Share

Makan Malam Bersama Sonya

Penulis: NHOVIE EN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 15:24:05

Suasana di salah satu koridor Gedung apartemen itu sesaat menjadi hening. Farel ingin menjawab namun ia kehilangan kata-kata, sebab dalam otaknya saat ini hanya ada satu nama yaitu Rania. Itu sangat menganggu pikirannya.

Harusnya saat ini Farel bahagia karena bertemu lagi dengan sahabat lamanya. Seseorang yang dulu begitu berarti baginya. Selalu menjadi teman bercengkrama dan bercerita. Namun sayang, suasananya sekarang berbeda.

Sonya memandang Farel sejenak lalu berkata, “Kalau kamu tidak sibuk, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Sudah lama sekali kita tidak ngobrol. Banyak cerita yang belum sempat kita bagi’kan?”

Farel terdiam sejenak. Ia ingin menolak karena perasaannya masih kalut setelah pertemuannya dengan Jihan beberapa waktu lalu. Namun, ia merasa segan. Sonya memang selalu menjadi teman baik yang penuh perhatian sejak dulu, dan ia tidak ingin mengecewakannya.

“Aku… sebenarnya, aku tidak ingin keluar malam ini,” kata Farel ragu.

Sonya tersenyum penuh pengertian. “Tak ap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (22)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Perlahan tapi pasti,Farel harus bisa merelakan Rania Sonya ,mungkin saat ini hanya bisa jadi teman curhat bagi Farel,walau hatinya berharap lebih dari sekedar teman.....Sabat ya,Sonya....
goodnovel comment avatar
Endah Spy
iya rel, semoga aja kedamaian hatimu bisa kembali tenang jika bersama sonya. lagian mengharapkan hati rania, belum tentu rania bisa memberikan sepenuhnya untukmu .. sebelum terjatuh lagi mending perlahan menyembuhkan hatimu dulu, sampao bener2 bisa membuka hati untuk yang lain.. semangat farel
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
yaaa bener banget sih kata2 sonya tak semua yg kamu inginkan. harus kamu miliki adakalanya kita harus melepas sesuatu yg kita sangat inginkan...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Jawaban Menyakitkan Dari Bastian

    Sudah satu bulan berlalu sejak kepergian Rania dari perusahaan milik Bastian. Hotel bintang lima yang dulunya terasa hidup dengan semangat dan dedikasi yang dibawa Rania kini terasa berbeda. Rania bukan hanya seorang manajer pemasaran yang andal, namun juga sosok yang selalu bisa memberikan energi positif di lingkungan kerja. Setelah ia pergi, ada kehampaan yang tak dapat diisi oleh siapa pun.Bastian berjalan menyusuri koridor hotel dengan wajah tanpa ekspresi. Karyawan-karyawan menyapanya dengan hati-hati, menyadari aura dingin yang semakin kuat sejak beberapa bulan terakhir. Keseharian Bastian seolah berjalan dalam autopilot, dipenuhi rutinitas yang tidak membawa kebahagiaan apa pun. Pernikahannya dengan Maya—wanita yang diinginkan orang tuanya—terasa seperti ikatan kosong yang hanya menyisakan kehampaan di hatinya.Pernikahan mereka sudah memasuki bulan kedua, namun kehangatan rumah tangga yang diharapkan Bastian tidak kunjung muncul. Sebenarnya, Bastian tahu bahwa Maya adalah sos

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pergolakan Batin Maya

    Maya melangkah keluar dari ruangan Bastian, mencoba menahan air mata yang hampir pecah. Wajahnya tetap dingin, kaku, dan penuh wibawa saat ia melangkah melewati para karyawan yang sedang beraktivitas di kantor. Sebagai direktris di perusahaan milik suaminya, Maya sudah terbiasa menyembunyikan emosi di balik sikap angkuhnya, menjaga setiap penampilan agar tidak ada yang menyadari betapa rapuh hatinya sesungguhnya. Ia tahu, jika air mata itu jatuh di depan orang lain, ia akan terlihat lemah—sesuatu yang sangat ia hindari.Sebenarnya, Maya punya sisi lemah yang sulit ia kendalikan, terutama ketika menyangkut perasaan dan cinta. Namun, ia menutupi semua itu dengan sikap dingin dan arogan. Jika ada yang menyapanya dengan ramah, ia hanya menjawab dengan gumaman, bahkan sering hanya memberi anggukan kecil tanpa sepatah kata pun. Tak jarang, para karyawan yang berusaha mendekatinya segera mundur teratur, menyadari bahwa Maya bukanlah sosok yang mudah didekati.Setelah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membangun Hidup Baru

    Dua bulan lebih sudah berlalu sejak Rania meninggalkan Jakarta, dan perlahan-lahan ia mulai terbiasa menjalani hari-hari di kampung halamannya. Udara segar, pemandangan hijau, dan ketenangan di desa memberikan rasa damai yang sudah lama ia rindukan. Kehidupan di kampung memang tidak sekeras di kota besar. Segala sesuatunya lebih sederhana dan menyenangkan. Waktu terasa bergerak lebih lambat, memberi ruang bagi Rania untuk pulih dari segala tekanan yang telah ia rasakan selama bertahun-tahun di Jakarta.Kehadiran sang ibu yang selalu ada di sisinya juga menjadi penguat. Setiap pagi, ibunya menyiapkan sarapan sederhana untuk mereka berdua, dan setelah itu, mereka akan duduk di teras rumah, menikmati pagi sambil minum teh hangat. Ibunya tidak pernah menanyakan tentang masa lalu Rania atau tentang siapa ayah dari bayi yang kini tumbuh di dalam kandungannya. Baginya, Rania adalah prioritas. Ia hanya ingin Rania bahagia dan melupakan segala kesedihan yang telah ia alami.Usia kandungan Rani

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dibalik Kesepian

    Hari-hari Rania di Lembang terasa penuh warna. Setiap pagi, ia bangun dengan semangat baru, menyusun bunga-bunga segar, merangkai buket yang memancarkan keindahan, dan berinteraksi dengan pelanggan yang ramah. Rutinitas ini menjadi semacam terapi bagi Rania. Perlahan, ia mulai menemukan kedamaian dalam kesederhanaan hidup di desa, dan kenangan tentang Bastian pun mulai memudar seiring berjalannya waktu. Kehidupannya kini tak lagi berpusat pada ambisi dan karir, melainkan pada kehidupan sederhana dan menyenangkan di kampung halaman.“Bu, hari ini aku dapat pesanan buket untuk ulang tahun lagi,” kata Rania sembari melirik ibunya yang sedang membantu merapikan bunga.Ibunya tersenyum lebar. “Syukurlah, Nak. Lihatlah, ini baru awal tapi pelanggan sudah mulai percaya pada rangkaian bungamu.”“Iya, Bu. Aku sangat bersyukur. Ini adalah rezeki si kecil.” Rania mengelus perutnya yang sedikit mulai membuncit.“Iya… Setiap anak itu membawa keberkahan dan rezekinya masing-masing,” jawab sang ibu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Di Goda Pria Tua?

    "Sedang apa kalian di sini?" suara Maya terdengar dingin dan tajam. Segerombolan karyawan yang tengah membicarakan sesuatu, menarik perhatian Maya.Para karyawan itu langsung terdiam. Salah satu dari mereka, seorang pria muda yang tampak gugup, menjawab, “Maaf, Bu Maya. Kami hanya berbicara tentang sebuah kasus yang sedang viral di media sosial.”Ya, pria itu memang berbohong. Sebenarnya mereka baru saja membicarakan direktris baru mereka itu. Direktris yang baru beberapa bulan, tepatnya sejak ia menikah dengan CEO Perusahaan itu.Maya menatap mereka penuh kecurigaan, lipatan di dahinya semakin dalam. “Kasus viral?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alis. “Kasus apa?”Si pria, dengan suara yang bergetar, menjawab, “Iya, Bu. Tentang seorang korban penyiraman air keras yang mendapatkan bantuan dana untuk pengobatan. Tapi ternyata, uang itu malah digunakan untuk berfoya-foya.”“Oh,” Maya mendengus. Pandangannya tetap tajam, tapi bibirnya tersenyum sinis. “Orang-orang memang tidak bisa dip

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Luka Dalam Keheningan Malam

    Malam di Jakarta terasa dingin meski suhu di luar masih hangat. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu, dan Bastian masih terduduk di ruang tamu dengan pandangan kosong. Di tangan kirinya, ia memegang ponsel yang beberapa kali diangkat lalu diturunkan kembali tanpa menekan tombol panggil. Ia resah, tetapi enggan menunjukkan bahwa ia khawatir.“Sudah larut malam. Maya belum juga pulang,” gumamnya pelan. Biasanya, ia tak ambil pusing dengan kebiasaan Maya yang kerap pulang lewat tengah malam. Namun malam ini berbeda. Tanpa alasan jelas, ada rasa khawatir yang mengusik pikirannya.Di sisi lain kota, di sebuah klub malam, Maya tengah menikmati alunan musik yang menggelegar. Gelas anggur di tangannya sudah berkali-kali diisi ulang. Wajahnya tampak memerah, dan tawanya lepas seakan segala kekhawatiran sirna bersama irama musik yang menghentak. Malam seperti ini adalah cara Maya melarikan diri dari kenyataan pahit pernikahannya yang dingin dan tak bernyawa.“Cheers, girls!” serunya, sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kenangan Di Atas Rooftop

    Di meja makan, Maya mengangkat wajahnya dengan lemah, menatap Bastian yang masih terdiam memandang kopi hitam di hadapannya.“Tidur di kamar lain lagi?” tanya Maya dingin, bibirnya tertekuk, mengisyaratkan keletihan yang tak sepenuhnya karena mabuk.Bastian menatapnya singkat, lalu menghela napas. “Kau mabuk tadi malam, Maya. Aku pikir sebaiknya kita beri ruang untuk diri masing-masing.”Maya tertawa sinis. “Kau selalu memikirkan ruang dan jarak, Bastian. Mungkin karena jarak itu terlalu nyaman untukmu?”“Kau tahu, aku memang bukan pria yang mudah mengungkapkan perasaan. Tapi ini bukan soal nyaman atau tidak, Maya.” Bastian terdiam sejenak, matanya menerawang seolah ingin menyampaikan sesuatu namun ditahannya. “Aku hanya ingin kau… berhati-hati.”Maya mendesah keras, menutup matanya. “Berhati-hati? Sungguh itu yang bisa kau katakan setelah satu malam penuh ketidakpedulianmu?” Suaranya sedikit pecah, namun ia berusaha menutupinya dengan menyandarkan tubuhnya di kursi, terlihat seakan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bertemu Rania

    Siang itu, matahari sudah tidak seterik biasanya. Udara di Jakarta terasa hangat, namun perlahan mereda. Farel sedang menyusuri jalan kota saat sebuah pesan singkat masuk di ponselnya. Pesan itu datang dari seorang kenalan yang memberitahunya bahwa Rania baru saja terlihat di sebuah toko grosir bunga sintesis. Farel tertegun sejenak, mencoba memastikan informasi yang baru saja ia terima.Tanpa berpikir dua kali, Farel segera melajukan mobilnya menuju toko tersebut. Ketika tiba, ia memarkirkan mobil dengan cepat dan langsung memasuki toko. Suasana toko yang dipenuhi aroma bunga sintesis bercampur dengan bau kertas dan plastik menambah kesan tenang, meskipun perasaan Farel sedang bergolak. Matanya menyapu setiap sudut, mencari sosok yang sudah lama ia rindukan.Dan di sana, di sudut toko, ia melihat Rania. Mengenakan dress panjang berwarna pastel yang longgar, rambutnya tergerai dan teratur. Ia tampak begitu anggun, bahkan di tengah kesederhanaan.“Rania…” panggil Farel dengan nada seten

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Berpisah

    “Selamat pagi, Bintang…” Dengan senyum merekah, Nora dan Prakas datang dengan sebuah buket bunga berukuran besar. Mereka sengaja memesan buket khusus untuk cucu mereka yang kini kondisinya sudah jauh lebih baik.“Terima kasih, Oma,” balas Bintang.“Bintang sekarang sudah segar ya, sudah ganteng. Hari ini, kita akan pulang ke rumah. Tapi oma sedih deh, karena nggak akan bisa bebas lagi bertemu dengan Bintang.” Nora sedikit cemberut. Namun manyun itu malah membuat Bintang tertawa.“Siapa bilang jeng Nora dan mas Prakas tidak bisa bebas datang ke rumah. Kalian bisa datang kapan pun untuk bertemu dengan Bintang. Selama di rumah sakit, kami sadar kalau ikatan darah tidak dapat dipisahkan begitu saja,” ucap Rita.“Iya, Tante. Tante dan om boleh kok datang kapan saja dan bertemu dengan Bintang.” Rania menggenggam lembut tangan kanan Nora.Nora tersenyum lembut. Ia belai pipi Rania sekali, lalu ia pun kembali mengalihkan pandangan ke arah Bintang. “Terima kasih, Rania. Kamu memang sangat baik

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Patah Hati

    Setelah beberapa jam berada di ruang observasi pascaoperasi, Bastian dan Bintang akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap. Mereka ditempatkan di satu ruangan yang sama, kamar VVIP terbaik di rumah sakit itu, yang telah disiapkan sebelumnya oleh keluarga mereka. Meski keduanya sudah sadar, kondisi mereka masih sangat lemah. Namun, Bastian terlihat lebih baik dibandingkan dengan Bintang yang masih tampak pucat dan lemah.Rania duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecil putranya dengan lembut. Matanya berkaca-kaca melihat kondisi anaknya yang masih begitu rapuh. Sesekali, ia mengusap rambut Bintang dengan penuh kasih sayang. Di tempat tidur sebelah, Bastian menatap ke arah mereka dengan senyum tipis. Meski tubuhnya masih terasa nyeri akibat operasi, hatinya terasa lebih ringan karena telah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan putranya.“Bagaimana perasaanmu?” tanya Rania lirih, suaranya penuh perhatian.Bastian mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja. Jangan khaw

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Operasi pun Dimulai

    “Hasilnya..." dokter berhenti sejenak, melihat ekspresi cemas mereka. Semua orang yang ada di ruangan itu menahan napas, menunggu kelanjutan dari kalimat dokter."Bastian cocok menjadi donor untuk Bintang."Ruangan itu seketika dipenuhi helaan napas lega. Rania menutup wajahnya dengan tangan, menangis tanpa suara. Bastian mengangguk mantap, matanya berkaca-kaca. Namun, dokter belum selesai. "Namun, ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan lebih lanjut. Operasi ini harus dilakukan secepat mungkin."Rania menghapus air matanya dengan cepat. "Secepat mungkin? Seberapa cepat, Dok?""Idealnya, dalam 24 jam ke depan. Kondisi Bintang semakin melemah. Jika kita menunda lebih lama, risiko kegagalan akan semakin besar. Kami akan segera menyiapkan jadwal operasi dan memastikan semua persiapan berjalan lancar."Bastian langsung mengangguk. "Saya siap, Dok. Kapan pun operasi akan dilakukan, saya siap."Dokter tersenyum tipis. "Baik. Kami akan segera mempersiapkan ruang operasi dan tim bedah. Un

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hasil Pemeriksaan Bastian

    Di dalam ruangan dokter, suasana terasa begitu tegang. Rania menggenggam jemarinya sendiri, sementara Bastian duduk dengan wajah serius menatap dokter ahli yang akan menangani transplantasi hati Bintang."Sebelum kita melanjutkan ke tahap pemeriksaan, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu risiko yang mungkin terjadi dalam operasi ini," ujar dokter dengan nada hati-hati.Bastian mengangguk mantap. "Tolong jelaskan, Dok. Saya ingin tahu semua risikonya."Dokter menarik napas sejenak sebelum mulai berbicara. "Pertama, operasi transplantasi hati merupakan prosedur besar yang memiliki risiko komplikasi. Bagi pasien penerima, dalam hal ini Bintang, ada kemungkinan tubuhnya menolak organ baru meskipun sudah cocok secara medis. Jika ini terjadi, kita harus segera mengambil langkah medis tambahan untuk mengatasinya."Rania menelan ludah, hatinya semakin gelisah. "Lalu bagaimana dengan risiko untuk pendonor? Maksud saya... untuk Bastian?"Dokter menatap keduanya dengan tenang. "Sebagai pendono

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Berat

    Ruangan rumah sakit dipenuhi keheningan yang mencekam. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang ketika pintu kamar terbuka dan seorang dokter spesialis masuk dengan raut wajah serius. Semua mata langsung tertuju padanya.Dokter itu berjalan mendekati ranjang tempat Bintang terbaring lemah. Ia memeriksa kondisi bocah itu dengan seksama, mencatat beberapa hal di berkasnya sebelum akhirnya menatap seluruh keluarga yang berkumpul di dalam ruangan.“Saya ingin membicarakan hasil pemeriksaan terbaru Bintang,” kata dokter dengan suara tenang namun tegas.Rania menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin. Hatinya berdebar kencang. Begitu pula dengan Rita, Boby, Nora, Prakas, dan tentu saja Bastian yang berdiri dengan wajah tegang di sudut ruangan.Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, “Hasil menunjukkan bahwa Bintang mengalami gagal hati akut. Kondisinya cukup serius, dan kami harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya.”Ruangan kembali sunyi. Pernyataan itu seperti petir di sia

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Berbeda

    Pagi itu, udara rumah sakit masih terasa dingin. Rita dan Boby tiba lebih awal dari biasanya, membawa sekantong penuh buah segar dan makanan untuk Rania. Keduanya berjalan menuju kamar tempat Bintang dirawat dengan hati yang dipenuhi kecemasan.Saat mereka masuk, mata mereka langsung tertuju pada sosok Bastian yang tertidur di sofa dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Tubuhnya sedikit membungkuk, kepalanya bertumpu pada lengannya, dan nafasnya terdengar teratur namun lelah. Selimut tipis yang diberikan perawat tadi malam masih membungkus tubuhnya.Rania yang sedang duduk di tepi tempat tidur Bintang, menoleh dan tersenyum lemah melihat kedua orang tuanya.“Dia tidak tidur semalaman,” bisik Rania, sebelum mereka sempat bertanya.Rita menghela napas panjang. Meski dalam hatinya masih ada sedikit ganjalan terhadap Bastian, ia tidak bisa menyangkal bahwa lelaki itu benar-benar peduli terhadap anaknya.“Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Boby, suaranya lirih.Rania menatap buah hatinya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bersama-sama Menjaga Bintang

    Satria berdiri di sudut ruangan, memperhatikan bagaimana Bastian duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecilnya dengan penuh kepedulian. Ada sesuatu dalam tatapan Bastian—ketulusan, ketakutan, sekaligus rasa tanggung jawab yang begitu besar. Hal yang selama ini Satria ingin berikan untuk Rania dan Bintang, namun nyatanya, dia hanya orang luar dalam kisah ini.Ia menghela napas panjang. Melawan perasaannya sendiri, ia akhirnya memilih untuk mundur. Untuk saat ini, Bintang memang membutuhkan orang tua kandungnya. Tidak ada ruang untuknya di sini. Dengan langkah pelan, ia mendekati Rita dan Boby yang masih berdiri di dekat pintu.“Tante, Om... Aku pamit dulu,” katanya dengan suara rendah.Rita menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian. “Terima kasih sudah datang, Satria. Kami sangat menghargainya.”Satria tersenyum tipis. “Tidak masalah, Tante. Jika ada yang bisa aku bantu, aku selalu siap.”Boby menepuk pundaknya dengan ringan, tanda penghormatan dan terima kasih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Butuh Transplantasi?

    Suasana di rumah sakit masih dipenuhi kecemasan. Setelah diputuskan untuk dirawat inap, Bintang kini berada di kamar VVIP dengan perawatan terbaik. Monitor di samping tempat tidurnya terus berbunyi pelan, menampilkan angka-angka yang mengukur kondisi tubuhnya. Rania tak bergeming dari sisi putranya, menggenggam tangan mungil itu dengan erat. Di wajahnya tergambar kelelahan, namun ia tak ingin pergi barang sejenak pun.Di ruang tunggu rumah sakit, Prakas dan Nora berdiri dengan gelisah. Sesekali, Prakas melirik jam tangannya, menanti kedatangan Bastian yang sudah dalam perjalanan dari Singapura. Nora memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan diri meski hatinya terus bergetar memikirkan cucunya.Tak lama, langkah cepat terdengar dari arah pintu masuk. Bastian muncul dengan wajah yang penuh kecemasan, masih mengenakan pakaian dari penerbangannya yang terburu-buru. Matanya langsung mencari kedua orang tuanya. Begitu melihat mereka, ia berjalan cepat dan langsung bertanya,“Mami, Papi!

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diagnosa Yang Mengejutkan

    Di lorong rumah sakit yang terasa begitu dingin, Nora dan Prakas berjalan mendekati Rita dan Boby. Ekspresi wajah mereka menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sebagai orang tua Bastian, mereka memang harus menjaga jarak agar tidak terlalu mencolok. Namun, saat ini, hati mereka benar-benar tak tenang melihat kondisi Bintang yang terbaring lemah di ruang IGD.“Rita... Boby...” suara Nora bergetar saat berbicara, matanya yang mulai berkaca-kaca menatap penuh simpati. “Kami sangat prihatin dengan kondisi Bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?”Boby menarik napas panjang, seolah berusaha menahan emosinya yang sudah meluap-luap sejak tadi. Sementara itu, Rita hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir. “Kami masih menunggu hasil lab,” ucapnya dengan suara lirih. “Dokter masih melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.”Prakas menatap Rita dan Boby dengan penuh empati. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Bintang bukan hanya cucu mereka, tetapi juga cucu kandungnya s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status