Paling tidak seminggu sekali Abian dan teman-temannya akan berkumpul di suatu tempat untuk membuang penat.Seperti sore ini, Abian, Doni, dan Raka sengaja menyempatkan diri untuk berkumpul di area golf sambil menikmati kesejukan sore. Mereka bersenang-senang dengan permainan. Menikmati makanan. Tapi pandangan Abian terus tertuju pada Doni dari sejak mereka bertemu.Sampai tibalah waktu makan. Abian berpangku tangan sambil memperhatikan Doni yang sibuk memainkan ponsel."Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Don!"Sontak laki-laki itu menoleh heran. Tak terkecuali Raka yang melirik sedikit di sela-sela keterdiamannya. Raka sedikit khawatir bahwa pertanyaan yang akan ditanyakan Abian mengacu pada Diana. Pasalnya hingga detik ini pria itu belum berani jujur kalau selama ini dirinya sedang berusaha mendekati pembantu Abian."Tanya apa? Sepertinya dari tadi kamu terus memperhatikanku! Ada yang aneh?" ucap Doni sinis."Apa kamu kenal sama Diana?" Abian langsung bertanya tanpa basa-basi."Di
"Mas Raka!" Diana sedikit berseru sambil mengangkat tangan saat menyadari kehadiran Raka yang celingak-celinguk mencari dirinya. Lelaki itu tersenyum dan perlahan mendekat. Jantung Diana langsung berdebar-debar tidak karuan. Wanita itu meneguk ludah susah payah saat tubuh tinggi Raka sudah ada di depan mata."Hai," sapa Raka yang membuat Diana spontan menunduk karena malu."Duduk Mas!" "Iya. Makasih Diana!" Raka pun duduk diikuti gerakan Diana yang juga kembali terduduk. Hatinya sangat senang bisa melihat Diana dari jarak sedekat ini. Biasanya Raka hanya sesekali menyapa atau berkunjung di restoran milik Doni, dan kalau kangen dia akan menghubungi telepon rumah Abian untuk mendengarkan suara gadis itu. Itu pun Raka lakukan di waktu pagi-pagi sekali saat Abian belum bangun.Pernah sekali Raka menawarkan bantuan pada Diana untuk mengantarnya pulang. Namun gadis itu menolak dengan alasan ingin jalan kaki sampai ke restoran. Katanya olahraga, tapi Diana melakukan itu hampir setiap hari.
Hampir saja Diana mengatakan 'IYA'' sebelum lelaki yang paling menyebalkan itu datang dengan langkah super duper marah. Melihat tampang garang Abian dari kejauhan, pupil mata Diana membulat diikuti tangan yang tanpa sadar meremas pahanya sendiri di bawah sana."Mas Abian?" pekik Diana nyaris tanpa suara. Seketika itu juga Raka menoleh ke belakang. Melihat sosok yang tengah berjalan tergesa-gesa ke arah mereka berdua."Bian, aku bisa jelaskan!" Raka berdiri menahan bahu Abian yang langsung berjalan mengarah pada Diana. Lelaki itu benar-benar enggan melihat Raka bahkan seperti tidak menganggap ada pria itu di sana."Bian, please!" Raka mendesah. Kalau sudah begini ia yakin Abian tak akan mau bicara dengannya sampai berhari-hari. "Ikut aku! Ayo kita pulang ....""Aku tidak mau!" sahut Diana cepat.Sementara Raka menelan ludah. Dia merasa malu sekaligus tidak enak pada Abian karena tidak berterus terang sejak awal. Andai Raka jujur ingin mendekati pembantunya mungkin Abian tidak akan s
Abian menghalau kepergian Diana di depan pintu. Dia merentangkan tangannya dengan tatapan sedikit takut. Jelas ia takut karena kalau sampai Diana pergi Abian juga akan mendapat masalah besar. Bisa-bisa sang Kakek akan marah dan menyeret mereka berdua kembali ke rumah utama."Kenapa dihalangi? Bukannya kamu bilang aku sedang memanfaatmu! Jadi aku mau pergi supaya tidak ada kata memanfaatkan lagi di antara kita!" Kini Diana kembali memanggil kamu. Hilang sudah kalimat 'Mas' yang selama ini ia ucapkan dengan suara imut."Aku tidak mengizinkan kamu pergi!" tahan Abian.Diana melempar senyuman getir pada lelaki itu. "Atas dasar apa kamu melarangku untuk pergi?""Atas dasar aku adalah suamimu!""Hahaha." Tawa Diana menggema. Suaranya masih sangat imut tapi kali ini terdengar mengerikan di telinga Abian."Sejak kapan kamu menganggapku sebagai istri? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau aku cuma wanita pembawa sial di kehidupanmu!” Lelaki di depan Diana menarik napas panjang. “Terserah k
“Tega kamu ya Bian! Cuma gara-gara pembantu kampung itu kamu berani bentak aku kayak gini?” Sambil mencebik wanita itu langsung melepas cekalan tangannya pada lengan Abian. Secepat kilat Miranda berbalik arah membentuk gerakan merajuk. Dia meninggalkan Abian begitu saja sama halnya Diana yang pergi meninggalkan Abian tadi."Dasar pembantu sialan," decak Miranda diikuti hentakan kaki. Kini kebenciannya pada gadis itu semakin jadi karena sikap Abian yang membela Diana seakan gadis itu layak untuk dibela.Sejatinya Miranda adalah gadis yang suka dimanja dan diprioritaskan oleh pasangan. Ia tidak suka jika Abian secara terang-terangan membela wanita lain entah itu pembantu atau siapa pun."Miranda! Mau ke mana?"Lelaki dengan postur tegap tinggi 184 itu mendesah. Dia kembali menciptakan adegan mencekal lengan tepat di depan lift dengan wanita yang berbeda dalam waktu singkat."Aku mau kerja! Tadi aku ke sini cuma mau ngambil carger hape aku yang ketinggalan di apartemen kamu! Eh, ternyata
Raka sangat mengenal jelas bagaimana watak Abian, tapi selama mereka berteman baru kali ini ia melihat sikap Abian yang sangat aneh. Anak itu terlihat marah sekali. Padahal Raka pikir kesalahannya tidak begitu fatal. Raka hanya mendekati pembantunya, tapi sikap Abian terlihat posesif sekali seakan wanita yang didekati Raka adalah istri sah Abian.Merasa galau, pria itu sengaja mendatangi restoran Doni untuk membahas masalah ini. Dia menceritakan semuanya dengan detail dari pertama Abian memergoki mereka sampai mereka bertengkar cukup hebat karena Abian merasa terbohongi."Menurutmu wajar tidak kalau Abian marah sekali denganku hanya gara-gara aku deketin pembantunya," tanya Raka. "Dia juga marah padamu karena kamu dianggap ikut berbohong dan membelaku!""Agak aneh! Tapi beneran dia tidak memberi alasan?" Doni menyesap sebatang roko di tangannya. Kini dua pria itu sedang duduk saling berhadapan di luar ruang tepatnya di area smoking."Alasannya sih hanya karena dia merasa terbohongi. A
“Gadis penebus hutang? Ck!” Abian berdecak. Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Abian karena terdengar seperti sinetron ikan terbang. Bisa-bisanya nyawa manusia dijadikan penebus hutang? Abian rasa Diana tidak semenarik itu sampai sang Kakek merelakan uangnya yang banyak untuk ditukar dengan seonggok gadis model Diana!Andai Abian jadi kakek Bram! Mungkin dia lebih baik menghukum Firman di penjara atau membuat lelaki itu mati saja. Hal seperti itu jauh lebih memuaskan dibanding menerima gadis seperti Diana yang mudah didapatkan di mana saja.Dan sialnya, sekarang Abian kembali terjebak dengan kegilaan ini. Pria itu harus mencari keberadaan Diana karena nanti malam kakek meminta Abian dan Diana untuk menginap. Pagi-pagi sekali Abian memacu mobilnya menuju restoran Doni. Dia menunggu gadis itu cukup lama sampai akhirnya Abian melihat sosok Diana sedang menuruni angkot pukul 8 pagi.Buru-buru Abian mengejar Diana sebelum wanita itu masuk ke dalam.“Diana!” Dia mencekal lengan
"Diana menikah dengan siapa? Jelas-jelas waktu itu dia bilang kalau dia masih single-- argghhhh ini gila! Ini gila sumpah!" Raka menjerit sambil menjambak rambutnya. Pria itu merasa tertipu dengan kepolosan yang Diana miliki selama ini. Dia tidak menyangka gadis yang terlihat polos seperti Diana tega membohonginya seperti itu."Tenang dulu Rak! Masalah ini biar nanti aku yang tanyakan pada Diana secara langsung. Mana tahu ini hanya salah paham," ujar Doni berusaha menenangkan pria itu.Sepertinya Raka sudah terlanjur cinta berat pada Diana. Namun Raka lupa kalau Diana masih tergolong perempuan bocah. Bagaimanapun juga pemikiran anak 19 tahun tidak bisa disandingkan dengan Raka yang sudah berumur matang. Andai Diana memang membohongi Raka pun itu sudah tidak aneh bagi Doni. Anak seusia Diana memang sedang menjajaki arus-arus kehidupan yang menurut Doni termasuk hal wajar."Apa jangan-jangan Diana adalah istri Abian?" tebak Raka sembari tertawa getir.“Jangan sembarangan menuduh. Jika A