Share

Tak Mampu Memejamkan Mata

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-10-30 09:01:44
Desa Lembang, kediaman Rania.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Malam ini, Rania memandangi langit-langit kamar di rumah orang tuanya. Suasana tenang khas desa memeluknya dengan kedamaian. Suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk ibu kota Jakarta.

Di luar, angin berhembus lembut, menerpa dedaunan pohon jambu yang tumbuh di halaman depan. Suara jangkrik sayup-sayup menemani keheningan malam. Tapi hati Rania tak seirama dengan ketenangan desa ini. Ada badai di dalam dirinya yang bergemuruh tanpa henti.

Rania, wanita dua puluh enam tahun yang telah meninggalkan karier cemerlangnya di Jakarta, kini kembali ke desa kelahirannya. Tidak ada yang menyangka, termasuk ibunya sendiri, bahwa keputusan pulang kampung ini adalah karena ia membawa sebuah rahasia besar—ia sedang mengandung. Ia memilih untuk kembali karena yakin tempat ini dapat memberikan ketenangan untuk berpikir jernih, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hatinya semakin galau, terutama saat memikirkan bagaimana na
NHOVIE EN

Semangat Pagi ^_^

| 12
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (23)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Rania.....kuatkan hatimu,untuk bisa berterus terang pada ibumu... ibumu pasti telah mempunyai insting tentang keadaanmu,hanya saja beliau ingin kau berterus terang
goodnovel comment avatar
Endah Spy
tenang rania, ibumu selalu mendukung keputusanmu ran, aplg yang kamu lakukan itu bukan kehendakmu, itu hanya hari apesmu aja waktu itu .. sekarang tinggal mikirin ke depannya aja ya ran, nggak usah nengok2 lg ke belakang ada ibumu yang selalu bersamamu
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
kecewa... pasti lah yaaa jika ibumu tau nantinya tapi semua nya sudah terjadi mau tidak mau mampu tidak mampu harus dijalani segeralah jujur ran... biar ibumu jg tdk memiliki beban bathin terus... karena pasti nya ibumu jg bertanya2 apa yg terjadi padamu walau sedikit byk dia udh bisa menebak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Sebuah Pengakuan

    Hari sudah menjelang pagi ketika Rania terbangun dari tidurnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, mengusap matanya yang masih berat. Meskipun sinar matahari sudah mulai menyinari kamar kecilnya, Rania merasa seolah dunia di sekitarnya tak lebih dari bayangan kelabu. Sudah dua minggu ia kembali ke kampung halaman di Lembang, namun rasanya waktu berlalu dengan lambat. Suara burung berkicau di luar jendela tidak lagi mampu menggugah semangatnya.Di luar, terdengar suara ibunya, Cucu, sedang bersiap-siap di dapur. Aroma nasi yang sedang dimasak menyusup ke hidung Rania, tetapi selera makannya seakan hilang. Rania merasa mual, perutnya bergejolak setiap kali ia mencium aroma makanan. Dengan terpaksa, ia beranjak ke kamar mandi, membiarkan mualnya berlanjut sampai tak tertahankan."Rania, Sayang! Sudah bangun? Sarapan sudah siap!" teriak Cucu dari dapur.Rania tidak menjawab. Ia tahu ibunya sedang khawatir. Sejak kepulangannya, Cucu sudah bertanya berkali-kali mengenai kondisi kesehatannya. Set

    Last Updated : 2024-10-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mengunjungi Apartemen Rania

    Pagi ini, sinar matahari yang lembut menyusup masuk melalui jendela kantor Farel. Sebagai seorang General Manager di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, Farel seharusnya merasakan kebanggaan dan kepuasan. Namun sejak dua minggu terakhir, hidupnya terasa hampa. Kegelisahan terus menghantui dirinya, membayangi setiap pekerjaannya. Hatinya tak tenang, pikirannya melayang-layang pada sosok yang sangat ia rindukan, Rania.Rania dulunya bekerja di bawah naungannya. Sejak awal, Farel melihat dedikasi dan kepribadian Rania yang lembut, membuatnya kagum dan secara perlahan memupuk rasa cinta. Namun, Rania tiba-tiba mengajukan pengunduran diri tanpa alasan yang jelas, dan lebih dari itu, ia pergi tanpa jejak. Farel merasa sangat terpukul, apalagi setelah lamaran cintanya ditolak oleh Rania.Sejak itu, Farel terus mencoba menghubungi Rania. Ia telah mengirim pesan, menelpon berkali-kali, bahkan mengirimkan bunga ke apartemen yang pernah menjadi tempat tinggal Rania. Namun tak satupun pesan

    Last Updated : 2024-10-31
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Makan Malam Bersama Sonya

    Suasana di salah satu koridor Gedung apartemen itu sesaat menjadi hening. Farel ingin menjawab namun ia kehilangan kata-kata, sebab dalam otaknya saat ini hanya ada satu nama yaitu Rania. Itu sangat menganggu pikirannya.Harusnya saat ini Farel bahagia karena bertemu lagi dengan sahabat lamanya. Seseorang yang dulu begitu berarti baginya. Selalu menjadi teman bercengkrama dan bercerita. Namun sayang, suasananya sekarang berbeda.Sonya memandang Farel sejenak lalu berkata, “Kalau kamu tidak sibuk, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Sudah lama sekali kita tidak ngobrol. Banyak cerita yang belum sempat kita bagi’kan?”Farel terdiam sejenak. Ia ingin menolak karena perasaannya masih kalut setelah pertemuannya dengan Jihan beberapa waktu lalu. Namun, ia merasa segan. Sonya memang selalu menjadi teman baik yang penuh perhatian sejak dulu, dan ia tidak ingin mengecewakannya.“Aku… sebenarnya, aku tidak ingin keluar malam ini,” kata Farel ragu.Sonya tersenyum penuh pengertian. “Tak ap

    Last Updated : 2024-10-31
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Jawaban Menyakitkan Dari Bastian

    Sudah satu bulan berlalu sejak kepergian Rania dari perusahaan milik Bastian. Hotel bintang lima yang dulunya terasa hidup dengan semangat dan dedikasi yang dibawa Rania kini terasa berbeda. Rania bukan hanya seorang manajer pemasaran yang andal, namun juga sosok yang selalu bisa memberikan energi positif di lingkungan kerja. Setelah ia pergi, ada kehampaan yang tak dapat diisi oleh siapa pun.Bastian berjalan menyusuri koridor hotel dengan wajah tanpa ekspresi. Karyawan-karyawan menyapanya dengan hati-hati, menyadari aura dingin yang semakin kuat sejak beberapa bulan terakhir. Keseharian Bastian seolah berjalan dalam autopilot, dipenuhi rutinitas yang tidak membawa kebahagiaan apa pun. Pernikahannya dengan Maya—wanita yang diinginkan orang tuanya—terasa seperti ikatan kosong yang hanya menyisakan kehampaan di hatinya.Pernikahan mereka sudah memasuki bulan kedua, namun kehangatan rumah tangga yang diharapkan Bastian tidak kunjung muncul. Sebenarnya, Bastian tahu bahwa Maya adalah sos

    Last Updated : 2024-11-01
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pergolakan Batin Maya

    Maya melangkah keluar dari ruangan Bastian, mencoba menahan air mata yang hampir pecah. Wajahnya tetap dingin, kaku, dan penuh wibawa saat ia melangkah melewati para karyawan yang sedang beraktivitas di kantor. Sebagai direktris di perusahaan milik suaminya, Maya sudah terbiasa menyembunyikan emosi di balik sikap angkuhnya, menjaga setiap penampilan agar tidak ada yang menyadari betapa rapuh hatinya sesungguhnya. Ia tahu, jika air mata itu jatuh di depan orang lain, ia akan terlihat lemah—sesuatu yang sangat ia hindari.Sebenarnya, Maya punya sisi lemah yang sulit ia kendalikan, terutama ketika menyangkut perasaan dan cinta. Namun, ia menutupi semua itu dengan sikap dingin dan arogan. Jika ada yang menyapanya dengan ramah, ia hanya menjawab dengan gumaman, bahkan sering hanya memberi anggukan kecil tanpa sepatah kata pun. Tak jarang, para karyawan yang berusaha mendekatinya segera mundur teratur, menyadari bahwa Maya bukanlah sosok yang mudah didekati.Setelah be

    Last Updated : 2024-11-02
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membangun Hidup Baru

    Dua bulan lebih sudah berlalu sejak Rania meninggalkan Jakarta, dan perlahan-lahan ia mulai terbiasa menjalani hari-hari di kampung halamannya. Udara segar, pemandangan hijau, dan ketenangan di desa memberikan rasa damai yang sudah lama ia rindukan. Kehidupan di kampung memang tidak sekeras di kota besar. Segala sesuatunya lebih sederhana dan menyenangkan. Waktu terasa bergerak lebih lambat, memberi ruang bagi Rania untuk pulih dari segala tekanan yang telah ia rasakan selama bertahun-tahun di Jakarta.Kehadiran sang ibu yang selalu ada di sisinya juga menjadi penguat. Setiap pagi, ibunya menyiapkan sarapan sederhana untuk mereka berdua, dan setelah itu, mereka akan duduk di teras rumah, menikmati pagi sambil minum teh hangat. Ibunya tidak pernah menanyakan tentang masa lalu Rania atau tentang siapa ayah dari bayi yang kini tumbuh di dalam kandungannya. Baginya, Rania adalah prioritas. Ia hanya ingin Rania bahagia dan melupakan segala kesedihan yang telah ia alami.Usia kandungan Rani

    Last Updated : 2024-11-03
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dibalik Kesepian

    Hari-hari Rania di Lembang terasa penuh warna. Setiap pagi, ia bangun dengan semangat baru, menyusun bunga-bunga segar, merangkai buket yang memancarkan keindahan, dan berinteraksi dengan pelanggan yang ramah. Rutinitas ini menjadi semacam terapi bagi Rania. Perlahan, ia mulai menemukan kedamaian dalam kesederhanaan hidup di desa, dan kenangan tentang Bastian pun mulai memudar seiring berjalannya waktu. Kehidupannya kini tak lagi berpusat pada ambisi dan karir, melainkan pada kehidupan sederhana dan menyenangkan di kampung halaman.“Bu, hari ini aku dapat pesanan buket untuk ulang tahun lagi,” kata Rania sembari melirik ibunya yang sedang membantu merapikan bunga.Ibunya tersenyum lebar. “Syukurlah, Nak. Lihatlah, ini baru awal tapi pelanggan sudah mulai percaya pada rangkaian bungamu.”“Iya, Bu. Aku sangat bersyukur. Ini adalah rezeki si kecil.” Rania mengelus perutnya yang sedikit mulai membuncit.“Iya… Setiap anak itu membawa keberkahan dan rezekinya masing-masing,” jawab sang ibu.

    Last Updated : 2024-11-04
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Di Goda Pria Tua?

    "Sedang apa kalian di sini?" suara Maya terdengar dingin dan tajam. Segerombolan karyawan yang tengah membicarakan sesuatu, menarik perhatian Maya.Para karyawan itu langsung terdiam. Salah satu dari mereka, seorang pria muda yang tampak gugup, menjawab, “Maaf, Bu Maya. Kami hanya berbicara tentang sebuah kasus yang sedang viral di media sosial.”Ya, pria itu memang berbohong. Sebenarnya mereka baru saja membicarakan direktris baru mereka itu. Direktris yang baru beberapa bulan, tepatnya sejak ia menikah dengan CEO Perusahaan itu.Maya menatap mereka penuh kecurigaan, lipatan di dahinya semakin dalam. “Kasus viral?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alis. “Kasus apa?”Si pria, dengan suara yang bergetar, menjawab, “Iya, Bu. Tentang seorang korban penyiraman air keras yang mendapatkan bantuan dana untuk pengobatan. Tapi ternyata, uang itu malah digunakan untuk berfoya-foya.”“Oh,” Maya mendengus. Pandangannya tetap tajam, tapi bibirnya tersenyum sinis. “Orang-orang memang tidak bisa dip

    Last Updated : 2024-11-05

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Melihat Rania Yang Baru

    Dua bulan berlalu, dan kehidupan Rania berubah drastis. Kini ia bukan lagi gadis sederhana yang hidup di Lembang, melainkan seorang wanita anggun yang memancarkan pesona luar biasa. Perubahan itu begitu kentara, dari caranya berbicara hingga kepercayaan diri yang perlahan tumbuh. Namun, selama dua bulan terakhir, Rania memilih menghindar dari dunia luar, termasuk dari Bastian. Ia memutuskan untuk fokus pada dirinya, mempersiapkan diri menjadi sosok yang baru.Hari ini adalah hari besar. Untuk pertama kalinya, Rania akan diperkenalkan kepada keluarga besar dan kolega Boby serta Rita. Sebuah acara istimewa digelar di ballroom mewah salah satu hotel bintang lima di Bandung.Sore itu, ballroom tersebut dipenuhi oleh dekorasi elegan bernuansa emas dan putih. Meja-meja bundar ditata sempurna, dikelilingi tamu undangan dari keluarga besar hingga kolega bisnis Boby. Semua hadir dengan antusias, tak sabar menyaksikan kejutan malam itu.Rania berdiri di balik pintu utama ballroom, mengenakan ga

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Terbuka Pada Rita dan Boby

    Setelah keheningan sejenak yang terasa membebani di pikiran Rania, Rania pun akhirnya membuka suara. Ia pandangi wajah Rita dan Boby bergantian, mencoba meyakinkan hati kalau memang sudah saatnya ia jujur.Pada akhirnya, Rania menghela napas panjang. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menceritakan semuanya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara.“Bastian…” Rania memulai dengan suara yang gemetar. Ia menatap Rita dan Boby bergantian, mencari keberanian di mata mereka yang penuh perhatian. “Dia adalah… ayah kandung Bintang.”Rita yang tadinya tenang kini sedikit terkejut. Matanya membulat, tapi ia tetap menjaga ekspresinya agar tidak membuat Rania merasa terhakimi. Boby pun mengernyit, namun tetap sabar menunggu penjelasan lebih lanjut.“Hubungan kami dulu sangat rumit,” lanjut Rania dengan suara yang mulai bergetar. “Kami sempat berpacaran ketika masih kuliah. Kami sempat punya Impian untuk hi

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membuka Kisah Lama

    Udara malam di taman belakang rumah Boby dan Rita terasa sejuk, dihiasi gemerlap bintang di langit yang cerah. Gemericik air dari kolam kecil di tengah taman memberikan ketenangan tersendiri. Rania duduk di salah satu kursi taman, ditemani secangkir cokelat hangat yang mengepul di tangannya. Boby dan Rita duduk di seberangnya, masing-masing dengan secangkir cokelat dan sepiring brownies di atas meja kecil di antara mereka.Setelah Bintang terlelap, mereka memutuskan ini waktu yang tepat untuk berbincang lebih dalam. Boby membuka percakapan dengan suara lembut namun penuh ketegasan.“Rania,” katanya, menatap putrinya dengan penuh haru, “Ada hal yang selama ini belum sempat kami ceritakan. Kami ingin kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi dulu.”Rania memandang ayah kandungnya dengan ekspresi campur aduk. Ia tahu percakapan ini penting, namun ia tidak menyangka akan langsung membahas masa lalu.“Dulu,” Boby melanjutkan, &l

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kebahagiaan Baru Untuk Bintang

    Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika sebuah mobil SUV hitam berhenti perlahan di depan rumah kecil yang dulunya dihuni oleh Rania di Lembang. Lampu depan mobil itu memancar terang, menerangi halaman yang tampak sunyi. Dari dalam mobil, seorang pria bertubuh tegap dengan wajah yang memancarkan ketegasan turun. Itu adalah Bastian.Langkahnya mantap menuju pintu utama. Tangannya mengetuk dengan sopan, berharap suara ketukan itu akan memanggil seseorang dari dalam. Namun, alih-alih melihat Rania atau Cucu, seorang gadis muda yang tak dikenalnya membuka pintu.“Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” Gadis itu menyapa ramah, menatap Bastian dengan sedikit rasa heran.“Selamat malam,” Bastian menjawab sambil melirik ke dalam rumah yang terlihat berbeda dari yang ia ingat. “Rania dan Bintang ada di rumah?” tanyanya langsung.Gadis itu tersenyum kecil. “Oh, maaf, mbak Rania dan keluarganya sudah pindah ke Band

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Peran Baru

    Setelah hari-hari penuh pertimbangan dan renungan, Rania akhirnya mantap dengan keputusannya. Pagi ini, ia, Bintang, dan Cucu bersiap meninggalkan rumah kecil mereka di Lembang untuk memulai babak baru di Bandung. Udara pagi Lembang terasa sejuk seperti biasa, namun ada rasa haru yang mengiringi kepergian mereka.Mobil SUV putih yang dikemudikan sopir pribadi Rita sudah menunggu di depan rumah. Tidak banyak barang yang mereka bawa, hanya koper kecil berisi pakaian dan beberapa barang penting. Rita sudah menyiapkan segalanya di rumah baru mereka, memastikan Rania dan Bintang tidak perlu repot membawa banyak hal.Mobil pick up milik Rania pun ikut menanti mereka. Mobil itu sudah penuh dengan barang-barang milik Bintang. Mainan baru yang sangat banyak. Tidak hanya dari nenek dan kakeknya, tapi juga dari Bastian. Awalnya Rita meminta agar barang-barang itu ditinggalkan saja, Rita akan belikan yang baru di Bandung. Namun Rania menolak, ia sudah terbiasa hidup sederhana. Jadi Rania tidak ma

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Permintaan Besar Rita

    Pagi ini, langit Lembang tampak gelap, awan-awan kelabu menggantung rendah, seolah siap menumpahkan air kapan saja. Saat mobil SUV putih yang membawa Rita dan Emma mendekati rumah Rania, hujan deras mulai turun, membasahi jalanan dan membuat suhu udara semakin dingin.“Bu, coat ini sudah saya siapkan,” kata Emma sambil menyerahkan coat tebal berwarna krem pada majikannya.“Terima kasih, Emma,” ucap Rita sambil tersenyum. Ia mengenakan coat itu dengan hati-hati. Udara Lembang memang menusuk, tapi semangat Rita untuk bertemu Rania dan Bintang menghangatkannya.Mobil berhenti tepat di depan rumah Rania. Sopir dengan sigap membuka payung besar untuk melindungi Rita dan Emma dari hujan lebat. Mereka berjalan menuju pintu rumah Rania, langkah-langkah mereka tergesa karena derasnya hujan.Cucu yang mendengar suara mobil langsung membuka pintu, menyambut mereka dengan wajah penuh senyum. “Bu Rita, silakan masuk. Maaf, cuaca kurang bersahabat,” ujar Cucu ramah, sambil menyingkirkan beberapa ge

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kecurigaan Yang Mendalam

    Di Bandung, di sebuah kamar mewah yang terletak di lantai dua, Rita duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang berlarian. Matanya memandang jendela kaca besar yang menghadap taman belakang, namun hatinya masih tertuju pada Rania dan Bintang. Ia mencoba memejamkan mata beberapa kali, tetapi bayangan wajah putrinya terus saja muncul di benaknya.“Masih belum bisa tidur?” Suara Boby terdengar lembut dari sisi lain ranjang.Rita menoleh dan menggeleng pelan. “Tidak, Mas. Aku masih tidak percaya semua ini nyata. Rania... Clarissa kita... dia begitu cantik. Perpaduan wajahmu dan wajahku. Aku tidak pernah menyangka dia akan tumbuh menjadi wanita yang begitu jelita.”Boby tersenyum kecil, mendekat dan duduk di samping Rita. “Itu artinya, perjuanganmu selama ini tidak sia-sia, Sayang. Doamu dijawab oleh Tuhan.”“Tapi aku masih rindu, Mas.” Suara Rita mulai bergetar. “Rasanya ingin kembali ke sana sekarang juga, melihat wajahnya, mendengar tawanya. Dan Bintang... oh, Mas, cucu kita begitu mengge

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tidak Bisa Tanpamu

    Malam yang cerah itu menghadirkan suasana hangat di restoran mewah yang berhiaskan lampu-lampu temaram. Meskipun udara Lembang tetap dingin menusuk, kehangatan keluarga yang kini berkumpul membuat malam itu terasa berbeda.Di meja bundar besar, Rania duduk di samping Cucu, sementara Boby dan Rita duduk berseberangan dengan mereka. Di samping Rania, Bintang tampak asyik dengan mainannya, duduk di kursi khusus bayi yang sengaja disiapkan oleh pihak restoran. Meja mereka dipenuhi berbagai hidangan mewah—dari steak daging sapi premium hingga makanan khas Indonesia yang diolah dengan sentuhan elegan.Rita tersenyum hangat sambil memandang Rania, lalu ia membuka percakapan. “Rania, malam ini kami hanya ingin merayakan momen indah ini. Momen di mana keluarga kita akhirnya bisa berkumpul kembali setelah sekian lama terpisah. Rasanya seperti mimpi.”Rania mengangguk pelan, masih berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini. “Terima kasih, Bu... untuk semuanya,” ujarnya dengan nada pela

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Yang Terlalu Banyak

    Di ruang tamu yang sederhana itu, suasana hening kembali menyelimuti setelah momen haru yang baru saja terjadi. Cucu masih duduk menemani Rita dan Boby, sementara Rania memilih masuk ke kamarnya sejenak untuk menenangkan diri.Boby menghela napas panjang, lalu dengan nada rendah penuh rasa hormat, ia membuka percakapan. “Bu Cucu, kami benar-benar berterima kasih atas semua yang Ibu lakukan untuk Clarissa, untuk putri kami. Kalau bukan karena Ibu, saya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Kami sangat bersyukur.”Cucu mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia menunduk, lalu dengan suara lirih berkata, “Saya senang Rania akhirnya menemukan kembali keluarga kandungnya. Tapi...” Ia terdiam sejenak, menahan isak yang mulai menyeruak, “saya takut kehilangan dia dan Bintang.”Kata-kata itu membuat hati Rita dan Boby tersentuh. Rita segera menggenggam tangan Cucu, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Bu Cucu, tolong jangan berpikir seperti

DMCA.com Protection Status