Share

Bab 89

Di keheningan malam, Bintara terjaga di kamar rawat inap, matanya tak lepas dari sosok ibunya yang terlelap di ranjang rumah sakit.

Cahaya lampu redup memantulkan bayangan lembut di wajah ibunya, memperlihatkan garis-garis usia dan perjuangan yang telah ia lalui. Suara alat medis yang berdetak pelan menjadi satu-satunya suara di ruangan itu, seolah ikut menjaga ketenangan malam.

Bintara duduk di kursi di samping ranjang, perasaan gundah memenuhi hatinya. Ada rasa lega karena akhirnya bisa bertemu lagi dengan ibunya, namun juga ada rasa sakit dan marah yang mendalam.

Melihat ibunya dalam kondisi seperti ini membuat Bintara semakin sadar betapa berharganya waktu bersama keluarga. Ia menyesal karena selama ini terlalu sibuk dengan urusan dan ambisinya sendiri, hingga tak menyadari bahwa orang yang paling berarti dalam hidupnya hanya tersimpan dalam kenangan.

Ia mengulurkan tangan, menggenggam tangan ibunya yang dingin namun tetap terasa hangat di ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status