin tidak memiliki kesempatan itu dan harus mendekam di penjara." Polisi itu adalah polisi yang sama, yang memukuli Alice dan mencambuknya di sel tahanan isolasi. "Apa Anda berusaha menghalangi Pengacara dan proses pembelaan kami? Anda tahu, Anda bisa kehilangan pekerjaan jika menghalangi proses pembelaan dan pembatalan tuduhan." "Hahaha, Anda sangat lucu, bagaimana bis
"Alice Anabel dibebaskan dari tuduhan. Keluarkan dia dari ruang tahanan isolasi sekarang." Detektif memerintahkan polisi itu untuk mengeluarkan Alice. "Apa? Ruang tahanan isolasi? Apa yang kalian lakukan? Ruang isolasi adalah ruang untuk menginterogasi teroris dan pengedar narkoba. Mengapa kalian menahannya di situ?" Kirana memelototi detektif dan polisi itu. "Dengar, jika klienku mengalami penyiksaan, maka aku akan menuntut kalian. Percayalah, kalian akan kehilangan seragam dan dihukum berat!" Kirana menunjuk wajah detektif dan polisi itu. Wajah detektif dan polisi itu tampak memucat seketika. "Tidak, kami tidak melakukan apapun kepadanya. Hanya saja, kemarin dia sempat bertengkar dengan tahanan lain, sehingga mengalami luka-luka." Polisi dan detektif itu berkilah. "Apa? Kami akan ikut dengan kalian menjemputnya ke dalam ruang isolasi." Gavin merasakan firasat buruk. "Tidak, kalian dilarang ikut ke dalam area ruang tahanan, itu pelanggaran!" Polisi itu bersikeras menghalangi a
"Aku adalah Alena Hart, aku punya izin untuk melakukan praktek dimana saja." Alena menunjukkan sertifikat internasionalnya dari Organisasi Kesehatan Internasional. "Astaga, kami mengenalmu." Sorak seorang perawat. Dia merupakan salah satu yang sangat mengidolakan dokter cantik itu. Seorang dokter jaga melihat Alena, "Tentu Profesor Hart. Lewat sini!" Siapa yang tidak mengenal Alena Hart, seorang Profesor Muda di bidang kedokteran. Dia juga adalah peneliti yang berhasil mengembangkan teknik balon valpuloplasty dan juga menemukan antivirus penyakit Karseleis. Dua tahun yang lalu, dia berhasil mencegah penyebaran penyakit mematikan yang menyerang hati. Itulah sebabnya dia mendapatkan penghargaan dan izin khusus untuk melakukan pengobatan di rumah sakit manapun dia inginkan. "Terimakasih," ujarnya pada Dokter yang menuntunnya hingga ke ruang perawatan darurat. "Gavin, letakkan Alice di sana. Letakkan dia dengan posisi tengkurap" Alena menunjuk ke tempat tidur perawatan, sementara di
"Alice, makanlah yang banyak." Sera menyuapkan semangkuk sup ayam hitam kepada Alice. Dia memasak ayam hitam yang dicampur herbal yang dikirimkan Gavin dan segera membawanya ke rumah sakit pagi-pagi sekali, sekaligus menjaga Alice. Karena Gavin tiba-tiba mendapat telepon dari James. James pagi ini tiba di Yustan dan meminta Gavin menemuinya. "Ibu, perutku sudah kekenyangan." Alice tidak sanggup lagi menelan sup herbal ayam hitam. "Ayolah, kamu perlu makan yang banyak agar lekas sembuh." Sera merasa sakit hati melihat wajah Alice yang semakin tirus dan juga semua luka-luka yang terdapat di tubuhnya. "Ibu, aku kenyang." Alice menutup mulutnya rapat-rapat sebelum sendok di tangan Sera mendekat ke mulutnya. "Hhhh, ya sudahlah." Sera menyerah dan tidak memaksa Alice lagi. Sera meletakkan mangkuk sup di tangannya dan memegang tangan Alice, "Alice, jika kamu tidak ingin menderita, lebih baik kamu mundur saja dari perebutan ahli waris kerajaan. Kita bisa menetap di Casia atau di Alb
"Hai, obrolan kalian sepertinya sangat seru." Ujar Gavin yang baru saja tiba di ruang perawatan Alice. "Kamu sudah kembali?" ujar Alice setelah melihat bahwa Gavin telah kembali. "Ya, James hanya berkonsultasi sedikit untuk persiapan konferensi seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan." "Oh, acaranya berlangsung 4 hari lagi kan? Kapan kamu akan ke Prancis?" "Sepertinya aku akan berangkat lusa. Alice, ikutlah pergi bersamaku." Gavin merasa tidak tenang meninggalkan Alice di Yustan. "Aku harus tetap di sini, Gavin. Aku harus mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap Logan dan mengusirnya pergi dari istana selamanya. Jake, kamu antarkan Elisa dan Ibuku untuk kembali besok ke Casia. Bukankah kamu juga harus pergi untuk mengawal Yang Mulia Bernard dan Perdana Menteri Liam untuk pertemuan itu?" "Ya, baiklah." Jawab Jake singkat. "Kamu yakin akan tinggal di sini? Bagaimana jika hal seperti ini terjadi lagi?" Gavin ragu untuk setuju meninggalkan Alice di sini sendirian. "
Logan berlari ke arah sumber suara, "Louis, kamu juga tadi mendengarnya kan?" ujarnya pada Louis yang berjalan mendekat kepadanya. "Ya, aku mendengarnya!" Louis yakin dia mendengar suara ponsel dari balik semak-semak. Mereka mencari ke sekeliling, namun tidak menemukan apapun. "Bagaimana mungkin bisa menghilang secepat itu? Siapakah orang tadi?" Louis berpikir keras. "Sial! Ini semua karena kamu terus merengek-rengek ingin bertemu denganku untuk membahas putramu itu! Bagaimana jika orang tadi mendengar semuanya dan membocorkan tentang kita? Rencanaku bisa gagal semua!" "Sialan kamu, Logan! Sejak kecil putraku tidak pernah mendapat kasih sayang tulus dari kamu, ayah kandungnya. Kamu hanya menganggap dia sebagai alat untuk rencanamu saja!" Louis pergi meninggalkan Logan dengan marah. Namun Logan kemudian segera menyusulnya masuk ke dalam istana. * * * 'Ah sial! Kenapa di saat seperti ini ponselku harus berbunyi sih?!' umpat Alice dalam hati setelah menekan tombol tolak pa
"Alice, apa kamu sudah pulih sepenuhnya?" Isabela bertanya kepadanya. "Aku sudah pulih, Nek. Tenang saja." "Ya, baguslah. Semula aku pikir akan mengundang mentor bangsawan beberapa hari lagi, sampai keadaanmu benar-benar pulih. Tapi setelah Nenek lihat, sepertinya kamu sudah pulih sepenuhnya." "Mentor bangsawan?" Alice mengerutkan alisnya, merasa bingung. "Alice, kaum bangsawan kerajaan, biasanya melalui pelatihan etika dan tata krama. Apalagi, kamu adalah calon Ratu Yustan." Alice tersenyum percaya diri, "Aku pernah mengikuti kursus etika dan tata krama ketika menjabat sebagai jenderal Casia, Nek." "Itu hanya kursus etika dan tata krama secara umum, Alice. Kaum bangsawan memiliki pelatihan yang lebih ketat dan mendetail. Lihat saja sekarang, kamu duduk sejajar bersamaku, namun tubuhmu terlampau tegak." "Tapi kan, Nek, bukannya posisi duduk dalam beretika itu harus selalu tegak?" Alice merasa heran. "Kamu salah! Ketika berbicara dengan yang tingkatannya lebih tua, dan j
Alice berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa amat pegal. Bagian lehernya terasa kaku. Kaki Alice juga mengalami lecet yang lumayan parah. "Ugh, ternyata pelatihan ini lebih sulit dan mengerikan ketimbang berlatih seni bela diri." Alice mendesah berkali-kali. Drrrttt drrrtt "Gavin..." Alice menjawab panggilan video Gavin. "Hai, sayang. Bagaimana hari mu?" Gavin juga tampaknya lelah. "Sejauh ini cukup baik. Bagaimana denganmu?" Alice tidak ingin mengeluh hanya karena persoalan sepele seperti latihan etika dan tata krama. "Aku juga baik-baik saja. Konferensi ini masih berlangsung 10 hari lagi. Rasanya waktu terasa sangat lambat ketika aku merindukanmu, Alice." "Woah, kamu semakin hari semakin mahir menggombal, Gavin Welbert." "Itu bukan gombalan Sayang. Itu realita rasa cintaku padamu." Wajah Gavin terlihat serius. "Iya, aku juga mencintaimu." Alice mengucapkan kalimat itu dengan wajah memerah. Mereka mengobrol beberapa saat lag