Share

Mengundurkan Diri

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-10-23 13:53:06
Rania terduduk di lantai tepat di depan pintu unit apartemen. Punggungnya ia sandarkan ke pintu sementara tangannya tergeletak begitu saja di atas lantai.

Rania menangis. Sepeninggal Farel, wanita itu memang tidak mampu mengendalikan dirinya. Air mata yang memang sudah memaksa keluar dari tadi, akhirnya tumpah ruah. Rania terisak, sendiran di sana.

Kenapa harus aku? Lirih Rania.

Rania melirik gelang giok hijau yang masih melekat cantik di pergelangan tangannya. Rania buka gelang itu lalu ia tatap seraya ia elus dengan lembut. Rania menyesal, menyesal sudah mengecewakan sang ibu yang kini berada di desa Lembang. Ia bahkan tidak tahu harus berbuat apa.

Masih dalam keadaan terisak, Rania mengelus perutnya yang masih datar. Terlintas sejenak pikiran buruk di hatinya. Membuang anak itu dan kembali menjalani kehidupan yang normal di kota Jakarta.

Namun tiba-tiba Rania tersadar. Anak itu sama sekali tidak bersalah, jadi ia tidak pantas menerima hukuman seberat itu. Apa lagi sampai dibuang kar
NHOVIE EN

Selamat Siang ... Selamat beraktifitas, KISS ^_^

| 10
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (24)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
bener ran, sudah tepat banget kalo kamu mengundurkan diri, lagi pula kamu nggak ada hak bastian melarang rania untuk resign .. kesel banget dehhh maunya apa coba .. bicarakan baik2 coba sama farel ran, biar nggak salah paham
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
kenapa bas... rania ngga boleh keluar dari tempat kerjamu... toh kamu. bisa cari pengganti yg lebih baik dari rania.. biar kamu bisa lebih menyakiti dia gitu
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
bagusss dan kamu keluar dari kerjaan tapi kesian Farel yaaa dia ngga tau apa2 dan kaku pergi begitu aja tanpa pesan apa2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bastian Datang?

    Perlahan, Rania melepaskan tangannya dari genggaman Farel tanpa menoleh ke arah pria itu. Rania tetap melangkahkan kakinya. Ia seka air matanya yang masih saja tumpah ruah, lalu ia pun segera masuk ke dalam taksi online yang sudah ia pesan.Farel terdiam. Ia tidak ingin memaksakan diri. Ingin rasanya Farel menyusul Rania saat ini juga, namun Farel sadar jika Rania juga butuh privasi. Ia pun membiarkan wanita itu pergi, masuk ke dalam taksi online dan menghilang dari pandangannya.“Sesuai aplikasi, Kak?” tanya sang sopir taksi.“Iya, Mas,” balas Rania.Sang sopir taksi memerhatikan Rania lewat pantulan kaca spion yang ada di atas kepalanya.“Kakaknya menangis?” tanya sang sopir taksi.Rania gelagapan. Segera ia seka air matanya dengan telapak tangan kanannya.Sang sopir taksi meraih kotak tisu yang terletak di atas dashboard mobil. Ia ambil kotak tisu itu lalu ia berikan kepada Rania.“Terima kasih,” ucap Rania.“Seberat apa pun masalah kita, harusnya kita tidak terlalu membuang-buang a

    Last Updated : 2024-10-24
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bertemu Seseorang

    Rania sudah sampai di dalam gerbong salah satu kereta api yang akan membawanya ke stasiun Bandung. Ia dudukkan bokongnya di salah satu bangku dengan nomor yang sama dengan nomor tiket yang ia miliki.Rania menghela napas. Ia tatap kota Jakarta yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Rania sudah memutuskan akan melanjutkan hidupnya di tanah kelahirannya—desa Lembang. Setidaknya, itulah yang Rania tahu. Apakah ada rahasia lain atau tidak, Rania belum mengetahuinya.“Kamu Rania’kan?” tanya seseorang yang kini duduk tepat di hadapan Rania. Seorang wanita berhijab yang memerhatikan Rania sejak mendudukkan bokongnya di kursi.Rania yang tadinya melamun, memutar wajahnya. Ia tatap wanita manis yang ada di hadapannya.“Hana?” tanya Rania dengan sedikit mengernyit. Ia tidak yakin tapi ia berusaha menebak.Sang wanita tersenyum, “Iya, aku Hana. Masa kamu sudah lupa saja? Kita satu SD lo dulunya,” ucap wanita bernama Hana.“Oiya, maaf ... Soalnya sekarang penampilan kamu sudah berbeda. Makanya ak

    Last Updated : 2024-10-25
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Farel Kecewa

    The Lion Hotel Jakarta.Bastian melangkahkan kakinya, masuk ke dalam ruangan pribadinya. Di atas meja, ia lihat ada sebuah buket bunga. Ia ambil buket itu lalu ia baca.Selamat atas proyek barunya, Sayang.Begitulah tulisan yang tertera di kartu ucapan yang terdapat pada buket bunga.Bastian sudah bisa menebak kalau buket bunga itu dari maya—istrinya. Bastian mengambil buket itu, lalu meletakkannya di meja berbeda. Tidak terlihat perasaan senang di hatinya.Tidak lama, bel berbunyi. Bastian meraih remot lalu membuka pintu itu secara otomatis. Pintu terbuka, seorang pria pun melangkah masuk dengan dokumen di tangannya.“Maaf, Pak,” ucap Farel sopan. Ia letakkan dokumen yang ada di tangannya di atas meja.“Duduk!” perintah Bastian.Farel mengangguk. Pria itu pun mendudukkan bokongnya di kursi yang ada di depan Bastian.“Pak, kenapa anda menyuruh saya membawa semua dokumen ini ke sini?” tanya Farel.“Rania mengundurkan diri. Jadi proyek tersebut kamu yang akan ambil alih,” ucap Bastian.“

    Last Updated : 2024-10-26
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Perselingkuhan Maya?

    Kembali Rania mendudukkan bokongnya di atas ranjang. Ia masih saja dilema. Entah sampai kapan ia akan merahasiakan perihal kehamilannya pada sang ibu. Cepat atau lambat, semuanya pasti akan terbongkar.Tiba-tiba saja ponsel Rania berdering. Ada panggilan suara dari Farel. Enggan rasanya Rania mengangkat panggilan suara itu sebab Rania tidak ingin punya urusan apa pun dengan siapa pun di Jakarta.Namun sepertinya Farel tidak pernah putus asa. Ia terus saja menghubungi Rania hingga Rania pun akhirnya mengangkat panggilan suara itu.“Halo,” ucap Rania.“Akhirnya kamu mengangkatnya juga, Ran. Apa kabar?” tanya Farel.“Aku baik, Mas. Mas Farel sendiri gimana?” tanya Rania.“Tidak baik. Seharusnya kamu tidak perlu menanyakan hal itu karena kamu pasti sudah tahu jawabannya,” ucap Farel.“Maaf, Mas,” balas Rania, singkat.“Ran, kenapa kamu mengundurkan diri? Memangnya ada masalah apa antara kamu dan Bastian?” tanya Farel.“Masalah? Nggak, aku nggak ada masalah apa pun sama pak Bastian. Aku ha

    Last Updated : 2024-10-28
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tengah Malam Di Rumah Bastian

    Jarum jam di dinding ruang tamu menunjukkan tepat pukul dua belas malam, dan suasana rumah terasa senyap dan sunyi. Bastian duduk di sofa dengan tatapan kosong, tangan kanannya menggenggam gelas anggur yang isinya hampir habis. Tatapannya tajam, penuh kemarahan, namun tak satu pun emosi itu tercermin di wajah dinginnya. Bastian adalah pria yang tak pernah menunjukkan isi hatinya, bahkan kepada orang-orang terdekatnya sekalipun. Baginya, menjaga wibawa dan harga diri adalah segalanya.Rumah besar yang megah itu terasa sangat sepi meski berada di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Ia mendengar suara pintu utama yang perlahan dibuka, lalu bunyi langkah yang mendekat. Ia tahu betul siapa yang datang. Itu adalah istrinya, Maya. Tanpa izin, tanpa pemberitahuan, wanita itu meninggalkan rumah sejak sore. Dan kini, di tengah malam, ia baru pulang tanpa sedikit pun rasa bersalah.Bastian meletakkan gelas anggurnya di atas meja, lalu bangkit dari sofa. Ia berdiri di dekat jendela, memandang pemandangan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tak Mampu Memejamkan Mata

    Desa Lembang, kediaman Rania.Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Malam ini, Rania memandangi langit-langit kamar di rumah orang tuanya. Suasana tenang khas desa memeluknya dengan kedamaian. Suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk ibu kota Jakarta.Di luar, angin berhembus lembut, menerpa dedaunan pohon jambu yang tumbuh di halaman depan. Suara jangkrik sayup-sayup menemani keheningan malam. Tapi hati Rania tak seirama dengan ketenangan desa ini. Ada badai di dalam dirinya yang bergemuruh tanpa henti.Rania, wanita dua puluh enam tahun yang telah meninggalkan karier cemerlangnya di Jakarta, kini kembali ke desa kelahirannya. Tidak ada yang menyangka, termasuk ibunya sendiri, bahwa keputusan pulang kampung ini adalah karena ia membawa sebuah rahasia besar—ia sedang mengandung. Ia memilih untuk kembali karena yakin tempat ini dapat memberikan ketenangan untuk berpikir jernih, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hatinya semakin galau, terutama saat memikirkan bagaimana na

    Last Updated : 2024-10-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Sebuah Pengakuan

    Hari sudah menjelang pagi ketika Rania terbangun dari tidurnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, mengusap matanya yang masih berat. Meskipun sinar matahari sudah mulai menyinari kamar kecilnya, Rania merasa seolah dunia di sekitarnya tak lebih dari bayangan kelabu. Sudah dua minggu ia kembali ke kampung halaman di Lembang, namun rasanya waktu berlalu dengan lambat. Suara burung berkicau di luar jendela tidak lagi mampu menggugah semangatnya.Di luar, terdengar suara ibunya, Cucu, sedang bersiap-siap di dapur. Aroma nasi yang sedang dimasak menyusup ke hidung Rania, tetapi selera makannya seakan hilang. Rania merasa mual, perutnya bergejolak setiap kali ia mencium aroma makanan. Dengan terpaksa, ia beranjak ke kamar mandi, membiarkan mualnya berlanjut sampai tak tertahankan."Rania, Sayang! Sudah bangun? Sarapan sudah siap!" teriak Cucu dari dapur.Rania tidak menjawab. Ia tahu ibunya sedang khawatir. Sejak kepulangannya, Cucu sudah bertanya berkali-kali mengenai kondisi kesehatannya. Set

    Last Updated : 2024-10-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mengunjungi Apartemen Rania

    Pagi ini, sinar matahari yang lembut menyusup masuk melalui jendela kantor Farel. Sebagai seorang General Manager di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, Farel seharusnya merasakan kebanggaan dan kepuasan. Namun sejak dua minggu terakhir, hidupnya terasa hampa. Kegelisahan terus menghantui dirinya, membayangi setiap pekerjaannya. Hatinya tak tenang, pikirannya melayang-layang pada sosok yang sangat ia rindukan, Rania.Rania dulunya bekerja di bawah naungannya. Sejak awal, Farel melihat dedikasi dan kepribadian Rania yang lembut, membuatnya kagum dan secara perlahan memupuk rasa cinta. Namun, Rania tiba-tiba mengajukan pengunduran diri tanpa alasan yang jelas, dan lebih dari itu, ia pergi tanpa jejak. Farel merasa sangat terpukul, apalagi setelah lamaran cintanya ditolak oleh Rania.Sejak itu, Farel terus mencoba menghubungi Rania. Ia telah mengirim pesan, menelpon berkali-kali, bahkan mengirimkan bunga ke apartemen yang pernah menjadi tempat tinggal Rania. Namun tak satupun pesan

    Last Updated : 2024-10-31

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Melihat Rania Yang Baru

    Dua bulan berlalu, dan kehidupan Rania berubah drastis. Kini ia bukan lagi gadis sederhana yang hidup di Lembang, melainkan seorang wanita anggun yang memancarkan pesona luar biasa. Perubahan itu begitu kentara, dari caranya berbicara hingga kepercayaan diri yang perlahan tumbuh. Namun, selama dua bulan terakhir, Rania memilih menghindar dari dunia luar, termasuk dari Bastian. Ia memutuskan untuk fokus pada dirinya, mempersiapkan diri menjadi sosok yang baru.Hari ini adalah hari besar. Untuk pertama kalinya, Rania akan diperkenalkan kepada keluarga besar dan kolega Boby serta Rita. Sebuah acara istimewa digelar di ballroom mewah salah satu hotel bintang lima di Bandung.Sore itu, ballroom tersebut dipenuhi oleh dekorasi elegan bernuansa emas dan putih. Meja-meja bundar ditata sempurna, dikelilingi tamu undangan dari keluarga besar hingga kolega bisnis Boby. Semua hadir dengan antusias, tak sabar menyaksikan kejutan malam itu.Rania berdiri di balik pintu utama ballroom, mengenakan ga

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Terbuka Pada Rita dan Boby

    Setelah keheningan sejenak yang terasa membebani di pikiran Rania, Rania pun akhirnya membuka suara. Ia pandangi wajah Rita dan Boby bergantian, mencoba meyakinkan hati kalau memang sudah saatnya ia jujur.Pada akhirnya, Rania menghela napas panjang. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menceritakan semuanya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara.“Bastian…” Rania memulai dengan suara yang gemetar. Ia menatap Rita dan Boby bergantian, mencari keberanian di mata mereka yang penuh perhatian. “Dia adalah… ayah kandung Bintang.”Rita yang tadinya tenang kini sedikit terkejut. Matanya membulat, tapi ia tetap menjaga ekspresinya agar tidak membuat Rania merasa terhakimi. Boby pun mengernyit, namun tetap sabar menunggu penjelasan lebih lanjut.“Hubungan kami dulu sangat rumit,” lanjut Rania dengan suara yang mulai bergetar. “Kami sempat berpacaran ketika masih kuliah. Kami sempat punya Impian untuk hi

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membuka Kisah Lama

    Udara malam di taman belakang rumah Boby dan Rita terasa sejuk, dihiasi gemerlap bintang di langit yang cerah. Gemericik air dari kolam kecil di tengah taman memberikan ketenangan tersendiri. Rania duduk di salah satu kursi taman, ditemani secangkir cokelat hangat yang mengepul di tangannya. Boby dan Rita duduk di seberangnya, masing-masing dengan secangkir cokelat dan sepiring brownies di atas meja kecil di antara mereka.Setelah Bintang terlelap, mereka memutuskan ini waktu yang tepat untuk berbincang lebih dalam. Boby membuka percakapan dengan suara lembut namun penuh ketegasan.“Rania,” katanya, menatap putrinya dengan penuh haru, “Ada hal yang selama ini belum sempat kami ceritakan. Kami ingin kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi dulu.”Rania memandang ayah kandungnya dengan ekspresi campur aduk. Ia tahu percakapan ini penting, namun ia tidak menyangka akan langsung membahas masa lalu.“Dulu,” Boby melanjutkan, &l

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kebahagiaan Baru Untuk Bintang

    Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika sebuah mobil SUV hitam berhenti perlahan di depan rumah kecil yang dulunya dihuni oleh Rania di Lembang. Lampu depan mobil itu memancar terang, menerangi halaman yang tampak sunyi. Dari dalam mobil, seorang pria bertubuh tegap dengan wajah yang memancarkan ketegasan turun. Itu adalah Bastian.Langkahnya mantap menuju pintu utama. Tangannya mengetuk dengan sopan, berharap suara ketukan itu akan memanggil seseorang dari dalam. Namun, alih-alih melihat Rania atau Cucu, seorang gadis muda yang tak dikenalnya membuka pintu.“Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” Gadis itu menyapa ramah, menatap Bastian dengan sedikit rasa heran.“Selamat malam,” Bastian menjawab sambil melirik ke dalam rumah yang terlihat berbeda dari yang ia ingat. “Rania dan Bintang ada di rumah?” tanyanya langsung.Gadis itu tersenyum kecil. “Oh, maaf, mbak Rania dan keluarganya sudah pindah ke Band

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Peran Baru

    Setelah hari-hari penuh pertimbangan dan renungan, Rania akhirnya mantap dengan keputusannya. Pagi ini, ia, Bintang, dan Cucu bersiap meninggalkan rumah kecil mereka di Lembang untuk memulai babak baru di Bandung. Udara pagi Lembang terasa sejuk seperti biasa, namun ada rasa haru yang mengiringi kepergian mereka.Mobil SUV putih yang dikemudikan sopir pribadi Rita sudah menunggu di depan rumah. Tidak banyak barang yang mereka bawa, hanya koper kecil berisi pakaian dan beberapa barang penting. Rita sudah menyiapkan segalanya di rumah baru mereka, memastikan Rania dan Bintang tidak perlu repot membawa banyak hal.Mobil pick up milik Rania pun ikut menanti mereka. Mobil itu sudah penuh dengan barang-barang milik Bintang. Mainan baru yang sangat banyak. Tidak hanya dari nenek dan kakeknya, tapi juga dari Bastian. Awalnya Rita meminta agar barang-barang itu ditinggalkan saja, Rita akan belikan yang baru di Bandung. Namun Rania menolak, ia sudah terbiasa hidup sederhana. Jadi Rania tidak ma

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Permintaan Besar Rita

    Pagi ini, langit Lembang tampak gelap, awan-awan kelabu menggantung rendah, seolah siap menumpahkan air kapan saja. Saat mobil SUV putih yang membawa Rita dan Emma mendekati rumah Rania, hujan deras mulai turun, membasahi jalanan dan membuat suhu udara semakin dingin.“Bu, coat ini sudah saya siapkan,” kata Emma sambil menyerahkan coat tebal berwarna krem pada majikannya.“Terima kasih, Emma,” ucap Rita sambil tersenyum. Ia mengenakan coat itu dengan hati-hati. Udara Lembang memang menusuk, tapi semangat Rita untuk bertemu Rania dan Bintang menghangatkannya.Mobil berhenti tepat di depan rumah Rania. Sopir dengan sigap membuka payung besar untuk melindungi Rita dan Emma dari hujan lebat. Mereka berjalan menuju pintu rumah Rania, langkah-langkah mereka tergesa karena derasnya hujan.Cucu yang mendengar suara mobil langsung membuka pintu, menyambut mereka dengan wajah penuh senyum. “Bu Rita, silakan masuk. Maaf, cuaca kurang bersahabat,” ujar Cucu ramah, sambil menyingkirkan beberapa ge

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kecurigaan Yang Mendalam

    Di Bandung, di sebuah kamar mewah yang terletak di lantai dua, Rita duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang berlarian. Matanya memandang jendela kaca besar yang menghadap taman belakang, namun hatinya masih tertuju pada Rania dan Bintang. Ia mencoba memejamkan mata beberapa kali, tetapi bayangan wajah putrinya terus saja muncul di benaknya.“Masih belum bisa tidur?” Suara Boby terdengar lembut dari sisi lain ranjang.Rita menoleh dan menggeleng pelan. “Tidak, Mas. Aku masih tidak percaya semua ini nyata. Rania... Clarissa kita... dia begitu cantik. Perpaduan wajahmu dan wajahku. Aku tidak pernah menyangka dia akan tumbuh menjadi wanita yang begitu jelita.”Boby tersenyum kecil, mendekat dan duduk di samping Rita. “Itu artinya, perjuanganmu selama ini tidak sia-sia, Sayang. Doamu dijawab oleh Tuhan.”“Tapi aku masih rindu, Mas.” Suara Rita mulai bergetar. “Rasanya ingin kembali ke sana sekarang juga, melihat wajahnya, mendengar tawanya. Dan Bintang... oh, Mas, cucu kita begitu mengge

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tidak Bisa Tanpamu

    Malam yang cerah itu menghadirkan suasana hangat di restoran mewah yang berhiaskan lampu-lampu temaram. Meskipun udara Lembang tetap dingin menusuk, kehangatan keluarga yang kini berkumpul membuat malam itu terasa berbeda.Di meja bundar besar, Rania duduk di samping Cucu, sementara Boby dan Rita duduk berseberangan dengan mereka. Di samping Rania, Bintang tampak asyik dengan mainannya, duduk di kursi khusus bayi yang sengaja disiapkan oleh pihak restoran. Meja mereka dipenuhi berbagai hidangan mewah—dari steak daging sapi premium hingga makanan khas Indonesia yang diolah dengan sentuhan elegan.Rita tersenyum hangat sambil memandang Rania, lalu ia membuka percakapan. “Rania, malam ini kami hanya ingin merayakan momen indah ini. Momen di mana keluarga kita akhirnya bisa berkumpul kembali setelah sekian lama terpisah. Rasanya seperti mimpi.”Rania mengangguk pelan, masih berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini. “Terima kasih, Bu... untuk semuanya,” ujarnya dengan nada pela

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Yang Terlalu Banyak

    Di ruang tamu yang sederhana itu, suasana hening kembali menyelimuti setelah momen haru yang baru saja terjadi. Cucu masih duduk menemani Rita dan Boby, sementara Rania memilih masuk ke kamarnya sejenak untuk menenangkan diri.Boby menghela napas panjang, lalu dengan nada rendah penuh rasa hormat, ia membuka percakapan. “Bu Cucu, kami benar-benar berterima kasih atas semua yang Ibu lakukan untuk Clarissa, untuk putri kami. Kalau bukan karena Ibu, saya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Kami sangat bersyukur.”Cucu mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia menunduk, lalu dengan suara lirih berkata, “Saya senang Rania akhirnya menemukan kembali keluarga kandungnya. Tapi...” Ia terdiam sejenak, menahan isak yang mulai menyeruak, “saya takut kehilangan dia dan Bintang.”Kata-kata itu membuat hati Rita dan Boby tersentuh. Rita segera menggenggam tangan Cucu, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Bu Cucu, tolong jangan berpikir seperti

DMCA.com Protection Status