Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Bab 248 - Penyamarannya Telah Terbongkar?

Share

Bab 248 - Penyamarannya Telah Terbongkar?

last update Last Updated: 2024-07-30 14:59:33

Peter Kurniawan yang bergabung di tengah-tengah permainan, membuat Nicholas sangat tidak fokus.

'Ini tidak boleh terjadi' Nicholas berusaha menyemangati dirinya.

"Next round?"

Nicholas masih belum bisa bangkit dari kursi ini karena belum ada perintah selanjutnya. Jeanne juga masih tampak sangat tenang di hadapannya.

Beberapa pemain ada yang mengakhiri permainan, sedangkan yang lainnya memilih bertahan.

"Ulur waktu, Dan. Sedikit lagi."

Nicholas melemparkan chip miliknya ke atas meja. "I'm in..."

Permainan pun dimulai lagi.

Kali ini, Nicholas tidak berusaha untuk mengungguli siapapun. Dan justru, ia melakukan strategi berbeda.

"Raise!"

Ketika salah seorang pemain menaikkan taruhannya, Nicholas malah berkata, "Fold."

Semua orang terkejut. Nicholas meletakkan kartunya di atas meja.

Karena hal ini, beberapa pemain ada yang merasa ragu, dan banyak yang memilih menyerah.

Ketika pemain yang menaikkan taruhan berhasil menang. Semua kartu dibuka, dan kombinasi kartu Nicholas adalah y
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 249 - Kekacauan yang Dibuat Aletta

    Kenapa ... ada Aletta di sini!?"Aduh, kaget ya?" ucap Aletta dengan nada manis tapi penuh cemooh. "Seperti bertemu hantu saja."Embun menarik napas dalam diam dan mengembuskannya pelan sebelum kembali melangkah menuju pintu kamarnya."Sebutan itu sepertinya pantas untukmu, yang tiba-tiba saja menghilang," balas Embun. Ia meraih gagang pintu.Namun, Aletta langsung berdiri di hadapannya, menghalangi."Kok buru-buru begitu, Embun? Kan kita lama tidak bertemu," kata Aletta dengan senyum manis. "Mengobrol dulu lah. Jangan suka menyimpan dendam."Tangan Embun mengepal tanpa sadar, menahan agar dirinya tidak meledak di sana."Aku tidak menyimpan dendam padamu, Aletta, tapi bukan berarti aku memaafkanmu," ujar Embun dengan suaranya yang tenang. "Dan sekarang, aku anggap kita sudah tidak ada urusan apa pun lagi. Sudah sebagai orang asing saja, jadi aku tidak berminat mengobrol denganmu.""Oh, begitu?" goda Aletta masih dengan senyum. Ia mengangkat sebuah amplop cokelat di tangan. "Tapi aku h

    Last Updated : 2024-07-30
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 250 - Kekecewaan Embun

    “Seret dia yang benar!”Nicholas menggumamkan sesuatu di balik kantong hitam yang menutupi kepalanya. Ia tidak tahu sekarang dirinya tengah dibawa ke mana dan dengan alasan apa ia diperlakukan demikian.Yang jelas, saat ini tubuh Nicholas terasa lemas dan tidak bisa ia kontrol sesuai keinginannya. Dua orang berbadan kekar tengah mengapit lengan Nicholas, masing-masing satu, dan menyeret pria muda itu.Ujung sepatu Nicholas beradu dengan lantai beton, menimbulkan suara gesekan.Ini pasti karena obat yang dipaksakan Xander padanya tadi. Selain membuat syaraf Nicholas terasa seperti lumpuh, obat tadi membuat Nicholas dalam kondisi setengah sadar.Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang.Keponakan Kaisar itu mendengar suara pintu terbuka dan dia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan–terdengar dari gemanya.Lalu, pergelangan tangan Nicholas diikat dan tubuhnya yang masih terasa lemah digantung di langit-langit. Sekalipun kakinya bisa menyentuh lantai, tapi Nicholas tidak dapat berdiri.B

    Last Updated : 2024-07-31
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 251 - Penjelasan Kaisar

    "... Berikan aku waktu dulu. Ya?"Bahu Kaisar langsung turun mendengar hal itu. Tubuhnya terasa lemas saat Embun merespons demikian."Embun, jangan seperti itu," ucap Kaisar. Pria itu tampak putus asa. Tangan Kaisar yang besar menyentuh milik Embun yang sedang ada di pipinya, lalu menggenggamnya lembut, menahan tangan sang istri agar tetap di sana. "Aku bisa berikan penjelasan." Kaisar berkata lagi. Enggan melepaskan Embun."Kaisar, aku sudah dengar," ucap Embun. Suaranya pelan dan lembut, tidak meninggi seperti orang marah pada umumnya. "Aku bukannya mengabaikan ceritamu. Penjelasanmu cukup, untuk saat ini.""Aku tidak melakukan apa pun dengan wanita itu, Embun." Kaisar kembali menegaskan. "Aku pingsan saat itu.""Iya." Embun mengangguk. "Tapi ... waktu itu aku juga tidak ingat, Kaisar."Pria itu terkejut. Apakah Embun bicara soal insiden di hotel waktu itu? Saat minuman dengan obat perangsang yang diberikan Aletta pada Kaisar, salah diminum oleh Embun?Memang benar saat itu Embun

    Last Updated : 2024-07-31
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 252 - Tangisan yang Tak Dapat Ditahan

    Sudah beberapa kali Rindang berusaha menghubungi ponsel sang adik, tapi tidak diangkat.Dan itu membuatnya khawatir."Astaga, Embun. Gunanya ponsel itu buat komunikasi! Punya ponsel kok kalau ada telepon tidak diangkat."Itu adalah omelan khas Rindang setiap kali Embun tidak mengangkat teleponnya.Namun, kali ini, wanita itu mengomel pada dirinya sendiri karena ia hanya bisa mendengar nada sambung di ponselnya, bukan sahutan Embun.Sebenarnya tidak apa-apa. Pernah satu dua kali Embun tidak mengangkat telepon Rindang karena sedang ada urusan. Dan Rindang maklum akan hal itu.Akan tetapi, saat ini dirinya tidak bisa diminta tenang."Apa Embun tahu soal Paman dan Bibi?" gumam Rindang pada dirinya sendiri. Dua orang tadi sempat mengunjunginya, dengan tidak tahu malu. Namun, langsung diusir oleh Rindang. "Tadi ia tidak mengatakan apa pun soal mereka. Tapi siapa tahu?"Lalu dengan keputusan bulat, Rindang mengatakan, "Aku harus memperingatkannya."Karena itu, sejak sepuluh menit yang lalu,

    Last Updated : 2024-08-01
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 253 - Butuh Waktu Sendiri

    "Embun, kamu," Rindang menghela napas, "jangan buru-buru begitu."Embun terdiam.Jika dikatakan terburu-buru, sebenarnya tidak salah juga. Embun benar-benar ingin segera pergi dari sana, sampai-sampai ia sanggup jika memang harus berhadapan dengan administrasi serta kesulitan yang dibuat-buat oleh asisten Dion itu. "Tapi aku mau ketemu," ucap Embun pelan, tanpa sadar sedikit merengek pada kakaknya.Rindang sendiri tidak menyangka kalau Embun akan menampilkan sisi yang ini padanya kali ini. Kalau sudah seperti ini, berarti adiknya ini sudah tidak baik-baik saja.Bahkan mungkin sudah lebih parah dari saat kasus dengan mantan kekasih Kaisar waktu itu."Oke, oke. Mau dijemput di mana? Jam berapa?""Nanti aku kabari lagi, Kak," balas Embun. "Aku berkemas dulu.""Nanti kalau Kakak belum balas juga, telepon ya.""Iya, Kak."Setelah itu, panggilan diakhiri. Embun tidak tahu sebenarnya apakah alasan sebenarnya Rindang menghubunginya. Namun, hal itu bisa ditanyakan nanti. Telepon Rindang bena

    Last Updated : 2024-08-02
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 254 - Tawaran Sang Suami

    "Harus pulang dulu ke ibu kota, Sel," jawab Embun sementara Kaisar memasukkan kopornya ke bagasi mobil. "Sudah izin tapi? Soalnya kan besok kamu ada kelas," balas rekan Embun tersebut. "Oh, makanya kamu dipanggil. Ke sana dulu, Kak Embun.""Iya." Meski mengatakan itu, Embun tidak bergerak dan justru mengalihkan pandangan.Pihak sini pasti berniat menahannya lagi.Embun sudah dengan sengaja tidak mengecek ponselnya lagi setelah mengirim pesan bahwa ia akan pergi. Dan ia juga mengemas barangnya dengan cepat.Semuanya agar ia tidak harus berhadapan langsung dan berakhir tidak diizinkan pergi lagi."Lho, ayo, Kak. Aku antar," ucap rekan Embun lagi. "Soalnya tadi--""Maaf, kami sedang buru-buru." Tiba-tiba Kaisar berdiri di sebelah Embun. Pria itu menatap si rekan kerja dengan wajah datar, tapi sepasang matanya penuh dominasi. "Istri saya perlu istirahat. Dia sudah dua kali pingsan di sini dan dari rumah sakit memberikan surat rekomendasi. Kami akan kirimkan nanti setelah kami sampai."

    Last Updated : 2024-08-03
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 255 - Kembali Lagi

    "Boleh aku memelukmu?" Embun terdiam sejenak mendengar pertanyaan sekaligus permintaan Kaisar. Wanita itu kemudian mengangguk, tidak kuasa menolak. Setelah mendapatkan izin, Kaisar melepaskan sabuk pengaman mereka berdua dan dengan lembut menarik Embun dalam rengkuhan tangannya. Namun, posisi mereka yang kurang nyaman pada akhirnya membuat Kaisar membawa Embun ke pangkuannya. "H-hei," protes Embun, tapi sudah terlambat. Kaisar sudah menenggelamkan wajahnya di bahu Embun, memeluk wanita itu dengan erat. "... Jaga dirimu baik-baik, Embun," ucap Kaisar. Suaranya teredam karena ia masih saja menyembunyikan wajahnya di bahu Embun. "Jangan melewatkan makan. Jangan menggampangkan sakit. Istirahatlah yang cukup." Mendengar rentetan kalimat Kaisar membuat hati Embun tersentuh. Apalagi nada suara sang suami saat mengatakannya. Seperti penuh penyesalan dan enggan melepaskan. Wanita itu menggigit pipi bagian dalamnya, menahan agar ia tidak mengeluarkan suara yang tidak perlu

    Last Updated : 2024-08-04
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 256 - Nasehat Rindang untuk Embun

    "Bu Embun. Ada tamu." "Siapa?" tanya Embun, berjaga-jaga. "Kakaknya, Bu." Embun mengangguk. "Boleh antarkan ke sini? Terima kasih." Usai Embun mengucapkan itu, Bening bangkit berdiri dan membereskan beberapa berkas. "Bu, aku di ruangan sebelah ya." Wanita muda itu meringis. "Mau bereskan beberapa hal dulu, nanti aku lanjut laporannya ke Ibu." Embun tersenyum. "Terima kasih, Bening. Besok kita jadwalkan rapat, dengan manajer cabang juga ya." Setelah Bening meninggalkan ruangan, Rindang muncul diantar karyawan kafe yang bekerja di bagian depan. Kakak Embun tersebut mengamati sang adik lamat-lamat sebelum kemudian memeluk Embun. "Hobinya sok kuat," omel Rindang pelan di depan telinga Embun. "Kan lagi di tempat kerja, Kak," gumam Embun. Namun, perlahan ekspresinya yang tadinya tampak profesional saat berbincang dengan karyawannya hilang, berganti menjadi ekspresi sedih dan ingin menangis. "Kak, capek. Bingung." Rindang mengusap punggung Embun, naik turun, berkali-kali untuk men

    Last Updated : 2024-08-04

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 292 - Kalian Saling Kenal?

    "Oh? Mau mengadakan pesta pernikahan?" Embun mendengar keterkejutan dalam suara Rindang. Ia berniat menyahuti sang kakak, tapi sebelum ia sempat mengucapkan apa pun, Rindang sudah melanjutkan. "Embun kurang suka pesta. Tapi saya setuju kalau akan diadakan pesta. Menikah hanya sekali. Sayang jika tidak membuat kenangan baik." Istri Kaisar itu akhirnya menyerah. Ia tidak menanggapi, sementara Lidya dan Rindang justru terlibat obrolan seru soal pesta pernikahan. Ia belum membicarakan hal ini pada Kaisar, sekaligus mendengar tanggapan pria itu. Hingga akhirnya, Lidya pamit karena ia ada janji dengan Surya. Wanita itu berniat menjemput suaminya di kantor. "Kamu istirahat yang cukup. Makan yang benar," ucap Lidya. "Jangan terlalu membebani dirimu. Soal pesta, biar aku yang urus." Tersenyum lemah karena pasrah, Embun mengangguk. "Terima kasih, Ma," ucapnya. Dalam beberapa hari saja, keduanya sudah cukup dekat. Embun harus akui ini semua berkat kegigihan dan keterbukaan Lid

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 291 - Rencana Pesta Pernikahan

    "Embun anak baik. Dia tidak akan membencimu." Lidya teringat ucapan suaminya sebelum ia memutuskan untuk bertemu dengan Embun. Namun, sesaat sebelumnya, bukan hanya itu yang dikhawatirkan Lidya. Wanita itu juga ingin mengakui dosanya pada sang suami. Bahwa ia telah berselingkuh dengan Henri Pradana. Bahwa, sekalipun Lidya melakukan itu karena pernikahan mereka yang sudah dingin, sama sekali tidak membenarkan alasannya mengkhianati sang suami. "Mas Surya, aku--" Namun, sebelum Lidya sempat melakukannya, Surya sudah memotong kalimatnya. "Lidya." Tubuh Lidya membeku saat tiba-tiba Surya menangkup sisi wajahnya, membuat wanita itu menatap sang suami. Surya tersenyum kecil. "Sepertinya kamu sudah kembali," ucapnya pelan. "Menjadi istri yang dulu kucintai." Tangis Lidya pecah. Baru kemudian ia terpikir, perubahan sikap sang suami bisa jadi karena tingkahnya yang tidak karuan; hobi berfoya-foya dan menghabiskan uang suaminya di luar negeri tanpa meluangkan waktu untuk suami dan para

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 290 - Terima Kasih Karena Menyelamatkan Kami, Ma

    "Selamat sore." Lidya melangkah lebih dekat ke tempat tidur Embun setelah memutus kontak mata dengan yang lebih muda. "Aku tunggu di luar ya," ucap Surya kemudian, membuat baik Embun maupun Lidya menoleh ke arahnya. "Kalau ada apa-apa, panggil saja." Embun melihat ayah mertuanya itu berbalik dan berniat melangkah pergi, sebelum kemudian Lidya menggenggam tangannya. "Pa," bisik ibu Kaisar tersebut. Surya menatap sang istri dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, dia anak baik," kata pria tua itu. "Bicaralah pada menantu kita. Semuanya akan baik-baik saja." Pria itu meremas tangan istrinya pelan sebelum kemudian melepaskan genggamannya dan berlalu keluar. Meninggalkan Embun berdua dengan Lidya. Hening. Lidya tidak mengatakan apa pun, dan Embun menunggu wanita itu memulai karena ia pikir, akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan pada ibu mertuanya untuk menyampaikan niatnya lebih dahulu. Sekalipun Embun juga punya hal untuk dikatakan. Namun, saat Lidya tidak kunjung bi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status