“Laki-laki sialan! Kemana saja kau saat anakmu terbaring sakit?!” Fay memburu ke arah Cade Goldwin dan mencengkeram kerah kemeja lelaki itu lalu mendorongnya dengan keras.“Kalau sampai terjadi sesuatu pada puteri Audrey, aku akan membunuhmu lalu membuang mayatmu ke bawah sana!” ujar Fay tanpa memedulikan wajah bingung Cade.Apa-apaan ini?Lelaki itu terdorong beberapa langkah. Fay bermaksud mengejar dan mencakar wajah Cade. Mika yang melihat itu langsung menjerit. “Mommy, jangaaan!”Mommy kalau sedang marah ternyata bisa sangat mengerikan. Meski masih tidak mengerti masalahnya, Cade menangkap juga tangan kanan Fay yang nyaris mendarat di wajahnya. Tangan yang lain kembali menyerang dan Cade juga menghentikannya. Sayang, Cade kurang waspada hingga lutut Fay sukses menghantam selangkangannya.Cade mengerang kesakitan dan otomatis melepaskan pegangan pada kedua tangan Fay. Dia dengan menyedihkan memegangi bagian selangkangannya. Sedangkan Mika menjerit-jerit dari tempatnya berbaring.
“Sialan! Bagaimana kau bisa menebaknya dengan mudah?” Callie melempar sebuah bantal ke arah Fay.Fay dengan cekatan menghindar seraya berujar, “Karena orang jatuh cinta terlihat bodoh!”Pernah suatu ketika Fay mendapati Callie yang merajuk di telepon karena Frans yamg terus menunda kepulangannya. Callie memiliki segalanya. Tak ada yang akan membuatnya gembira selain kembalinya Frans.Fay menjadi tidak sabar untuk bertemu lelaki misterius itu. Callie tidak pernah mau menunjukkan foto Frans padanya dan hal itu kerap menjadi sumber pertengkaran kecil di antara mereka.Sementara itu, setelah mendatangi kamar Mika dan hanya menemukan anak-anaknya yang asyik bermain kartu dengan Fay, Cade pergi ke ruang kerjanya. Duduk di kursinya, lelaki itu tidak melakukan apa pun untuk beberapa saat. Keningnya berkerut teringat kejadian tadi siang. Betapa mengejutkannya reaksi gadis itu. Dia bahkan mengancam akan menghabisi Cade bila mengabaikan Mike dan Mika seakan mereka adalah anak-anak yang terlahi
“Tak usah bersusah-payah menjelaskan. Aku rasa dia tahu kalau kemarin aku hanya bercanda. Kau saja yang menganggap serius. Kalau Frans memang mencintaimu sungguh-sungguh, dia akan kembali mela--“ Fay belum sempat menyelesaikan ucapan, mulutnya buru-buru dibekap.“Fay!” Mata Callie penuh peringatan. Semburat merah segera menjalari kedua belah pipinya.Semua orang di sekeliling meja segera tertarik. Semua orang mencoba menebak.Alis halus nyonya Goldwin terangkat. Sebelum dia menggerakkan mulut, Mike telah mendahului bicara.“Bibi, apa Tuan Howard melamarmu?”Mata bulat bening Mika terbelalak. “Apa ini berarti sebentar lagi akan ada upacara pernikahan?”“Anak kecil tidak usah ikut bicara!” Callie kewalahan dengan semua tatapan yang ditujukan padanya. Sekuat tenaga dia menghindari untuk bertentangan pandang dengan mereka.“Pantas begitu heboh.” Senyum nyonya Goldwin terlihat penuh makna.“Ibu—““Tuan Howard sama sekali tidak romantis. Apa pantas dia melamar nona muda Goldwin dengan cara
“Kau terlalu percaya diri, Nak.” Handy Finch menegur Mike. Bocah ini kerap menatapnya dengan rasa tidak suka yang jelas tiap bertemu di kediaman keluarga Barney. Meski tampak lucu dan menggemaskan, Mike dan Mika juga menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi Finch. Dulu dia mengira akan bisa menikahi Fay dan merasa kalau kedua anak ini akan sangat sulit dihadapi.“Apa Tuan muda Finch takut dengan tantangan ini?” Kini Mika yang bicara.“Aku tidak mendengarkan perkataan anak-anak.” Handy Finch menegaskan.“Kurasa kau memang takut, Tuan Finch. Bukankah ini sangat mudah? Kalau kalian bisa masuk ke dalam tanpa diusir, aku akan memberikan seluruh barang yang baru kubeli ini pada kalian.” Kini Fay menjadi bersemangat. Meski yang memberi tantangan adalah Mike, dia percaya nyonya besar Goldwin akan mendukungnya. Bukankah akan menyenangkan melihat pasangan ini dipermalukan di depan orang banyak? Mereka memang pantas mendapatkannya.Tapi ada yang tidak terlalu senang mendengar ucapan bersemangat
“Apa Mommy yakin ingin melihatnya? Tapi kau tidak boleh mengambilnya. Daddy pasti akan marah besar.” Mike mencoba mengingatkan.“Berikan saja nomornya. Aku tahu apa yang kulakukan.” Fay meyakinkan kedua anak itu.Mike melirik Mika. Gadis kecil itu membisikkan sebuah kombinasi angka ke telinga Fay.“Sudah ingat?” ujar Mika sambil mengamati Fay yang terlihat berusaha menghapal.Fay mengangguk dan mengulangi deretan angka yang diberikan Mika.Anak perempuan itu mengacungkan jempol sebagai isyarat bahwa Fay telah mengingatnya dengan benar.“Kalian yakin kalau daddy kalian sedang ada di ruang kerja? Sebaiknya aku melihat ke sana du—““Tidak usah. Daddy ada di ruang kerjanya dan terlihat sangat sibuk. Mungkin dia hanya akan keluar dari sana saat makan malam.” Mika dan Mike berebutan menghalangi langkah Fay yang hendak beranjak memeriksa.Fay mengerutkan kening sesaat. Tapi lalu berkata, “Kalau begitu kalian berjaga-jaga. Beritahu aku kalau ayah kalian ke luar dari ruang kerjanya.”“Baik.” K
Cade tidak terlalu yakin dengan ide yang dibuat Fay. Tapi dia mendengarkan juga. Cukup menyenangkan melihat Fay tidak menunjukkan sikap permusuhannya saat ini.“Apa kau punya kertas?” Fay kembali ke dalam, melihat ke sekeliling ruangan.Cade tidak punya pemikiran apa yang mungkin akan dilakukan Fay.“Di laci bawah.” Cade memberitahu, menunjuk pada meja rendah.Fay segera mendapatkan yang dia inginkan. Dia juga mengambil sebuah pulpen dan mulai menulis dengan huruf-huruf besar.“SOS. Kami terjebak di lantai atas Flyod.”Fay menulis berlembar-lembar.“Apa yang akan kaulakukan pada kertas-kertas itu?” Cade mencoba menebak dan keningnya mengernyit karena sebuah pemikiran absurd. “Kau akan menyebarkannya ke atas jalan di bawah sana?”“Bukankah itu sebuah ide brillian?” Fay terlihat makin bersemangat menuliskan huruf-huruf di atas kertas.Cade menyentuh pelipisnya dan merasa sedikit pusing. Ini sangat konyol. “Lebih dari setengah penduduk Axton tahu kalau yang tinggal di lantai atas Floyd a
“Kenapa tidak bilang kalau kau punya camilan di sini?” Fay merenggut kantong besar dari atas sofa sambil memarahi Cade.Dia melihat ke dalam kantong dan matanya bersinar lebih cerah. Ada keripik, biskuit dan berbagai makanan ringan lain. Ini lebih baik dari pada makan malam yang sesungguhnya. Meski dia harus bekerja sedikit lebih keras untuk menghabiskan semuanya agar cukup kenyang. Yah, makanan ringan memang hanya sedikit memiliki komposisi karbohidrat yang memungkinkan perasaan kenyang.Dengan penuh bahagia, Fay mendekap kantong besar itu layaknya harta karun. Sementara di ujung sofa yang lain, Cade melihat adegan berdurasi beberapa detik itu serta mendengar omelan Fay Tadi dia juga tidak memperhatikan kantong plastik itu. Setahu dia benda itu tidak ada saat dia pulang hari ini. Saat Fay bermaksud mencari tempat yang nyaman untuk menikmati camilannya, dia segera teringat. Berbalik pada Cade, Fay bertanya pada lelaki itu, “Apa kau juga mau? Aku bisa memberimu sedikit.”Biasanya Fa
Cade mengangkat alis mendengar ucapan Fay yang penuh percaya diri.Iya, aku harus mengakui kalau kau terlihat sangat cantik tadi malam. Cade hanya menggumamkan itu di dalam pikirannya.“Kenapa kau tidak memeriksanya?” Cade mengingatkan.“Memeriksa apa?” Fay tampak linglung.Cade mengerutkan kening. Gadis ini, apa sepolos itu?“Semacam bukti bahwa telah terjadi sesuatu di antara kita.”“Bukti apa lagi? Sudah jelas kalau kau memelukku.” Fay bersikeras dengan pendapatnya sendiri.“Itu bukan bukti. Dan jelas-jelas yang memeluk adalah kau.” Cade tidak bisa menerima perkataan Fay yang tidak berdasar. “Aku tidak percaya kalau kau sepolos itu. Kau mungkin pernah membaca atau menonton—““Aku tidak menonton film yang menjijikan.” Fay menyela cepat. Pipinya sedikit memerah. Sejujurnya dia pernah menonton film seperti itu, tapi tanpa sengaja. Callie menjebaknya. Itu sangat—memalukan.“Benarkah?” Cade menatap dengan pandangan menyelidik. Dia sempat menangkap semburat merah itu.“Tentu saja benar.”