~Galang~Aku tersenyum puas membaca laporan yang baru masuk ke surelku. Akhirnya, saat yang aku tunggu-tunggu tiba juga. Mereka mengadakan pertemuan mendadak dengan para pemegang saham. Aku mengirim pesan kepada kenalanku yang sudah lama menantikan kabar baik.Baru saja meletakkan ponsel di meja, muncul pesan baru di bagian atas layar ponselku. Fay memberi tahu aku dia pulang. Hm. Baru saja lewat jam makan siang, mengapa dia sudah pulang? Ah, pasti ini ulah Trici lagi. Aku belum tahu bagaimana cara membuat perempuan itu berhenti menyakitinya.Oh. Benar juga! Sayangku sudah pulang, maka aku tidak perlu menjemput dia di tempat kerjanya. Aku bisa menyelesaikan masalahku sepulang kerja nanti. Sudah saatnya bagi kami untuk bicara. Apa yang sudah dia lakukan tidak bisa lagi aku toleransi.“Kapan aku yang didatangi perempuan cantik di kantor?” keluh Rano melihat Trici berdiri menunggu di depan lobi. Aku tertawa kecil. “Sampai besok.”“Bersyukurlah, kamu tidak akan mau menjadi aku,” kataku pe
Aku terenyuh melihat wajah khawatir istriku yang menyambut kepulanganku. Dia benar-benar sayang kepadaku. Matanya sampai berkaca-kaca melihat luka pada wajahku. Padahal dia tidak perlu khawatir. Aku bukan laki-laki lemah.“Apa teman kerjamu itu menyuruh orang lagi untuk menghajar kamu?” tanyanya sambil menutup pintu depan, lalu menguncinya.Tama pasti sudah disuruhnya untuk istirahat sehingga dia yang menyambut kepulanganku. Malam sudah larut karena ada tempat yang harus aku kunjungi sebelum kembali ke rumah. Kejadian hari ini benar-benar berada di luar rencanaku. Doddy tidak sebangkrut yang aku duga.“Aku mandi, lalu kita bicara, ya?” ucapku memelas.Dia mendesah pelan, kemudian mengangguk. “Aku akan mengambilkan makanan untukmu. Kamu pasti belum makan, ‘kan?” Aku menggelengkan kepala.Setelah mandi dan berhati-hati dengan lukaku, aku mengenakan pakaian. Fay sudah menunggu dengan wajah khawatir di sofa. Piring dan gelas sudah memenuhi meja di depannya. Aku duduk dan mulai makan. Aku
~Fayola~“Yola, apa kamu sudah mengetahui berita terbaru?” tanya Mala, tanpa basa-basi.Aku sedang asyik membuat desain poster ketika ponselku bergetar. Tentu saja aku langsung menjawab panggilan masuk darinya. Bukannya menyapa lebih dahulu, dia malah mengatakan hal yang membuat aku heran.“Berita apa?” Aku keluar dari ruang kerja Galang menuju ruang keluarga. Televisi hanya ada di sana.“Cepat tonton,” desaknya. Dia menyebut sebuah saluran televisi dan aku memilihnya.“Acara konferensi diadakan pada pukul delapan pagi ini waktu setempat. Hotel dan anak usaha milik Keluarga Hidayat menyatakan diri bangkrut dan telah berada di tangan pemilik yang baru.”Hotel milik Keluarga Hidayat? Itu adalah nama keluarga Doddy. Jadi, mereka akhirnya menyatakan diri bangkrut. Galang benar mengenai hal ini. Wow. Lama juga mereka berusaha untuk bertahan dan menutupi kabar ini dari semua orang.“Rekan kami di lapangan belum bisa mendapatkan informasi lengkap, karena juru bicara menolak untuk menjawab pe
Aku terkejut Galang membawa aku menemui pria yang memberikan pesan terakhir dari Nidya. Namun aku lega akan berbicara dengan orang yang aku kenal daripada harus berhadapan dengan petugas polisi yang berbeda.Suamiku sudah memberi tahu kejadian apa saja yang dia adukan kepada polisi mengenai perbuatan Doddy dan Sonya. Aku dengan senang hati memberi pernyataan sejujurnya, karena aku tidak mau kami malah terkena pasal pencemaran nama baik.Setiap kejadian yang tidak bisa dibuktikan harus aku lupakan dan maafkan. Hanya kejadian yang bisa dibuktikan benar telah terjadi yang akan diproses secara hukum. Itu juga sudah lumayan daripada mereka bebas melenggang dan tidak pernah belajar dari kesalahan.“Baik. Kami akan melakukan investigasi terlebih dahulu, kemudian menghubungi Bapak dan Ibu untuk langkah selanjutnya. Yang pasti, Anda harus menyiapkan kuasa hukum yang bagus. Mereka punya beberapa pengacara unggul yang sudah biasa membantu urusan legal,” kata polisi itu.“Baik, Pak. Terima kasih
Ruangan itu diterangi dengan lampu dan ada banyak kandang berukuran besar. Hanya beberapa kandang yang berisi binatang yang sedang dalam perawatan. Perasaanku tidak enak, karena tidak mendengar salakan kecilnya setiap kali melihat aku datang.Ternyata Lala tidak ada di ruangan itu, karena sang dokter mengajak kami ke pintu lainnya. Ruangan apa ini? Dia tidak membawa anak anjingku ke ruangan itu semalam. Apakah mungkin Lala sudah tiada? Itukah sebabnya dia memisahkan Lalaku dari anjing sakit lainnya?Mataku memanas, tidak siap mendengar kabar buruk lagi. Namun melihat senyum pada wajah pria itu, aku mencoba untuk berpikir positif. Lalu suara yang sudah aku kenal itu pun terdengar.“Lala!!” seru anak-anak yang segera berlari mendekatinya.Ada dua orang yang sedang menyisir rambut anjing kecilku itu. Ooo. Ini ruangan untuk memandikan hewan. Aroma sampo yang harum memenuhi ruangan itu. Lala menggoyang-goyangkan ekornya dengan antusias, tidak sabar menanti aku mendekat.“Iya, sayang. Mama
“Aku rela datang ke sini begitu mendengar kalian mau berkumpul, aku pikir karena kamu punya kabar baik mengenai kehamilanmu. Tidak tahunya mau membahas hal yang sudah aku larang. Apa aku sudah tidak kamu anggap nenekmu lagi?” ucap Nenek dengan kesal. “Orang tua mereka sudah meninggal, ‘kan, ada keluarga mereka. Mengapa kalian yang disuruh mengasuh anak yang ditinggal anggota keluarga mereka? Jangan-jangan mereka punya penyakit yang membuang-buang uang, jadi mereka melimpahkan semua tanggung jawab itu kepada kalian. “Aku tidak setuju dengan rencana kalian mengadopsi kedua anak itu. Bisa jadi mereka anak nakal yang susah diurus sehingga keluarga mereka sendiri pun tidak mau mengasuh mereka. Tidak boleh! Kalian harus kembalikan anak-anak itu kepada orang tua mereka!” pungkas Nenek. “Mereka tidak dibuang, Nek,” kataku, memberi pengertian. “Halah! Tidak dibuang apanya? Mana ada keluarga yang rela melepaskan penerus mereka kalau bukan karena ada cacat atau kekurangan yang lain. Kamu jang
Aku mencium kening Ezio yang sudah pulas, lalu menatap wajah damainya. Ketika dia dewasa nanti, dia akan menjadi rebutan banyak wanita. Seperti Galang semasa remaja hingga sekarang. Aku tidak bisa bayangkan apa yang akan aku lakukan jika para gadis mulai mengunjungi rumah ini.Yang harus berhati-hati adalah Athena. Aku yakin Galang akan menjaganya sebaik mungkin agar tidak ada orang yang menyakiti gadis kecil itu. Seperti halnya Papa yang menjaga aku dan Amara dari laki-laki hidung belang sekuat tenaganya.“Sayang, mereka harus segera bersiap untuk sekolah!” pekikku melihat Galang dan anak-anak masih asyik berenang padahal sudah pukul enam lewat. “Apa kalian tidak kedinginan berenang sepagi ini?”“Matahari sudah tinggi, Tante. Airnya tidak dingin lagi,” jawab Ezio dengan bibir gemetar.Aku menggeleng pelan melihatnya. “Ayo, cepat. Saatnya mandi dan memakai seragam. Kalian harus sarapan di mobil supaya tidak terlambat.”Ulfa membantu Athena, sedangkan aku menolong Ezio untuk bersiap-si
~Galang~ Aku mundur selangkah mendengar kalimat Fay itu. Sama halnya seperti percakapannya dengan Doddy, maka dia juga perlu menyelesaikan masalah antara dia dengan Sonya. Mereka adalah sahabat baik saat SMU, pasti ada banyak pertanyaan di benak istriku mengenai temannya itu. Tidak ada orang di sekitar kami karena sudah lewat jam makan malam dan para tamu pasti akan menuju kamar mereka setelah makan di restoran. Hanya kuasa hukum kami yang mungkin akan lewat dan menyaksikan kejadian ini. Doddy masih saja tidak berhenti menatap Fay dengan mata kurang ajarnya itu. Sekalipun istriku tidak melirik ke arahnya, dia tidak tahu malu melakukan itu sepanjang pertemuan tadi. Wajar saja Sonya naik pitam. Namun aku menahan diri. Ini waktu untuk Fay beraksi, bukan aku. “Menyelesaikan masalah? Semuanya hanya perlu diakhiri dengan uang. Kamu malah bersikap munafik dengan menolak uang sebanyak itu. Apa kamu pikir aku akan mau melakukan permintaan konyolmu itu? Sampai mati pun tidak akan aku penuhi!