Dokter Leight segera dipanggil ke Flyod. Anak-anak sudah menangis sebelum pemeriksaan. Mereka mengkhawatirkan Fay dan Cade sibuk menenangkan keduanya.Saat itu Fay sudah sadar dan mulai mengeluhkan sakit perutnya. Dia sempat mendengar dokter berbicara dengan Cade yang menganjurkan agar Fay dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan yang lebih intensif. “Berikan aku obat saja. Aku tidak mau ke rumah sakit.” Fay berkata lemah. Dalam pikirannya, hanya orang-orang dengan sakit parah yang mendekati kematian yang perlu ke rumah sakit.Ini hanya sakit perut, kan?Sebuah serangan nyeri yang luar biasa datang lagi. Fay menggertakkan giginya menahan sakit. Tidak ingin orang-orang menganggapnya memiliki penyakit yang parah. Tapi dia tidak bisa menahan tubuhnya yang gemetar dan keringat yang merembes ke luar dari pori-porinya.Cade mendekat, menyentuh kening Fay. Panas. Dia melihat kalau Fay sangat kesakitan.Fay tengah memejamkan matanya. Saat sentuhan tangan Cade mendarat di kulitnya, dia entah k
“Kau sangat tampan. Apa kau malaikat?” tanya Fay pada lelaki tampan dengan pakaian putih di sebelahnya. Dia belum pernah bertemu malaikat sebelumnya. Tapi malaikat tentunya lebih menawan dari manusia. Lelaki ini jauh lebih tampan dari semua lelaki yang pernah dilihatnya. Dia pasti malaikat. Dan malaikat biasanya ada di surga.Sayang sekali. Ternyata Fay sudah benar-benar mati. Operasi itu tidak berhasil menyelamatkannya seperti perkiraan semua orang. Kini Fay telah berpindah ke surga yang damai. Tapi mungkin itu lebih baik. Dia akan bisa bertemu kedua orangtuanya dan Audrey. Di mana mereka? Fay berpikir untuk mencarinya nanti.Malaikat itu menunduk dan menjadi lebih dekat. Wajahnya bersih dan ramah.“Kau sudah bangun?” Itu lebih mirip sebuah penegasan dari pada pertanyaan.“Apa kau yang akan menjadi pasanganku di surga ini?” Fay balik bertanya.Bukankah para lajang yang meninggal akan mendapatkan pasangan yang lebih baik di surga?Fay menggerakkan tangannya dan mencoba menyentuh mal
“Bibi, siapa sebenarnya gadis tadi?” Baru saja mereka tiba di kamar Fay, Mike yang penasaran segera menanyakan tentang tamu mereka hari ini. “Aku tidak percaya kalau dia dan daddy hanya berteman.”Fay yang sudah menghempaskan diri di atas ranjang segera melempar Mike dengan bantal. “Aku sudah bilang, jangan ikut campur urusan orang dewasa.”“Aku hanya ingin tahu. Apa Mommy tidak penasaran dengan dia?” Mike tidak sempat mengelak. Bantal itu menghantam wajah imutnya. Tentu saja tidak sakit. Hanya membuatnya kaget sesaat.“Aku tidak peduli. Aku tidak suka ikut campur urusan orang.” Fay menyahut acuh. Dia mulai berguling-guling di ranjang. “Ah, nyamannya. Sebagus apa pun ranjang rumah sakit, tetap saja tidak senyaman ranjang sendiri.”Mika mencibir diam-diam. Mommy, ini tempat daddy. Dan semua yang ada di tempat ini tentu saja milik daddy. Sejak kapan menjadi milikmu? Tentu saja kalau kalian menikah suatu hari, kau bisa mengakuinya juga sebagai milikmu.Callie duduk di sofa dan terdiam
“Kau—kenapa kau bisa di sini?!” Fay benar-benar merasa seperti melihat hantu.Gina Treyvon datang ke Flyod sepagi ini ada urusan apa? Lebih-lebih dia datang ke kamar Fay dengan senampan sarapan. Apa Gina tidak sabar ingin membunuhnya dengan memasukkan sesuatu racun ke dalam makanan yang dia bawa? Fay menjadi paranoid sendiri.Gina meletakkan nampan ke atas nakas dan duduk di pinggir tempat tidur. “Aku dengar kau belum sarapan. Jadi aku menawarkan diri untuk membawakan makanan ke sini. Bubur sangat bagus untuk pencernaan. Kau makanlah.”Fay menatap curiga pada semangkuk bubur yang dibawa Gina.Mereka baru bertemu kemarin. Belum menjadi akrab. Pertemuan itu bahkan terkesan kurang nyaman. Fay wajar curiga dengan kebaikan dan perhatian Gina. Bahkan Callie dan nyonya Besar Goldwin belum mendatangi Fay pagi ini.“Kau tidak memasukkan racun ke dalamnya, kan?” Fay bertanya dengan serius.Gina sedikit terkejut dengan pertanyaan Fay yang sangat terang-terangan. Wajahnya menjadi merah dalam seke
Setelah semua orang pergi, Mike dan Mika mendatangi Fay di kamarnya.“Pergi kalian! Dasar penjilat.” Fay melempari anak-anak dengan bantal. Dia masih kesal dengan ucapan Mika yang ikut menyalahkannya setelah kejadian dengan Gina Treyvon.“Mommy, berhentilah marah-marah. Kami ke sini ingin memberitahumu sesuatu.” Mike memanjat naik ke ranjang dan duduk di pinggirannya.Mika mengikuti kakaknya, tapi lebih memilih duduk di sebelah Fay yang bersandar di kepala ranjang.“Aku tidak tertarik.” Fay menarik selimut hingga kepala lalu memejamkan mata. Tingkahnya seperti anak kecil yang sedang merajuk. Pikirannya masih belum tenang meski sebelum pulang, nyonya Goldwin sempat mengatakan padanya kalau dia mempercayai Fay. Sedangkan Cade tidak mengatakan apa pun. Tapi tentu saja dia akan mendukung pacarnya itu. Teringat lelaki itu membuat Fay makin kesal.Sebenarnya itu belum terlalu jelas. Gina dan Cade telah lama putus. Fay juga tidak melihat kalau mereka sudah berdamai. Cade jelas membuat jara
“Kalau kau memang mengkhawatirkan anak-anak, kenapa kau tidak ikut dengan mereka saja?” ujar Callie saat mereka sudah berada di dalam taksi. “Tidak perlu membuntuti seperti ini.”“Aku harus mengawasi mereka dari kejauhan. Jadi si gadis hantu tidak akan mengira kalau seseorang memperhatikannya bila dia mencoba melakukan sebuah trik lagi. Tuan, bisakah lebih cepat lagi? Ikuti mobil hitam di depan sana!” Fay menepuk sandaran supir menyuruhnya bergegas mengejar.Callie yang duduk di sebelah memutar bola matanya. “Mereka tidak sedang diculik. Kau tidak perlu bertingkah seakan ada sebuah penculikan. Kita bisa menemukan mereka di taman hiburan.”Sang supir melirik lewat kaca spion pada dua penumpang. Terutama gadis di belakangnya yang tadi menyuruh mempercepat laju mobil. Dia sempat merasa bahwa telah terjadi sebuah kejahatan.Fay berpikir sebentar. Seperti baru sadar, dia menarik punggung ke sandaran. “Kau ternyata cukup pintar,” ujarnya seraya menyenggol Callie.Callie tidak mengerti standa
Saat Gina dan Cade masing-masing menghadapi sebuah mesin capit dengan satu anak berdiri di sisi mereka, tak satu pun yang terlihat antusias. Jika dulu Cade terprovokasi dengan penampilan Fay saat bermain, kali ini dia dengan malas menggerakkan tuas pengendali. Bahkan satu tangannya tak sekali pun dikeluarkan dari saku celana. Mike di sebelahnya cemberut saat ayahnya berkali-kali gagal mendapatkan boneka dari dalam sana.Di sisi lain, ketenangan Gina sudah tidak bisa lagi dikendalikan. Kegagalannya setiap kali mencoba meraih boneka dengan pencapit yang bergerak di dalam sana membuatnya menggertakkan gigi berkali-kali. Dan Mika yang beberapa kali menyebut kepandaian Fay dalam memenangkan hadiah membuat gadis itu menggebrak mesin capit di depannya.Brak! Suara itu tidak membuat Mika terkejut. Tapi hal itu membuat Cade dan Mike yang berdiri di sisi lain menoleh. Gina biasanya anggun dan menawan, saat ini penampilannya terlihat menyedihkan. “Cade, karena kau juga tidak berhasil memenangka
“Apa yang sedang kau lakukan?” Cade merasa kepalanya tiba-tiba sakit menyaksikan kekacauan itu.Fay menyerupai hantu putih. Tepung menutupi rambut dan wajahnya. Tadi saat dia mencoba memungut sesuatu dari lantai, tangannya menyenggol wadah berisi tepung hingga jatuh menimpa kepalanya. “Aku sedang menyiapkan sarapan.” Fay menyeka tepung di wajah dan berusaha menyingkirkan yang lainnya dari rambutnya. Penampilannya benar-benar kacau. Tapi dia masih bisa tersenyum.“Kau yakin tidak akan meledakkan dapurnya?” ujar Cade menyindir.Fay perlu waktu beberapa detik untuk mencerna ucapan Cade. Sebuah seringai kecil kemudian muncul di wajahnya.“Jangan khawatir, Tuan Goldwin. Ini memang sedikit kacau. Tapi aku yakin, setelah mencicipi pancake yang aku buat, kau pasti akan melupakan kekacauan ini.”Cade tidak tahu harus mengatakan apa. Gadis ini memiliki penyakit narsis yang parah. Saat itu dua kepala muncul dari balik pintu. Mereka melihat ke dalam dan mengira Fay dan Cade baru saja berkelahi