Dua lelaki muda yang usianya tidak berselisih jauh duduk berhadapan terhalang meja di sebuah kafe yang tidak jauh dari tempat kuliah Fay. Kevin Blair terlihat tenang. Dia telah mengenali Handy Finch dan memiliki kesan yang kurang baik.“Apa kau pacarnya?” Handy Finch merasa tidak senang dengan pertanyaannya sendiri. Status Kevin Blair tidak bisa dipandang rendah dan itu membuatnya merasa terancam.“Aku sangat ingin mengatakan itu. Sayangnya, kami hanya berteman.” Kevin berkata jujur. Senyum Handy segera terbit. Dia kini lega. “Itu bagus. Kalau tidak, kau akan kecewa. Fay adalah tunanganku. Kami akan segera menikah.”Bagaimana pun Fay tidak bisa menolak. Mereka akan menikah juga pada akhirnya. Tidak ada salahnya menyingkirkan rintangan lebih awal.Alis Kevin segera berkerut begitu mendengar pengakuan Handy. Lelaki ini terkenal sebagai playboy yang telah membuat banyak korban berjatuhan. Tiba-tiba akan menikah? Kevin sama sekali tidak percaya. Di mana juga Fay bisa mengenal lelaki sep
Besoknya, Fay pergi dengan diantar seorang supir ke tempat kuliahnya. Meski berkeras menolak, nyonya Barney yang penyayang memaksa dengan lembut hingga Fay hanya bisa menerima diantar dengan kendaraan mewah itu. Dia merasa jijik dengan bayangan banyak mata yang akan melihatnya dengan curiga. Fay yang biasanya naik bus, hari ini datang diantar kendaraan mewah seperti nona muda sebuah keluarga kaya?Hanya saja Fay tidak mengira jika tatapan pertama seperti itu datang dari Callie yang kebetulan sedang memasuki pintu gerbang. Alis halus gadis itu berkerut demi melihat pemandangan itu.“Jangan berlebihan!” ujar Fay seraya menepuk bahu sahabatnya lantas berjalan mendahului.“Siapa dia?” Callie menyusul dengan sebuah pertanyaan.“Apa?” Fay pura-pura tidak mengerti. Dia berjalan sambil bersenandung riang. Sebuah lagu sumbang dan tidak jelas mengalir dari bibirnya.Callie merasa telinganya terganggu dengan nyanyian itu. “Yang tadi mengantarmu. Jangan katakan kalau itu Kevin.”“Memang bukan. D
“Fay, ada apa?” Nyonya Barney bertanya khawatir saat melihat ekspresi bingung Fay.“Aku—aku harus pergi. Terjadi sesuatu pada Mika.” Fay tergagap sendiri di bawah tatapan penasaran wanita itu Nyonya Barney tidak tahu tentang hubungan si kembar dengan keluarga Goldwin. Fay tidak berniat memberitahunya. Saat Mike dan Mika kembali, dia hanya mengatakan kalau keduanya tinggal di tempat ayah mereka.Tapi nyonya Barney punya persangkaan yang lebih buruk. Dia pikir Mika mengalami kecelakaan atau semacam itu hingga wajahnya menjadi cemas.“Biar kutemani. Aku juga ingin melihatnya.” Fay menggerak-gerakkan tangannya di udara dan segera menyadari kalau wanita itu telah berpikir terlalu jauh.“Ibu, ini bukan keadaan darurat. Mika hanya demam. Tapi mereka bilang, dia terus mencari aku. Aku akan melihatnya sebentar. Kau tidak perlu khawatir.” Fay menjelaskan sambil tersenyum, mencoba mengusir segala perkiraan buruk di kepala Shopia Barney.Dan sebelum wanita itu sempat mengatakan sesuatu yang leb
“Laki-laki sialan! Kemana saja kau saat anakmu terbaring sakit?!” Fay memburu ke arah Cade Goldwin dan mencengkeram kerah kemeja lelaki itu lalu mendorongnya dengan keras.“Kalau sampai terjadi sesuatu pada puteri Audrey, aku akan membunuhmu lalu membuang mayatmu ke bawah sana!” ujar Fay tanpa memedulikan wajah bingung Cade.Apa-apaan ini?Lelaki itu terdorong beberapa langkah. Fay bermaksud mengejar dan mencakar wajah Cade. Mika yang melihat itu langsung menjerit. “Mommy, jangaaan!”Mommy kalau sedang marah ternyata bisa sangat mengerikan. Meski masih tidak mengerti masalahnya, Cade menangkap juga tangan kanan Fay yang nyaris mendarat di wajahnya. Tangan yang lain kembali menyerang dan Cade juga menghentikannya. Sayang, Cade kurang waspada hingga lutut Fay sukses menghantam selangkangannya.Cade mengerang kesakitan dan otomatis melepaskan pegangan pada kedua tangan Fay. Dia dengan menyedihkan memegangi bagian selangkangannya. Sedangkan Mika menjerit-jerit dari tempatnya berbaring.
“Sialan! Bagaimana kau bisa menebaknya dengan mudah?” Callie melempar sebuah bantal ke arah Fay.Fay dengan cekatan menghindar seraya berujar, “Karena orang jatuh cinta terlihat bodoh!”Pernah suatu ketika Fay mendapati Callie yang merajuk di telepon karena Frans yamg terus menunda kepulangannya. Callie memiliki segalanya. Tak ada yang akan membuatnya gembira selain kembalinya Frans.Fay menjadi tidak sabar untuk bertemu lelaki misterius itu. Callie tidak pernah mau menunjukkan foto Frans padanya dan hal itu kerap menjadi sumber pertengkaran kecil di antara mereka.Sementara itu, setelah mendatangi kamar Mika dan hanya menemukan anak-anaknya yang asyik bermain kartu dengan Fay, Cade pergi ke ruang kerjanya. Duduk di kursinya, lelaki itu tidak melakukan apa pun untuk beberapa saat. Keningnya berkerut teringat kejadian tadi siang. Betapa mengejutkannya reaksi gadis itu. Dia bahkan mengancam akan menghabisi Cade bila mengabaikan Mike dan Mika seakan mereka adalah anak-anak yang terlahi
“Tak usah bersusah-payah menjelaskan. Aku rasa dia tahu kalau kemarin aku hanya bercanda. Kau saja yang menganggap serius. Kalau Frans memang mencintaimu sungguh-sungguh, dia akan kembali mela--“ Fay belum sempat menyelesaikan ucapan, mulutnya buru-buru dibekap.“Fay!” Mata Callie penuh peringatan. Semburat merah segera menjalari kedua belah pipinya.Semua orang di sekeliling meja segera tertarik. Semua orang mencoba menebak.Alis halus nyonya Goldwin terangkat. Sebelum dia menggerakkan mulut, Mike telah mendahului bicara.“Bibi, apa Tuan Howard melamarmu?”Mata bulat bening Mika terbelalak. “Apa ini berarti sebentar lagi akan ada upacara pernikahan?”“Anak kecil tidak usah ikut bicara!” Callie kewalahan dengan semua tatapan yang ditujukan padanya. Sekuat tenaga dia menghindari untuk bertentangan pandang dengan mereka.“Pantas begitu heboh.” Senyum nyonya Goldwin terlihat penuh makna.“Ibu—““Tuan Howard sama sekali tidak romantis. Apa pantas dia melamar nona muda Goldwin dengan cara
“Kau terlalu percaya diri, Nak.” Handy Finch menegur Mike. Bocah ini kerap menatapnya dengan rasa tidak suka yang jelas tiap bertemu di kediaman keluarga Barney. Meski tampak lucu dan menggemaskan, Mike dan Mika juga menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi Finch. Dulu dia mengira akan bisa menikahi Fay dan merasa kalau kedua anak ini akan sangat sulit dihadapi.“Apa Tuan muda Finch takut dengan tantangan ini?” Kini Mika yang bicara.“Aku tidak mendengarkan perkataan anak-anak.” Handy Finch menegaskan.“Kurasa kau memang takut, Tuan Finch. Bukankah ini sangat mudah? Kalau kalian bisa masuk ke dalam tanpa diusir, aku akan memberikan seluruh barang yang baru kubeli ini pada kalian.” Kini Fay menjadi bersemangat. Meski yang memberi tantangan adalah Mike, dia percaya nyonya besar Goldwin akan mendukungnya. Bukankah akan menyenangkan melihat pasangan ini dipermalukan di depan orang banyak? Mereka memang pantas mendapatkannya.Tapi ada yang tidak terlalu senang mendengar ucapan bersemangat
“Apa Mommy yakin ingin melihatnya? Tapi kau tidak boleh mengambilnya. Daddy pasti akan marah besar.” Mike mencoba mengingatkan.“Berikan saja nomornya. Aku tahu apa yang kulakukan.” Fay meyakinkan kedua anak itu.Mike melirik Mika. Gadis kecil itu membisikkan sebuah kombinasi angka ke telinga Fay.“Sudah ingat?” ujar Mika sambil mengamati Fay yang terlihat berusaha menghapal.Fay mengangguk dan mengulangi deretan angka yang diberikan Mika.Anak perempuan itu mengacungkan jempol sebagai isyarat bahwa Fay telah mengingatnya dengan benar.“Kalian yakin kalau daddy kalian sedang ada di ruang kerja? Sebaiknya aku melihat ke sana du—““Tidak usah. Daddy ada di ruang kerjanya dan terlihat sangat sibuk. Mungkin dia hanya akan keluar dari sana saat makan malam.” Mika dan Mike berebutan menghalangi langkah Fay yang hendak beranjak memeriksa.Fay mengerutkan kening sesaat. Tapi lalu berkata, “Kalau begitu kalian berjaga-jaga. Beritahu aku kalau ayah kalian ke luar dari ruang kerjanya.”“Baik.” K