Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Mike dan Mika berlari menghindari kejaran karyawan supermarket. Mereka menyelinap di antara pengunjung mall tanpa menunjukkan wajah ketakutan. Di tangan masing-masing anak berusia lima tahun itu tergenggam sebatang coklat besar. Serombongan orang bergerak berlawanan dengan dua bocah kembar itu. Di depan memimpin seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dengan wajah menawan dan ekspresi yang dingin. Mengikutinya, sekelompok lelaki dengan wajah-wajah tidak tenang.Pada satu titik mereka bertemu. Dua anak menabrak si lelaki pemimpin rombongan lalu bersembunyi di belakang sambil memegang ujung jasnya."Daddy, mereka mengejar kami!" Mike berseru sambil menunjuk dua karyawan supermarket yang muka mereka segera pucat. Si lelaki bukan orang sembarangan. Semua penduduk mengenalnya. Dia adalah Cade Goldwin, pengusaha terkaya di kota Axton.Lelaki itu tidak suka dengan sentuhan asing. Jadi wajahnya mendadak muram ketika dirasakannya tangan-tangan kecil yang memegang ujung jas. Dia menghentikan lan
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida