Share

3

Author: Lavender
last update Last Updated: 2023-10-17 21:36:19

Pagi-pagi buta sebelum matahari menyapa bumi Pasundan, Kinar  dipaksa membuka kelopak matanya. Melirik jam di nakas samping ranjangnya, pukul enam lebih sedikit. Artinya Kinar baru terlelap sekitar tiga jam. Malam adalah waktu paling aktif bagi Kinar untuk membelai setiap naskah di dalam laptopnya. Dan ketukan di pintu kamar kostnya amatlah mengganggu.

“Siapa?” Kinar berteriak lalu menenggak minuman dinginnya langsung dari botol.

Berjalan gentoyoran menuju arah pintu dan membukanya. Sepasang sepatu pantofel hitam mengkilat kian mengerutkan dahi dan mata Kinar . Seingatnya Kinar tidak punya janji temu dengan siapa pun. Kinar  juga tidak ada niatan untuk keluar dari kostnya. Jadi ini siapa, ya?

“Cari siapa, ya?” tanya Kinar  dengan kepala celingak-celinguk melihat kondisi sekitar.

Masih sepi. Beberapa penghuni kost masih ada yang terlelap. Tidak semua pekerja di sini akan masuk di jam yang sama. Tergantung dari kebijakan perusahaan masing-masing.

“Bu Kinar?”

Kedua alis Kinar  mengerut sekali lagi mendengar namanya disebut. Entah itu jenis sapaan atau panggilan yang jelas Kinar tidak tahu siapa lelaki dihadapannya kini.

“Saya Teguh,” katanya memperkenalkan diri. Kinar mengangguk dan berdiri dengan lebih relaks. “Ada titipan dari Ibu Ivana Wijaya.”

Wah ... Kinar terkejut mendengar nama yang tidak asing sama sekali itu. Siapa, sih yang tidak kenal Ivana Wijaya?

Semua orang juga tahu wanita cantik ini istri dari Anan. Nah, yang jadi pertanyaan Kinar sekali lagi adalah: titipan apa yang diberikan untuk Kinar di pagi buta ini?

“Maaf mengganggu waktu istirahat Ibu Kinar.” Teguh masih berdiri di ambang pintu kost Kinar namun beberapa orang mulai masuk dan membawa barang-barang dalam paper bag yang entah apa isinya.

“Mohon diterima. Itu amanat dari Ibu Ivana yang harus Ibu Kinar terima.”

“Kenapa ... Saya?”

Kinar  bingung saat semua barang-barang itu memenuhi lantai kostnya. Sudah sempit ditambah dengan barang-barang tersebut, makin penuh sesak kost Kinar. Lagi pula, pertanyaan yang Kinar ajukan sungguh tidak berguna. Karen ajika sudah menyangkut konglomerat tersebut, tidak ada waktu untuk menolak. Jadi sudah tentu jawabannya jelas dan bisa disimpulkan sendiri.

“Saya kurang yakin tapi Ibu Ivana menyukai Ibu Kinar.”

“Ya?” Terdengar sangat ambigu tapi begitulah orang kaya saat berbicara. Mengatakan apa yang disukainya dan membuang yang menurutnya tidak berguna lagi. Kinar amat berharap menjadi barang yang tidak berguna dan dicampakkan—andai itu bisa.

Teguh mengangguk dengan senyum lebarnya. Jawabannya sama dengan yang diberikan oleh Anan. Pasangan suami istri itu kompak sekali membuat orang lain kebingungan.

“Dan ini.” Teguh berikan rantang putih berlukiskan bunga-bunga andalan orang zaman dulu. Yang warnanya merah merakah sekilas nampak seperti mawar namun beda orang akan memberikan jawaban yang berbeda perihal jenis bunganya. “Buat sarapan Ibu Kinar, masakan Ibu Ivana sendiri.”

“Buat saya?” Kinar menuding dirinya sendiri karena merasa ini aneh. Kinar bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

“Dan mungkin ...” Teguh menjeda, menimang apakah perlu dirinya sampaikan atau biarkan saja menjadi urusan para atasannya. “Selamat menikmati.”

Teguh hengkang dari sana. Undur diri sebelum Kinar memberikan persetujuannya. Wajahnya bengong dengan mata menyapu satu per satu paperbag dilantai kostnya.

Kira-kira Kinar bodoh tidak, ya menolak ajakan Anan untuk kawin kontrak?

Anan loh ini yang banyak jadi incaran para wanita di luar sana. Sering juga Kinar dengar keinginan para wanita itu untuk menjadi madunya, simpanannnya, selingkuhannya atau bahkan bisa melakukan one night stand bersama Anan.

Ajib! Gila parah tapi memang pesona Anan tiada duanya. Bak aktor dalam drama-drama korea. Tampan dan mapan.

Tapi ya kenapa harus dirinya yang disatroni oleh kedua pasangan aneh ini, sih?

“Aku pikir cuma mimpi.” Kinar  menggerutu dengan tangan yang menutup pintu kamar kostnya dan kaki yang diseret menuju ke dalam kamarnya.

Sebelum itu, helaan napasnya kembali memberat. Kedua matanya memandangi seluruh paper bag yang ada dilantai. Ada keinginan untuk membuka semuanya. Juga isi dalam rantang yang diberikan Teguh kepadanya.

“Sudahlah!”

Hanya ada dalam benak Kinar saja. Faktanya, tubuhnya kembali bersatu dengan kasur dan selimut. Satu tangannya Kinar tumpukan pada wajahnya. Mencoba mengusir segala pikiran yang mengusik isi kepalanya. Berharap ini hanya mimpi atau salah satu tokoh dalam novelnya yang mendadak nasibnya berubah.

Berbeda dengan pagi hari milik Anan. Tidak biasanya bangun pagi mood Anan langsung hancur. Selama ini, segala tingkah laku sang istri akan Anan biarkan saja. Anan memaklumi saking cintanya kepada Ivana. Pengecualian untuk hari ini.

“Kenapa?” Ivana masih berani bertanya di sela-sela aktivitas mengancingkan kemeja Anan. “Wajah kamu kalau masam begitu tidak enak untuk di pandang.”

“Kamu keterlaluan!”

“Aku ngapain memangnya?” Ivana beralih merapikan kerah kemeja Anan dan tersenyum setelah dasi pilihannya terpasang dengan rapi. “Aku buatkan kamu lontong sayur. Ada sayap dan paha juga.”

“Mulai!”

“Kamu ngomel?”

“Suka-suka aku!”

Anan tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Ivana. Menyerah sudah bukan sikap bijaksana yang harus Anan lakukan. Cara Ivana mengartikan perasaan cinta yang Anan miliki pun salah. Melabeli Anan sebagai budak cinta yang akut sudah tidak bukan levelnya. Pokoknya Ivana membuat Anan sebagai pria yang tidak punya harga diri sama sekali.

“Aku bilang aku baik-baik saja.” Anan tarik napasnya dalam-dalam. “Kamu sadar tidak kalau cara kamu itu salah?”

“Tidak! Aku tahu tindakan aku benar. Aku juga tahu tindakan aku untuk kebaikan kita berdua. Kamu kenapa suka banget ngomel, sih?”

Tatapan Anan berubah sayu. Tidak ada hasrat untuk membalas tindakan Ivana. Seharusnya sejak dulu kala saat menjadikan Ivana Wijaya sebagai pilihan Anan sudah sadar kalau wanita yang berdiri dihadapannya ini tidak bisa dikalahkan begitu saja. A akan selalu menjadi A. Tidak akan pernah berubah menjadi B atau C.

“Terserah.”

Kedua tungkai Anan terangkat menuju pintu keluar kamarnya. Namun pergerakan Ivana tak kalah gesitnya. Memeluk Anan dari belakang, membelitkan kedua tangannya di perut berotot Anan dan wajahnya menempel di punggung Anan. Ivana taburkan kecupan-kecupan kecil di sana. Letak kelemahan seorang Anan sedang Ivana serang habis-habisan dan Anan tahu tidak ada yang bisa dirinya lakukan selain diam. Menikmati apa yang tengah dilakukan sang istri.

“Kali ini aku ngaku salah,” ucap Ivana lirih dan wajahnya semakin menempel di punggung Anan. “Aku sadar aku terlalu egois dengan minta ini itu ke kamu bahkan hal-hal konyol sekali pun. Tapi aku nggak punya pilihan lain selain lakuin ini. Dan ngelihat Kinar , aku kayak ngelihat diri aku sendiri. Aku ngerasa dia cerminan aku selama ini. Please ...”

Anan yang lemah dan payah.

Satu tangannya mengepal kuat. Menahan amarah dan berharap ini hanya mimpi. Setiap harinya saat kedua matanya terbuka, hanya itu harapan Anan. Sayangnya itu mustahil.

“Aku kirimin Kinar beberapa baju dan barang yang mungkin dia butuhin. Aku juga membawakan dia sarapan masakan aku. Menurut kamu dia bakalan suka tidak?”

Anan tetap diam. Hatinya serasa kebas bahkan saat Ivana dengan santai mengusap dadanya. Tidak ada perasaan khusus yang mengalir seperti biasanya.

“Aku bawakan paha dan sayap. Di antara keduanya aku tidak tahu Kinar suka yang mana. Itu kesukaan kamu semua jadi aku pikir dia harus belajar menyukai apa yang kamu sukai.”

“Terserah.”

Anan lepaskan pelukan Ivana dan berjalan keluar. Tanpa menoleh, tanpa ada kecupan sayang, dan tidak ada pamitan mesra. Anan sudah muak dengan tindakan Ivana yang sesuka hati bahkan saat menyatroni kost Kinar tanpa izin darinya.

Related chapters

  • Menjadi Istri Kedua CEO   4

    Seharian fokus Anan terpecah. Berbagai masalah yang silih berganti berebut di dalam pikirannya mencari celah untuk bisa mengambil alih atensinya. Tidak ada yang bisa Anan lakukan selain diam dan memendamnya. Mendebat dirinya sendiri atau lebih parahnya mendebat Ivana bukan jalan terbaik. Ivana tetaplah Ivana dengan cara dan jalannya sendiri. Siapa Anan hingga bisa merubahnya saat cinta yang Anan berikan saja dianggap sepele?Senyum Anan kecut. Menertawai dirinya sendiri yang menyesal telah melangkah sejauh ini bersama Ivana. Andai tidak dipertemukan dengan Ivana tidak akan ada kerumitan dalam hidupnya. Andai tidak menikah dengan Ivana tidak akan ada kawin kontrak bersama wanita yang tidak Anan kenal.Nalar Ivana lain daripada yang lain sehingga Anan harus rela menanggungnya.“Pak?”Panggilan dari arah belakang tubuhnya menyeret Anan dari lamunnya. Kelopak mata Anan berkedip setelah sekian menit menatapi lampu kerlap-kerlip di Kota Bandung.“Apartemen yang Bapak minta sudah siap.” Teg

    Last Updated : 2023-10-17
  • Menjadi Istri Kedua CEO   5

    Apa aku harus peduli?Begitu gerutuan dalam benak Kinar. Sampai keluar dari gedung di mana Anan berada, kedongkolan itu masih merajai hatinya. Tidak hanya itu, aduan Anan perihal istrinya yang mandul seolah-olah menjadi jerat agar Kinar luluh dan menerima kawin kontrak ini.Benar-benar nggak berotak!Kinar mendengkus lantaran kesal. Perasaannya campur aduk dan tak bisa dijabarkan dengan mudah. Mengingat dirinya yang sulit untuk berekspresi, perihal marah pun Kinar hanya bisa diam.Sial!Sengatan panas hadir dikedua matanya tanpa izin. Sudah lama sejak kedua orang tuanya meninggal dan Kinar selalu memendam keinginan untuk menangis itu seorang diri.Tapi sore ini, saat matahari belum sepenuhnya beradu di ufuk barat dan jalanan Kota Bandung macet total, Kinar ingin menangis hingga tersedu-sedu. Ingin meratapi nasib hidupnya yang tak seberuntung anak-anak lainnya. Yang hidup mewah dalam naungan orang tua dengan ekonomi yang tercukupi. Mereka tidak harus bersusah payah bekerja karena f

    Last Updated : 2023-10-17
  • Menjadi Istri Kedua CEO   6

    Anan langsung duduk tanpa dipersilakan. Membuat Kinar bengong ditempat. Maksudnya ini kostnya, Anan itu bak tamu tak diundang. Ujug-ujug masuk dan duduk dengan santai. Dengan kesal, Kinar tutup pintunya. Tidak enak sama penghuni kost lain. Walaupun kost bebas, Kinar sungkan."Kamu tidak mau duduk?" Anan keluarkan ponsel dari sakunya. "Mau makan?" Anan perlihatkan aplikasi yang sedang dibukanya. "Duduk, kebetulan saya belum makan.""Memangnya saya bertanya?" Hanya deheman yang Anan jawabkan. "Bapak keluar deh, pulang saja!""Kenapa? Tempat saya di sini, anggaplah saya sedang belajar menyesuaikan diri ditempat tinggal kamu.""Bapak gabut, ya? Maksudnya Bapak punya rumah, punya istri untuk apa ke tempat saya?""Kamu juga calon istri saya. Gimana? Mau pesan sesuatu?"Anan terpaksa berdiri dari duduknya dan menarik tangan Kinar untuk duduk di sampingnya."Benar, saya tidak tahu arti cinta yang sesungguhnya. Saya tidak tahu apa itu cinta. Benar, di mata orang lain saya ini sempurna. Saya k

    Last Updated : 2023-10-23
  • Menjadi Istri Kedua CEO   7

    Tahu BulatUjungnya masih di situ-situ saja. Sekitar pernikahan bak tahu bulat digoreng lima ratusan. Orang kaya ketika mengajak nikah seperti membeli permen recehan di warung: dua ribu dapat tiga.Kinar mendengkus saking kesalnya. Anan ganteng-ganteng budek! Di suruh menikahi wanita lain yang diuber-uber malah dirinya. Mau bilang bosan kok mubadzir. Entar Kinar disangka tidak bersyukur di kasih yang cakep. Tapi asli bikin empet!"Bapak mendingan besok periksa deh." Anggukan yang Kinar terima sebagai jawaban dari perkataannya. "Tidak bertanya untuk apa gitu, Pak?""Asal itu kamu, saya tidak keberatan.""Gendeng!"Anan santai seperti di pantai. Ganyem ayam krispinya dengan kunyahan keras-keras. Kress kress gitu seperti sedang memotong sesuatu."Saya tuh keberatan, Pak dan jawaban saya tidak pernah berubah.""Saya siap menunggu.""Makanya saya minta Bapak periksa ke THT. Ada masalah dengan pendengaran Bapak sepertinya.""Yang saya dengar cuma suara kamu. Dijamin, dokternya tidak bakal n

    Last Updated : 2023-10-23
  • Menjadi Istri Kedua CEO   8

    "Kinar, Kinar! Kamu tinggal ngomong tidak mau menikah saja sulit sekali! Asal kamu tahu, menikah tidak semudah kamu menang lotre.”Jika semudah itu, sudah pasti Kinar akan ngomong tanpa ada hambatan. Kinar sudah menolak halus-halus saja kena pepet apa lagi menolak secara blak-blakan. Anan tidak marah dan memperkosa Kinar ditempat saja sudah syukur."Aku sudah ngomong," jawaban Kinar sejak sejam yang lalu tetap seperti itu. Membuat Ima dongkol setengah mati. "Baru kali ini aku menemui pasangan gila. Istrinya minta suaminya menikah lagi dan disetujui tanpa ada penolakan sama sekali. Gendeng!”Ima seruput es kopinya. Sudah gelas kedua dan solusi untuk masalah Kinar belum ketemu. Jalannya buntu, seolah-olah memang harus menikah dengan pria beristri itu."Sepertinya dia memang jodoh kamu." Ima terlanjur kesal. Daripada di pendam lebih baik dikeluarkan. “Dan kamu tidak punya pilihan.”"Pasti ada.""Iya, menikah dengannya. Aku yakin, hidup kamu terjamin dan entah kenapa aku merasa dia bukan

    Last Updated : 2023-10-23
  • Menjadi Istri Kedua CEO   9

    Setiap harinya dalam hidup Kinar, tidak ada kata santai. Setiap detik yang berharga akan Kinar pergunakan sebaik mungkin dalam merangkai tiap kata menjadi kalimat di atas keyboard laptopnya. Sadar jika hanya menulis sebagai sumber penghasilannya, maka Kinar benar-benar mencurahkan hidupnya untuk berkarya.Itu tidak mudah walau terlihat sepele. Beberapa temannya sering menganggap remeh pekerjaan yang Kinar lakoni karena sebagian orang hanya memanfaatkanya sebagai hobi. Ada juga yang melontarkan kalimat-kalimat pedas bahwa seperti: percuma kuliah kalau ujungnya cuma jadi penulis. Percuma prestasi dibidang akademik oke tapi kerja cuma nyusun kalimat doang. Beruntungnya tidak sampai kalimat beban keluarga dikeluarkan. Walaupun yatim piatu, membawa serta orang tua ke dalam ranah pergaulan merupakan tindakan yang tak bisa Kinar toleransi. Itu orang lain bukan Kinar yang betul-betul serius menekuninya. Dan apa pun pendapat mereka, Kinar tidak mau ambil pusing. Kinar hanya membalas dengan

    Last Updated : 2023-10-23
  • Menjadi Istri Kedua CEO   10

    Ivana kesal. Anan sejak semalam terlihat abai kepadanya. Sudah berbagai cara Ivana lakukan agar Anan mau bersikap seperti biasanya. Tapi entah apa yang sedang terjadi pada suaminya itu, sejak pulang dari kantornya, Anan lebih asik menghabiskan waktu di ruang kerjanya.Seharusnya Anan memberitahu Ivana jika ada masalah. Bukankah suami dan istri harus saling membicarakan apa-apa saja masalah yang sedang dihadapinya?"Mau ikut?" Ivana suntuk dan Anan masih betah dengan laptop di hadapannya. "Aku mau clubbing.""Tidak. Pekerjaan aku masih banyak." Anan hanya melempar senyum dan kembali pada layar laptopnya. Benar-benar mengabaikan Ivana."Oke, jangan telat makan. Aku sudah siapkan makanan buat kamu." Dan hanya anggukan yang Ivana dapati sebagai respons.Terserah sajalah maunya Anan bagaimana. Ivana tidak mau ambil pusing, lebih baik dirinya bersenang-senang."Di mana?" Telepon diseberang sana diangkat pada deringan ketiga. "Aku tunggu di sana."Ivana masukkan ponselnya ke dalam tas dan me

    Last Updated : 2023-10-23
  • Menjadi Istri Kedua CEO   11

    Sarapan pagi itu benar-benar terjadi. Tanpa undangan, Anan datang ke kost Kinar di pukul enam pagi. Saat semua orang belum terbangun dari mimpinya dan bahkan jalanan Bandung masih sedikit lengang. Anan dengan rambut klimis dengan kemeja serta celananya kerjanya telah rapi. Wangi dari tubuhnya menguar. Saat berjalan meninggalkan jejak maskulin yang seandainya banyak wanita di lorong kost menuju kamar Kinar akan membuat para wanita itu berteriak heboh.“Really?” Kinar terkejut meski tidak sepenuhnya. Dari sini Kinar mengenal sosok Anan Pradipta secara dekat bahwa pria ini tidak bisa diberi janji. Lihat saja bagaimana ucapan Kinar yang semalam memberi dampak untuk Anan berdiri di hadapannya dengan cengiran. “Aku tidak menyangka.” Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Kinar.“Aku menunggu hingga sulit terlelap. Lihat!” Langkah Kinar dihentikan secara paksa dan kedua bahunya diregup untuk menghadap ke tubuh Anan. “Lingkaran hitam di bawah mataku terlihat dengan jelas—““Dan maksud

    Last Updated : 2023-10-25

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kedua CEO   127

    “Aduh lupa!”Teriakan Ara membuat Kinar yang sedang santai menikmati minuman dinginnya terpaksa harus menoleh. Ara si pemilik suara kecil agak cempreng dengan rambut berwarna merah gelap membuat Kinar geleng-geleng kepala. Bukan sekali, dua kali Ara menjadi heboh sendiri. Namun terlalu sering sehingga Kinar hafal betul dengan wanita yang lebih muda dua tahun di bawahnya itu.“Nggak kamu catat dulu?” tanya Kinar kalem.“Kamu kalem banget, sih, Nar?” Ara terkekeh dengan kepala bergoyang mirip bolo-bolo. “Padahal aku ini nggak ada kalemnya sama sekali tapi kamu sabar banget menghadapi aku yang super random ini.”“Aku juga random kok.” Kinar membela dirinya sendiri.Kinar sungkan saat ada orang lain yang menilai dirinya hanya dari covernya saja. Kinar selalu mendapat penilaian positif dan itu sedikit membuatnya sungkan. Yang sebenarnya terjadi adalah kebalikannya. Kinar juga punya momen-momen tertentu untuk meledak. Kinar juga bisa marah pada hal-hal kecil yang membuat orang sekitarnya te

  • Menjadi Istri Kedua CEO   126

    Prinsip hidup yang selama ini Anan pegang cukup sederhana. Dengan tidak mencampuri urusan orang lain, arti dari ketenangan yang sebenarnya sudah Anan dapatkan. Tapi namanya manusia memang suka lupa diri dan semena-mena.Di saat Anan bersikeras tidak mau mendengar apa pun masalah dan keluh kesah orang lain, justru Tuhan mempertemukan dengan manusia-manusia yang sifatnya meribetkan. Dan Anan harus menjadi pendengar yang baik sedangkan itu tidak pernah tersemat sedikit pun di dalam dirinya.“Kita terlalu keras, ya?” tanya Kinar sembari merapikan dasi dileher Anan. “Aku terdengar kejam.”“Itu demi kebaikan mereka. Lagi pula mereka datang kepada kita sudah bentuk kesalahan fatal. Kita hanyalah saudara jauh dan yang seharusnya mereka datangi adalah keluarganya.” Anan tetap tidak mau salah dan pendapatnya adalah yang paling benar.Kinar mengembuskan napasnya. Tangan kanannya mengusap jas Anan seolah ada debu yang menempel di sana.“Kalau itu terjadi pada anakmu ….” Kinar tak kuasa melanjutka

  • Menjadi Istri Kedua CEO   125

    Tentang hidup ….Kinar Dewi tidak mengharapkan apa-apa selain baik-baik saja. Maksud dari baik-baik saja di sini bukan sekadar adem ayem dengan segudang uang dan fasilitas yang telah terpenuhi. Namun jauh dari masalah walaupun itu mustahil. Namun setidaknya meminimalisir problem selalu Kinar usahakan.Seperti pagi ini contohnya. Tidak tahu dari mana datangnya. Kinar tidak mau menebak atau menyalahkan salah satu pihak. Bagi Kinar, masalah itu tercipta karena ada pihak-pihak tertentu yang terlibat. Mau dibalas penuh emosi bak kebakaran jenggot, masalah itu telah tercipta. Dan konyol kalau misalnya masalah itu muncul sendiri.“Jadi siapa yang mulai duluan?” tanya Kinar tegas dan jelas.Semua mata yang ada di ruang tamu rumahnya menatap Kinar dengan tatapan mata yang berbeda-beda. Anan yang santai sambil menarik napasnya dalam-dalam. Kinar tahu, semalaman Anan lembur karena ini awal bulan dan baru bisa memejamkan matanya subuh tadi. Sekarang pukul tujuh pagi yang artinya tidur Anan amatla

  • Menjadi Istri Kedua CEO   124

    “Emang orangnya kayak gitu?” tanya Anan sambil mendorong troli belanja. Kinar mengajak Anan berbelanja sayur, buah dan kebutuhan lainnya. Mumpung sekalian dekat dengan supermarket.Anan mendengar ucapan terakhir Rika yang menurutnya amatlah nyelekit. Sedangkan Kinar memberi respons yang santai dan biasa saja. Seakan-akan memang istrinya itu sudah biasa mendengar kalimat tersebut.“Mungkin,” jawab Kinar sekenanya sambil memasukkan buah-buahan ke dalam troli. “Aku ketemu dan kenal Rika di komunitas menulis beberapa tahun yang lalu. Dan kita nggak dekat-dekat banget buat bertukar nasib hidup.”“Kamu nggak kesinggung? Minimal kamu keluarin ekspresi marahlah biar dia sungkan dan jera.”“Buat apa?” Kinar membalikkan tubuhnya ke belakang di mana Anan berdiri. “Kalau aku marah, aku nggak ada bedanya sama dia dan aku punya level yang sama kayak dia sedangkan aku paling anti buat lakuin itu.”“Kenapa?” Anan penasaran dan terus mengejar jawaban dari Kinar. “Sesekali marah nggak akan bikin kamu r

  • Menjadi Istri Kedua CEO   123

    “Sebenarnya titik kehidupan masing-masing orang itu berbeda.” Kinar mengatakan sesuai pengalaman yang pernah dialaminya. “Aku berada di posisi ini karena aku pernah merasakan titik terendah dalam hidupku yang mana aku ingin mati. Tapi aku sadar, semengenaskan apa pun kehidupanku waktu itu, selalu ada takdir milik orang lain yang paling mengerikan. Dan untuk itu aku hanya bisa mensyukuri jalanku.”Rika hanya mengangguk. Rekan sesama penulis Kinar itu sedang mencurahkan isi hati dan pikirannya. Yang jika Kinar menilai itu adalah sebuah ujian yang tiap-tiap orang selalu merasakannya. Kinar enggan berkomentar panjang lebar. Toh masa-masa sulit yang pernah Kinar lalui telah lewat. Sekarang yang tersisa hanyalah secuil nasihat dan kenangan yang memang patut untuk dikenang.“Orang-orang kalau ngomong selalu enak.” Rika seruput es tehnya. “Tau kok soalnya cuma tinggal ngomong doang. Enak ya jadi kamu, seneng ya jadi kamu, nggak perlu effort berlebih hidup kamu udah kejamin. Andai mereka tau g

  • Menjadi Istri Kedua CEO   122

    “Kali ini tentang apa?”Kinar menyeruput cokelat dinginnya dengan santai dan hidupnya memang sesantai itu sekarang. Setelah menjadi Nyonya Pradipta, kegiatan Kinar selain menulis adalah berkumpul bersama para kalangan atas. Yang jika Kinar jabarkan bagaimana rasanya … itu membosankan. Jujur saja, Kinar lebih suka hidupnya yang sederhana dan biasa-biasa saja. Tidak banyak kegiatan selain menulis, rebahan, menonton sendirian di bioskop dan makan nasi padang. Bonusnya jalan-jalan sore di alun-alun dan belie s krim.Dalam benak Kinar terbersit kerinduan masa lalunya yang sangat sulit untuk dirinya ulang kembali. Bukannya tidak mau kembali ke masa itu. Kinar hanya harus bertindak penuh kehati-hatian. Karena siapa, sih, yang nggak kenal sama keluarga Pradipta?Media yang tersembunyi di dalam pelosok saja tahu mereka. Maka dari itu Kinar harus menyamar terlebih dulu jika ingin menikmati masa lalunya. Agar orang-orang tidak tahu identitasnya terlebih wajahnya yang sudah tersorot oleh penjuru

  • Menjadi Istri Kedua CEO   121

    “Segala sesuatu di dunia ini ada harganya. Tidak ada nilai yang tidak bisa diubah menjadi uang. Orang yang berani mengatakan cinta adalah hal tidak ternilai itu seperti pencuri yang mencuri barang gratis. Jika kamu tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang, itu karena kamu tidak punya cukup uang.”Kinar Dewi hanya memandangi Ivana dengan sungguh-sungguh. Wanita elegan itu menyeruput kopi panasnya yang masih mengeluarkan asap dengan santai. Sore hari di Bandung dan kemacetan yang terjadi di mana-mana. Semilir angin dan gulungan awan hitam bisa Kinar lihat dari kaca jendela. Tempat duduknya memiliki spot tertuju ke mana saja dan pojokan adalah favorit Kinar sejak dulu.“Uang lagi dan cinta bukan sesuatu yang harus kita khawatirkan. Aku membeli Banyu bukan dengan hatiku meski ada kontrak di atas hitam putih tapi uangku lebih berkuasa. Itulah kenapa kita perlu menjadi kaya agar bisa membeli apa pun yang kita mau. Ini terdengar egois karena tidak semua orang terlahir dengan privilege. Ya

  • Menjadi Istri Kedua CEO   120

    Pada akhirnya ....Di dunia ini, ada tiga jenis manusia, yaitu, ada yang seperti makanan, selalu dibutuhkan orang lain, ada yang seperti obat, diperlukan oleh orang lain saat sakit, dan ada yang seperti penyakit, selalu dibenci oleh orang lain.Kinar membaca tulisannya sendiri dengan saksama lalu memberi penjelasan hanya dalam benaknya saja. Kinar malas untuk menjabarkan dengan mengetikkan di layar laptopnya. Selain terlalu panjang dan berbelit-belit, Kinar sedang melawan moodnya yang berantakan.Hari ini Kinar sedang mati kebosanan. Jalan satu-satunya adalah hengkang dari rumah dan berakhir di ruangan Anan. Ternyata pilihan untuk ke kantor Anan juga bukan sesuatu yang tepat. Suaminya itu sedang sibuk dan Kinar tidak punya objek untuk melampiaskan marahnya. Ugh, rasanya dongkol luar biasa.“Mau es krim, Bu?” tawar Kamila yang masuk setelah mengetuk pintu. Senyum wanita yang usianya sepantaran dengan Anan itu terukir. “Akan saya belikan.” Kamila sudah akan membawa kedua kakinya menuju

  • Menjadi Istri Kedua CEO   119

    “Jika sudah tidak bisa berjuang, baiknya jangan memberi harapan kosong.” Itu hanya sepenggal saran yang bisa Anan berikan kepada Teguh. “Dia juga manusia sama seperti kamu. Pastinya saat ada harapan yang telah dia lambungkan lalu tidak bisa digapainya, rasa sakit menyerangnya. Jadi putuskan saja ingin mengambil langkah yang bagaimana. Maju atau mundur, berhenti atau bertahan.”Teguh diam. Duduk dengan wajah penuh kebingungan dan sorot mata yang lelah. Teguh belum mendapatkan keputusan hendak membawa hubungan bersama Rani ke mana. Jika tujuannya adalah pelaminan, itu sudah dari awal Teguh angankan kala hubungan ini terbentuk. Namun restu yang tak kunjung datang membuat Teguh serba galau. Harus bagaimana?“Kamu ini pria. Sejatinya kamu akan memperjuangkan apa yang menurut kamu tepat dan nyaman di hatimu. Tidak lembek seperti kerupuk terguyur air,” cibir Anan. Meski kalimatnya tidak sadis, seharusnya itu mampu menembus harga diri Teguh untuk bisa bangkit dari keterpurukannya. “Jika di aw

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status