Dari kediaman Wiliam yang masih terjaga malam hari ketika semua terlelap. Ada Wiliam yang berdiri di depan teras melakukan sesuatu yang biasa Vea lakukan setiap malam, dan malam itu pun Vea baru mau keluar menghirup udara segar. "Wiliam. Kamu masih belum tidur?" Vea menyapa lebih dahulu agar Wiliam tidak terus melamun di sana sendirian. Hari sudah sangat larut, tetapi Wiliam terus melihat ke atas langit. "Belum Vea. Aku mau bicara sama kamu di sini, setidaknya kamu tidak akan menganggap aku mesum atau jahat jika di tempat terbuka," balasnya. Wanita itu sekarang berdiri di samping kiri Wiliam untuk bicara berdua. Mungkin Vea harus memberikan kesempatan Wiliam bicara padanya. "Silakan kalau kamu mau. Aku sendiri malas bicara sama kamu kalau masih terus membahas anak," balas Vea. Tangan Wiliam memegang tangan Vea dan sekarang berhadapan dengan wanitanya. Hanya dengan cara ini Wiliam bisa dekat dengan Vea. "Kamu mau mengadakan resepsi besar-besaran sama aku? Aku sudah siapkan
Pukul lima sore Silvi sudah pulang ke rumah dan dia masih belum melihat Wiliam dan Vea keluar rumah, menyakitkan sekali Wiliam menghabiskan waktunya bersama madunya dengan begitu semangat sampai melupakan pekerjaannya. "Aku harus mencari kegiatan baru lagi, lebih baik aku belanja ke mall dekat sini sampai malam." Silvi pergi lagi, sedangkan Cici dan Ria mereka juga mengambil lembur di pekerjaannya agar tidak mengganggu Wiliam dan Vea. Dikecupnya dahi Vea dengan penuh cinta, seluruh tubuh mulai berkeringat. Wiliam merasakan jika perutnya sangat lapar. "Sayang. Kita istirahat dulu makan dan lanjutkan permainan yang baru," bisik Wiliam menggoda Vea. Vea tidak bisa menolaknya. Seluruh hidupnya memang milik suaminya sekarang ini. Dia tidak akan mampu berjalan sekarang di saat tubuhnya terus disentuh suaminya berjam-jam. "Bantu aku mandi dulu," pinta Vea pada suaminya. "Baiklah." Wiliam menggendong Vea ke kamar mandi, dia melupakan rasa laparnya begitu juga Vea. Dilanjutkan ke
"Ikut denganku!" serunya memerintah Vea yang baru pulang dari tempat kerjanya. Wiliam datang menghampiri Vea ke tempat kerja untuk bisa mereka pergi ke suatu tempat agar memastikan keinginannya terwujud. "Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri, lagipula aku masih punya ongkos untuk pulang ke rumahmu," jawab Vea. Tiba-tiba Wiliam turun dari mobil dan menarik Vea masuk ke dalam untuk mempersingkat waktu yang ada. "Menyusahkan! Coba kamu dari tadi mau, aku tidak perlu menginjakkan kaki ke tanah." Wiliam segera mengendarai mobilnya yang terlihat baru lagi, kali ini berbeda dengan yang dua mobilnya pernah digunakan sebelumnya, Wiliam memang memiliki hobi mengoleksi mobil-mobil keluaran terbaru. "Kita mau pergi ke mana? Jangan bilang kamu mau mengajakku ke tempat yang bukan rumahmu? Aku mau kamu turunkan aku!" Menyadari kalau arah yang dilewati Wiliam bukan jalur menuju rumah membuat Vea ketakutan. Karena Wiliam suka bertindak di luar dugaan dan tidak pernah ada yang tahu apa yang
"Lebih baik kamu perbaiki sikapmu daripada terus meminta aku memaafkan kamu, rasanya aku tidak ingin melihat wajahmu dulu, kita tidak bisa saling berhadapan. Aku mau kamu cari kegiatan di rumah ini untuk satu hari penuh, terserah mau kamu apa, aku berikan kamu uang kalau mau belanja seharian." Wiliam mengeluarkan kartunya yang tidak akan habis walaupun Silvi belanja banyak barang. Silvi tentu tidak terima jika Wiliam semarah ini kepadanya. "Sayang tolong kamu jangan kaya gini. Aku minta maaf dan aku tidak mau belanja atau pergi dari rumah ini walaupun hanya satu hari, tadi aku sudah minta maaf sama kamu, apa aku perlu bersujud di depanmu agar kamu mau memaafkan aku? Baik akan aku lakukan!" Silvi mulai bersujud membuat pria di depannya merasa iba dan mengangkat tubuh istrinya untuk berdiri. "Bangunlah dan ikuti perintah aku sebelum aku bertambah marah. Biarkan aku menangani Vea terlebih dahulu, aku tau rasanya cemburu memang tidak enak, tapi aku perlu waktu menyelesaikan dengan V
Wiliam dan Vea duduk di depan dokter yang sudah mengumpulkan hasil tes kesuburan mereka berdua. Keduanya sangat penasaran dengan hasilnya. "Gimana dok hasilnya, apa bisa keluar hari ini juga?" Dibalik pertanyaan yang ditanyakan Vea pada dokter, ada Wiliam yang terus memandangi istrinya yang lebih tidak sabar daripada dirinya. "Hasilnya akan keluar beberapa hari. Nanti pihak rumah sakit akan menghubungi kalian berdua," jawab dokter. Wiliam sudah tahu kalau hasilnya tidak mungkin langsung keluar dikarenakan dia pernah tes yang sama dengan ketiga istrinya yang lain. "Kalau begitu kami permisi dulu dok," pamit Wiliam menarik tangan Vea agar ikut keluar dari ruangan dokter. Dokter mempersilahkan mereka keluar, dokter yang sama seperti yang dibawa Silvi pertama kalinya. Saat mereka berdua keluar, ada seseorang yang menggunakan kaca mata hitam dan memakai selendang untuk menutupi kepalanya. "Aman kan dok?" Seseorang itu masuk dan langsung duduk di sana menatap dokter yang sek
Sampai di rumah Wiliam mengajak Vea masuk ke dalam ruang kerja yang selama ini tidak ada yang berani masuk termasuk Silvi ke dalam sana. "Masuklah," kata Wiliam. Vea membaca ada tulisan jangan berani masuk ke dalam sana kecuali atas izinku, dia melihat ke mata Wiliam. "Oh, itu tulisan berlaku untuk mereka bertiga, kamu masuk saja karena aku yang mempersilahkannya. Sekarang Vea merasa dirinya sangat istimewa dibandingkan ketiga istri Wiliam yang lain, Wiliam juga selama ini selalu menolongnya termasuk mempertemukan orang tuanya. "Wiliam. Kamu pasti mencintai aku lebih besar daripada mereka bertiga?" Pernyataan itu keluar begitu saja dari mulut Vea, dia mau tahu jawaban Wiliam. Hatinya membutuhkan semua itu. "Benar sayang. Cuma kamu yang bisa membuat aku begitu mencintai, masuklah dan jangan berisik di sini, aku takut mereka melihat kita berdua." Vea mengangguk dan masuk mengikuti Wiliam. Hatinya berbunga-bunga setelah tahu Wiliam begitu sangat mencintainya. Dicarinya be
Tiga jam berada di dalam kamar Ria membuat Vea dan Wiliam khawatir dengan orang rumah yang akan mencari keberadaan mereka. "Wiliam. Kamu tau kan Silvi masih setengah hati padaku, nanti dia marah atau tidak kita seperti ini di dalam kamar Ria? Seharusnya kalau memang madunya tidak ada, jatahnya akan diserahkan pada istri pertama." Vea duduk bersama Wiliam di dekat tempat tidur, mereka sudah puas bermain banyak gaya di sana. Sedangkan Wiliam mulai keluar dengan perlahan dan bertatapan langsung dengan Silvi di depan pintu kamar. "Kamu di kamar Ria, Mas?" Silvi menengok ke dalam ternyata benar dugaannya kalau Vea ada di bersama suaminya. Sekarang Vea akan bertanya pada Wiliam. "Kamu tau peraturan di rumah ini kalau maduku tidak ada maka jatahnya hanya boleh sama aku kan? Mas tau sendiri apa yang aku buat ini untuk mendisiplinkan para maduku agar tidak meninggalkan kewajibannya pada Mas," protes Silvi di sela Vea mulai keluar berada di samping Wiliam. Vea mendengar jika peraturan
Kemarahan Silvi berhenti ketika dia harus menyiapkan sesuatu yang sudah dijanjikan dirinya dengan Wiliam untuk menyiapkan segala sesuatu persiapan resepsi pernikahan Vea dan suaminya. "Aku lupa. Pergilah ke kamarmu Cici, aku tidak mau melihat wajahmu dulu, lain kali kamu jangan bicara sebelum aku yang memintanya." Silvi dengan tegas tidak mau Cici berbicara seenaknya dan memberontak seperti Vea. Karena selama ini Silvi yang berkuasa di rumah Wiliam. "Iya, Kak Silvi maafkan aku." Cici pergi dari pandangan Silvi yang sudah memegang ponselnya dan segera menghubungi seseorang agar urusannya bisa selesai hari ini. Semua sudah dipersiapkan, Wiliam sendiri mau malam ini adalah resepsi pernikahannya bersama Vea yang secara langsung akan dilakukan di sebuah hotel ternama yang tidak jauh-jauh dari istrinya yang lain yaitu Ria, dia mau Ria juga bisa hadir walaupun sibuk bekerja di dalam dapur. Pada malam hari ketika Vea sendiri belum bersiap-siap. Secara mendadak tubuh Vea diangk