“Sialan! Bagaimana kau bisa menebaknya dengan mudah?” Callie melempar sebuah bantal ke arah Fay.Fay dengan cekatan menghindar seraya berujar, “Karena orang jatuh cinta terlihat bodoh!”Pernah suatu ketika Fay mendapati Callie yang merajuk di telepon karena Frans yamg terus menunda kepulangannya. Callie memiliki segalanya. Tak ada yang akan membuatnya gembira selain kembalinya Frans.Fay menjadi tidak sabar untuk bertemu lelaki misterius itu. Callie tidak pernah mau menunjukkan foto Frans padanya dan hal itu kerap menjadi sumber pertengkaran kecil di antara mereka.Sementara itu, setelah mendatangi kamar Mika dan hanya menemukan anak-anaknya yang asyik bermain kartu dengan Fay, Cade pergi ke ruang kerjanya. Duduk di kursinya, lelaki itu tidak melakukan apa pun untuk beberapa saat. Keningnya berkerut teringat kejadian tadi siang. Betapa mengejutkannya reaksi gadis itu. Dia bahkan mengancam akan menghabisi Cade bila mengabaikan Mike dan Mika seakan mereka adalah anak-anak yang terlahi
“Tak usah bersusah-payah menjelaskan. Aku rasa dia tahu kalau kemarin aku hanya bercanda. Kau saja yang menganggap serius. Kalau Frans memang mencintaimu sungguh-sungguh, dia akan kembali mela--“ Fay belum sempat menyelesaikan ucapan, mulutnya buru-buru dibekap.“Fay!” Mata Callie penuh peringatan. Semburat merah segera menjalari kedua belah pipinya.Semua orang di sekeliling meja segera tertarik. Semua orang mencoba menebak.Alis halus nyonya Goldwin terangkat. Sebelum dia menggerakkan mulut, Mike telah mendahului bicara.“Bibi, apa Tuan Howard melamarmu?”Mata bulat bening Mika terbelalak. “Apa ini berarti sebentar lagi akan ada upacara pernikahan?”“Anak kecil tidak usah ikut bicara!” Callie kewalahan dengan semua tatapan yang ditujukan padanya. Sekuat tenaga dia menghindari untuk bertentangan pandang dengan mereka.“Pantas begitu heboh.” Senyum nyonya Goldwin terlihat penuh makna.“Ibu—““Tuan Howard sama sekali tidak romantis. Apa pantas dia melamar nona muda Goldwin dengan cara
“Kau terlalu percaya diri, Nak.” Handy Finch menegur Mike. Bocah ini kerap menatapnya dengan rasa tidak suka yang jelas tiap bertemu di kediaman keluarga Barney. Meski tampak lucu dan menggemaskan, Mike dan Mika juga menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi Finch. Dulu dia mengira akan bisa menikahi Fay dan merasa kalau kedua anak ini akan sangat sulit dihadapi.“Apa Tuan muda Finch takut dengan tantangan ini?” Kini Mika yang bicara.“Aku tidak mendengarkan perkataan anak-anak.” Handy Finch menegaskan.“Kurasa kau memang takut, Tuan Finch. Bukankah ini sangat mudah? Kalau kalian bisa masuk ke dalam tanpa diusir, aku akan memberikan seluruh barang yang baru kubeli ini pada kalian.” Kini Fay menjadi bersemangat. Meski yang memberi tantangan adalah Mike, dia percaya nyonya besar Goldwin akan mendukungnya. Bukankah akan menyenangkan melihat pasangan ini dipermalukan di depan orang banyak? Mereka memang pantas mendapatkannya.Tapi ada yang tidak terlalu senang mendengar ucapan bersemangat
“Apa Mommy yakin ingin melihatnya? Tapi kau tidak boleh mengambilnya. Daddy pasti akan marah besar.” Mike mencoba mengingatkan.“Berikan saja nomornya. Aku tahu apa yang kulakukan.” Fay meyakinkan kedua anak itu.Mike melirik Mika. Gadis kecil itu membisikkan sebuah kombinasi angka ke telinga Fay.“Sudah ingat?” ujar Mika sambil mengamati Fay yang terlihat berusaha menghapal.Fay mengangguk dan mengulangi deretan angka yang diberikan Mika.Anak perempuan itu mengacungkan jempol sebagai isyarat bahwa Fay telah mengingatnya dengan benar.“Kalian yakin kalau daddy kalian sedang ada di ruang kerja? Sebaiknya aku melihat ke sana du—““Tidak usah. Daddy ada di ruang kerjanya dan terlihat sangat sibuk. Mungkin dia hanya akan keluar dari sana saat makan malam.” Mika dan Mike berebutan menghalangi langkah Fay yang hendak beranjak memeriksa.Fay mengerutkan kening sesaat. Tapi lalu berkata, “Kalau begitu kalian berjaga-jaga. Beritahu aku kalau ayah kalian ke luar dari ruang kerjanya.”“Baik.” K
Cade tidak terlalu yakin dengan ide yang dibuat Fay. Tapi dia mendengarkan juga. Cukup menyenangkan melihat Fay tidak menunjukkan sikap permusuhannya saat ini.“Apa kau punya kertas?” Fay kembali ke dalam, melihat ke sekeliling ruangan.Cade tidak punya pemikiran apa yang mungkin akan dilakukan Fay.“Di laci bawah.” Cade memberitahu, menunjuk pada meja rendah.Fay segera mendapatkan yang dia inginkan. Dia juga mengambil sebuah pulpen dan mulai menulis dengan huruf-huruf besar.“SOS. Kami terjebak di lantai atas Flyod.”Fay menulis berlembar-lembar.“Apa yang akan kaulakukan pada kertas-kertas itu?” Cade mencoba menebak dan keningnya mengernyit karena sebuah pemikiran absurd. “Kau akan menyebarkannya ke atas jalan di bawah sana?”“Bukankah itu sebuah ide brillian?” Fay terlihat makin bersemangat menuliskan huruf-huruf di atas kertas.Cade menyentuh pelipisnya dan merasa sedikit pusing. Ini sangat konyol. “Lebih dari setengah penduduk Axton tahu kalau yang tinggal di lantai atas Floyd a
“Kenapa tidak bilang kalau kau punya camilan di sini?” Fay merenggut kantong besar dari atas sofa sambil memarahi Cade.Dia melihat ke dalam kantong dan matanya bersinar lebih cerah. Ada keripik, biskuit dan berbagai makanan ringan lain. Ini lebih baik dari pada makan malam yang sesungguhnya. Meski dia harus bekerja sedikit lebih keras untuk menghabiskan semuanya agar cukup kenyang. Yah, makanan ringan memang hanya sedikit memiliki komposisi karbohidrat yang memungkinkan perasaan kenyang.Dengan penuh bahagia, Fay mendekap kantong besar itu layaknya harta karun. Sementara di ujung sofa yang lain, Cade melihat adegan berdurasi beberapa detik itu serta mendengar omelan Fay Tadi dia juga tidak memperhatikan kantong plastik itu. Setahu dia benda itu tidak ada saat dia pulang hari ini. Saat Fay bermaksud mencari tempat yang nyaman untuk menikmati camilannya, dia segera teringat. Berbalik pada Cade, Fay bertanya pada lelaki itu, “Apa kau juga mau? Aku bisa memberimu sedikit.”Biasanya Fa
Cade mengangkat alis mendengar ucapan Fay yang penuh percaya diri.Iya, aku harus mengakui kalau kau terlihat sangat cantik tadi malam. Cade hanya menggumamkan itu di dalam pikirannya.“Kenapa kau tidak memeriksanya?” Cade mengingatkan.“Memeriksa apa?” Fay tampak linglung.Cade mengerutkan kening. Gadis ini, apa sepolos itu?“Semacam bukti bahwa telah terjadi sesuatu di antara kita.”“Bukti apa lagi? Sudah jelas kalau kau memelukku.” Fay bersikeras dengan pendapatnya sendiri.“Itu bukan bukti. Dan jelas-jelas yang memeluk adalah kau.” Cade tidak bisa menerima perkataan Fay yang tidak berdasar. “Aku tidak percaya kalau kau sepolos itu. Kau mungkin pernah membaca atau menonton—““Aku tidak menonton film yang menjijikan.” Fay menyela cepat. Pipinya sedikit memerah. Sejujurnya dia pernah menonton film seperti itu, tapi tanpa sengaja. Callie menjebaknya. Itu sangat—memalukan.“Benarkah?” Cade menatap dengan pandangan menyelidik. Dia sempat menangkap semburat merah itu.“Tentu saja benar.”
Dokter Leight segera dipanggil ke Flyod. Anak-anak sudah menangis sebelum pemeriksaan. Mereka mengkhawatirkan Fay dan Cade sibuk menenangkan keduanya.Saat itu Fay sudah sadar dan mulai mengeluhkan sakit perutnya. Dia sempat mendengar dokter berbicara dengan Cade yang menganjurkan agar Fay dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan yang lebih intensif. “Berikan aku obat saja. Aku tidak mau ke rumah sakit.” Fay berkata lemah. Dalam pikirannya, hanya orang-orang dengan sakit parah yang mendekati kematian yang perlu ke rumah sakit.Ini hanya sakit perut, kan?Sebuah serangan nyeri yang luar biasa datang lagi. Fay menggertakkan giginya menahan sakit. Tidak ingin orang-orang menganggapnya memiliki penyakit yang parah. Tapi dia tidak bisa menahan tubuhnya yang gemetar dan keringat yang merembes ke luar dari pori-porinya.Cade mendekat, menyentuh kening Fay. Panas. Dia melihat kalau Fay sangat kesakitan.Fay tengah memejamkan matanya. Saat sentuhan tangan Cade mendarat di kulitnya, dia entah k
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida