Share

Perselingkuhan Maya?

Penulis: NHOVIE EN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 16:51:49

Kembali Rania mendudukkan bokongnya di atas ranjang. Ia masih saja dilema. Entah sampai kapan ia akan merahasiakan perihal kehamilannya pada sang ibu. Cepat atau lambat, semuanya pasti akan terbongkar.

Tiba-tiba saja ponsel Rania berdering. Ada panggilan suara dari Farel. Enggan rasanya Rania mengangkat panggilan suara itu sebab Rania tidak ingin punya urusan apa pun dengan siapa pun di Jakarta.

Namun sepertinya Farel tidak pernah putus asa. Ia terus saja menghubungi Rania hingga Rania pun akhirnya mengangkat panggilan suara itu.

“Halo,” ucap Rania.

“Akhirnya kamu mengangkatnya juga, Ran. Apa kabar?” tanya Farel.

“Aku baik, Mas. Mas Farel sendiri gimana?” tanya Rania.

“Tidak baik. Seharusnya kamu tidak perlu menanyakan hal itu karena kamu pasti sudah tahu jawabannya,” ucap Farel.

“Maaf, Mas,” balas Rania, singkat.

“Ran, kenapa kamu mengundurkan diri? Memangnya ada masalah apa antara kamu dan Bastian?” tanya Farel.

“Masalah? Nggak, aku nggak ada masalah apa pun sama pak Bastian. Aku ha
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (24)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
mampus Bastian, laki" lucknut dapat bini tong sampah, Rania jangan kasih tau Bastian kalau kamu hamil, pergi aja yang jauh dan temukan kebahagiaan mu di tempat lain
goodnovel comment avatar
Endah Spy
eneg banget ihh ke maya, ya ampun kamu tuh dah nikah may, sadar ihh .. malah bercmbu dengan pria lain .. bastian2 lihat noh binimu, dah kaya j4lang kurang belaian .. jijay banget dehhh
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
duhhh Farel... jangan menyerah dong.. tetep cri rania.. tetep kejar cintamu... kalo jodoh tak akan kemana bukan...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tengah Malam Di Rumah Bastian

    Jarum jam di dinding ruang tamu menunjukkan tepat pukul dua belas malam, dan suasana rumah terasa senyap dan sunyi. Bastian duduk di sofa dengan tatapan kosong, tangan kanannya menggenggam gelas anggur yang isinya hampir habis. Tatapannya tajam, penuh kemarahan, namun tak satu pun emosi itu tercermin di wajah dinginnya. Bastian adalah pria yang tak pernah menunjukkan isi hatinya, bahkan kepada orang-orang terdekatnya sekalipun. Baginya, menjaga wibawa dan harga diri adalah segalanya.Rumah besar yang megah itu terasa sangat sepi meski berada di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Ia mendengar suara pintu utama yang perlahan dibuka, lalu bunyi langkah yang mendekat. Ia tahu betul siapa yang datang. Itu adalah istrinya, Maya. Tanpa izin, tanpa pemberitahuan, wanita itu meninggalkan rumah sejak sore. Dan kini, di tengah malam, ia baru pulang tanpa sedikit pun rasa bersalah.Bastian meletakkan gelas anggurnya di atas meja, lalu bangkit dari sofa. Ia berdiri di dekat jendela, memandang pemandangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tak Mampu Memejamkan Mata

    Desa Lembang, kediaman Rania.Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Malam ini, Rania memandangi langit-langit kamar di rumah orang tuanya. Suasana tenang khas desa memeluknya dengan kedamaian. Suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk ibu kota Jakarta.Di luar, angin berhembus lembut, menerpa dedaunan pohon jambu yang tumbuh di halaman depan. Suara jangkrik sayup-sayup menemani keheningan malam. Tapi hati Rania tak seirama dengan ketenangan desa ini. Ada badai di dalam dirinya yang bergemuruh tanpa henti.Rania, wanita dua puluh enam tahun yang telah meninggalkan karier cemerlangnya di Jakarta, kini kembali ke desa kelahirannya. Tidak ada yang menyangka, termasuk ibunya sendiri, bahwa keputusan pulang kampung ini adalah karena ia membawa sebuah rahasia besar—ia sedang mengandung. Ia memilih untuk kembali karena yakin tempat ini dapat memberikan ketenangan untuk berpikir jernih, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Hatinya semakin galau, terutama saat memikirkan bagaimana na

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Sebuah Pengakuan

    Hari sudah menjelang pagi ketika Rania terbangun dari tidurnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, mengusap matanya yang masih berat. Meskipun sinar matahari sudah mulai menyinari kamar kecilnya, Rania merasa seolah dunia di sekitarnya tak lebih dari bayangan kelabu. Sudah dua minggu ia kembali ke kampung halaman di Lembang, namun rasanya waktu berlalu dengan lambat. Suara burung berkicau di luar jendela tidak lagi mampu menggugah semangatnya.Di luar, terdengar suara ibunya, Cucu, sedang bersiap-siap di dapur. Aroma nasi yang sedang dimasak menyusup ke hidung Rania, tetapi selera makannya seakan hilang. Rania merasa mual, perutnya bergejolak setiap kali ia mencium aroma makanan. Dengan terpaksa, ia beranjak ke kamar mandi, membiarkan mualnya berlanjut sampai tak tertahankan."Rania, Sayang! Sudah bangun? Sarapan sudah siap!" teriak Cucu dari dapur.Rania tidak menjawab. Ia tahu ibunya sedang khawatir. Sejak kepulangannya, Cucu sudah bertanya berkali-kali mengenai kondisi kesehatannya. Set

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mengunjungi Apartemen Rania

    Pagi ini, sinar matahari yang lembut menyusup masuk melalui jendela kantor Farel. Sebagai seorang General Manager di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, Farel seharusnya merasakan kebanggaan dan kepuasan. Namun sejak dua minggu terakhir, hidupnya terasa hampa. Kegelisahan terus menghantui dirinya, membayangi setiap pekerjaannya. Hatinya tak tenang, pikirannya melayang-layang pada sosok yang sangat ia rindukan, Rania.Rania dulunya bekerja di bawah naungannya. Sejak awal, Farel melihat dedikasi dan kepribadian Rania yang lembut, membuatnya kagum dan secara perlahan memupuk rasa cinta. Namun, Rania tiba-tiba mengajukan pengunduran diri tanpa alasan yang jelas, dan lebih dari itu, ia pergi tanpa jejak. Farel merasa sangat terpukul, apalagi setelah lamaran cintanya ditolak oleh Rania.Sejak itu, Farel terus mencoba menghubungi Rania. Ia telah mengirim pesan, menelpon berkali-kali, bahkan mengirimkan bunga ke apartemen yang pernah menjadi tempat tinggal Rania. Namun tak satupun pesan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Makan Malam Bersama Sonya

    Suasana di salah satu koridor Gedung apartemen itu sesaat menjadi hening. Farel ingin menjawab namun ia kehilangan kata-kata, sebab dalam otaknya saat ini hanya ada satu nama yaitu Rania. Itu sangat menganggu pikirannya.Harusnya saat ini Farel bahagia karena bertemu lagi dengan sahabat lamanya. Seseorang yang dulu begitu berarti baginya. Selalu menjadi teman bercengkrama dan bercerita. Namun sayang, suasananya sekarang berbeda.Sonya memandang Farel sejenak lalu berkata, “Kalau kamu tidak sibuk, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Sudah lama sekali kita tidak ngobrol. Banyak cerita yang belum sempat kita bagi’kan?”Farel terdiam sejenak. Ia ingin menolak karena perasaannya masih kalut setelah pertemuannya dengan Jihan beberapa waktu lalu. Namun, ia merasa segan. Sonya memang selalu menjadi teman baik yang penuh perhatian sejak dulu, dan ia tidak ingin mengecewakannya.“Aku… sebenarnya, aku tidak ingin keluar malam ini,” kata Farel ragu.Sonya tersenyum penuh pengertian. “Tak ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Jawaban Menyakitkan Dari Bastian

    Sudah satu bulan berlalu sejak kepergian Rania dari perusahaan milik Bastian. Hotel bintang lima yang dulunya terasa hidup dengan semangat dan dedikasi yang dibawa Rania kini terasa berbeda. Rania bukan hanya seorang manajer pemasaran yang andal, namun juga sosok yang selalu bisa memberikan energi positif di lingkungan kerja. Setelah ia pergi, ada kehampaan yang tak dapat diisi oleh siapa pun.Bastian berjalan menyusuri koridor hotel dengan wajah tanpa ekspresi. Karyawan-karyawan menyapanya dengan hati-hati, menyadari aura dingin yang semakin kuat sejak beberapa bulan terakhir. Keseharian Bastian seolah berjalan dalam autopilot, dipenuhi rutinitas yang tidak membawa kebahagiaan apa pun. Pernikahannya dengan Maya—wanita yang diinginkan orang tuanya—terasa seperti ikatan kosong yang hanya menyisakan kehampaan di hatinya.Pernikahan mereka sudah memasuki bulan kedua, namun kehangatan rumah tangga yang diharapkan Bastian tidak kunjung muncul. Sebenarnya, Bastian tahu bahwa Maya adalah sos

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pergolakan Batin Maya

    Maya melangkah keluar dari ruangan Bastian, mencoba menahan air mata yang hampir pecah. Wajahnya tetap dingin, kaku, dan penuh wibawa saat ia melangkah melewati para karyawan yang sedang beraktivitas di kantor. Sebagai direktris di perusahaan milik suaminya, Maya sudah terbiasa menyembunyikan emosi di balik sikap angkuhnya, menjaga setiap penampilan agar tidak ada yang menyadari betapa rapuh hatinya sesungguhnya. Ia tahu, jika air mata itu jatuh di depan orang lain, ia akan terlihat lemah—sesuatu yang sangat ia hindari.Sebenarnya, Maya punya sisi lemah yang sulit ia kendalikan, terutama ketika menyangkut perasaan dan cinta. Namun, ia menutupi semua itu dengan sikap dingin dan arogan. Jika ada yang menyapanya dengan ramah, ia hanya menjawab dengan gumaman, bahkan sering hanya memberi anggukan kecil tanpa sepatah kata pun. Tak jarang, para karyawan yang berusaha mendekatinya segera mundur teratur, menyadari bahwa Maya bukanlah sosok yang mudah didekati.Setelah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membangun Hidup Baru

    Dua bulan lebih sudah berlalu sejak Rania meninggalkan Jakarta, dan perlahan-lahan ia mulai terbiasa menjalani hari-hari di kampung halamannya. Udara segar, pemandangan hijau, dan ketenangan di desa memberikan rasa damai yang sudah lama ia rindukan. Kehidupan di kampung memang tidak sekeras di kota besar. Segala sesuatunya lebih sederhana dan menyenangkan. Waktu terasa bergerak lebih lambat, memberi ruang bagi Rania untuk pulih dari segala tekanan yang telah ia rasakan selama bertahun-tahun di Jakarta.Kehadiran sang ibu yang selalu ada di sisinya juga menjadi penguat. Setiap pagi, ibunya menyiapkan sarapan sederhana untuk mereka berdua, dan setelah itu, mereka akan duduk di teras rumah, menikmati pagi sambil minum teh hangat. Ibunya tidak pernah menanyakan tentang masa lalu Rania atau tentang siapa ayah dari bayi yang kini tumbuh di dalam kandungannya. Baginya, Rania adalah prioritas. Ia hanya ingin Rania bahagia dan melupakan segala kesedihan yang telah ia alami.Usia kandungan Rani

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Berat

    Ruangan rumah sakit dipenuhi keheningan yang mencekam. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang ketika pintu kamar terbuka dan seorang dokter spesialis masuk dengan raut wajah serius. Semua mata langsung tertuju padanya.Dokter itu berjalan mendekati ranjang tempat Bintang terbaring lemah. Ia memeriksa kondisi bocah itu dengan seksama, mencatat beberapa hal di berkasnya sebelum akhirnya menatap seluruh keluarga yang berkumpul di dalam ruangan.“Saya ingin membicarakan hasil pemeriksaan terbaru Bintang,” kata dokter dengan suara tenang namun tegas.Rania menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin. Hatinya berdebar kencang. Begitu pula dengan Rita, Boby, Nora, Prakas, dan tentu saja Bastian yang berdiri dengan wajah tegang di sudut ruangan.Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, “Hasil menunjukkan bahwa Bintang mengalami gagal hati akut. Kondisinya cukup serius, dan kami harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya.”Ruangan kembali sunyi. Pernyataan itu seperti petir di sia

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Suasana Yang Berbeda

    Pagi itu, udara rumah sakit masih terasa dingin. Rita dan Boby tiba lebih awal dari biasanya, membawa sekantong penuh buah segar dan makanan untuk Rania. Keduanya berjalan menuju kamar tempat Bintang dirawat dengan hati yang dipenuhi kecemasan.Saat mereka masuk, mata mereka langsung tertuju pada sosok Bastian yang tertidur di sofa dengan posisi yang terlihat tidak nyaman. Tubuhnya sedikit membungkuk, kepalanya bertumpu pada lengannya, dan nafasnya terdengar teratur namun lelah. Selimut tipis yang diberikan perawat tadi malam masih membungkus tubuhnya.Rania yang sedang duduk di tepi tempat tidur Bintang, menoleh dan tersenyum lemah melihat kedua orang tuanya.“Dia tidak tidur semalaman,” bisik Rania, sebelum mereka sempat bertanya.Rita menghela napas panjang. Meski dalam hatinya masih ada sedikit ganjalan terhadap Bastian, ia tidak bisa menyangkal bahwa lelaki itu benar-benar peduli terhadap anaknya.“Bagaimana keadaan Bintang?” tanya Boby, suaranya lirih.Rania menatap buah hatinya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bersama-sama Menjaga Bintang

    Satria berdiri di sudut ruangan, memperhatikan bagaimana Bastian duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecilnya dengan penuh kepedulian. Ada sesuatu dalam tatapan Bastian—ketulusan, ketakutan, sekaligus rasa tanggung jawab yang begitu besar. Hal yang selama ini Satria ingin berikan untuk Rania dan Bintang, namun nyatanya, dia hanya orang luar dalam kisah ini.Ia menghela napas panjang. Melawan perasaannya sendiri, ia akhirnya memilih untuk mundur. Untuk saat ini, Bintang memang membutuhkan orang tua kandungnya. Tidak ada ruang untuknya di sini. Dengan langkah pelan, ia mendekati Rita dan Boby yang masih berdiri di dekat pintu.“Tante, Om... Aku pamit dulu,” katanya dengan suara rendah.Rita menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian. “Terima kasih sudah datang, Satria. Kami sangat menghargainya.”Satria tersenyum tipis. “Tidak masalah, Tante. Jika ada yang bisa aku bantu, aku selalu siap.”Boby menepuk pundaknya dengan ringan, tanda penghormatan dan terima kasih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Butuh Transplantasi?

    Suasana di rumah sakit masih dipenuhi kecemasan. Setelah diputuskan untuk dirawat inap, Bintang kini berada di kamar VVIP dengan perawatan terbaik. Monitor di samping tempat tidurnya terus berbunyi pelan, menampilkan angka-angka yang mengukur kondisi tubuhnya. Rania tak bergeming dari sisi putranya, menggenggam tangan mungil itu dengan erat. Di wajahnya tergambar kelelahan, namun ia tak ingin pergi barang sejenak pun.Di ruang tunggu rumah sakit, Prakas dan Nora berdiri dengan gelisah. Sesekali, Prakas melirik jam tangannya, menanti kedatangan Bastian yang sudah dalam perjalanan dari Singapura. Nora memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan diri meski hatinya terus bergetar memikirkan cucunya.Tak lama, langkah cepat terdengar dari arah pintu masuk. Bastian muncul dengan wajah yang penuh kecemasan, masih mengenakan pakaian dari penerbangannya yang terburu-buru. Matanya langsung mencari kedua orang tuanya. Begitu melihat mereka, ia berjalan cepat dan langsung bertanya,“Mami, Papi!

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diagnosa Yang Mengejutkan

    Di lorong rumah sakit yang terasa begitu dingin, Nora dan Prakas berjalan mendekati Rita dan Boby. Ekspresi wajah mereka menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sebagai orang tua Bastian, mereka memang harus menjaga jarak agar tidak terlalu mencolok. Namun, saat ini, hati mereka benar-benar tak tenang melihat kondisi Bintang yang terbaring lemah di ruang IGD.“Rita... Boby...” suara Nora bergetar saat berbicara, matanya yang mulai berkaca-kaca menatap penuh simpati. “Kami sangat prihatin dengan kondisi Bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?”Boby menarik napas panjang, seolah berusaha menahan emosinya yang sudah meluap-luap sejak tadi. Sementara itu, Rita hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir. “Kami masih menunggu hasil lab,” ucapnya dengan suara lirih. “Dokter masih melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.”Prakas menatap Rita dan Boby dengan penuh empati. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Bintang bukan hanya cucu mereka, tetapi juga cucu kandungnya s

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bintang Tiba-Tiba Pingsan

    Langit biru cerah menghiasi pagi yang penuh sukacita di rumah Rania. Halaman yang luas telah disulap menjadi arena pesta bertema karakter Tayo, kesukaan Bintang. Balon berwarna biru, kuning, dan merah bergantungan di setiap sudut, sementara panggung kecil dihiasi dengan ilustrasi bus-bus kecil yang tersenyum ceria. Lagu tema Tayo diputar, menciptakan suasana riang di antara anak-anak yang berlarian dengan penuh kegembiraan.“Selamat ulang tahun, Bintang!” teriak para tamu kecil sambil bertepuk tangan. Bintang, dengan baju kaos bergambar Tayo dan celana jeans kecilnya, tertawa senang saat Rania, ibunya, menggendongnya ke atas panggung.Rania menatap putranya dengan penuh kebahagiaan. Setiap detik pertumbuhan Bintang adalah keajaiban baginya. Anak kecil yang ia perjuangkan seorang diri tanpa seorang suami, kini sudah tumbuh besar dan sehat.“Terima kasih sudah datang, semuanya! Hari ini kita merayakan ulang tahun Bintang yang ke-3. Doakan dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan bahagia, y

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Berharga Dari Nora

    Usai acara ulang tahun, Rania berdiri di sudut ruangan, berbincang santai dengan dua rekannya. Sorot matanya lelah, namun senyumnya tetap terjaga untuk menghormati tamu yang hadir. Tiba-tiba, Nora menghampirinya.“Permisi, Rania,” sapa Nora dengan suara pelan namun penuh ketegasan. “Bisa bicara sebentar?”Rania menoleh, sedikit terkejut melihat Nora berdiri di hadapannya. Ia mengangguk pelan. “Tentu, Bu.”Mereka berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi, menjauh dari keramaian. Lampu redup menciptakan bayangan lembut di dinding, menambah kesan intim pada percakapan mereka.“Ada apa?” tanya Rania, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.Nora menarik napas panjang sebelum berbicara. “Rania, aku hanya ingin meminta maaf. Aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tak ingin menunda lebih lama. Aku minta maaf jika dulu aku atau keluarga kami pernah menyakitimu.”Rania terdiam

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendadak Dilamar

    Lampu-lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut di seluruh ruangan mewah hotel bintang lima di pusat kota Bandung. Aroma bunga mawar dan lili memenuhi udara, menciptakan suasana elegan yang memanjakan indera. Para tamu berpakaian formal berdatangan, berjalan di atas karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke aula utama. Suara musik orkestra mengalun lembut, menambah kemewahan pesta ulang tahun Rania yang ke-29.Rania berdiri di tengah aula, mengenakan gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya memancarkan kehangatan, meski hatinya berdebar karena momen yang penuh makna ini. Di sampingnya, Bintang, putranya yang berusia dua tahun, tampak menggemaskan dalam setelan kecil berwarna putih dengan dasi kupu-kupu hitam. Matanya yang jernih menyorotkan keceriaan polos seorang anak kecil.Boby dan Rita—orang tua kandung Rania—berdiri dengan penuh kebanggaan di sisi mereka. Boby mengenakan setelan jas hitam klasik, sementara Rita tampil angg

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Rencana Nora

    Malam itu begitu sunyi di taman belakang rumah megah milik Prakas dan Nora. Lampu-lampu taman yang redup memancarkan cahaya hangat di antara dedaunan yang bergerak pelan tertiup angin malam. Bastian duduk di bangku kayu tua, menatap kosong ke arah kolam kecil yang tenang. Wajahnya tampak lelah, matanya dipenuhi bayang-bayang masa lalu yang sulit dihapus.Tak lama kemudian, Nora datang menghampiri, membawa secangkir kopi panas di tangannya. Ia duduk di samping putranya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya meletakkan kopi di meja kecil di depan mereka. Keheningan menyelimuti sejenak sebelum Nora akhirnya membuka suara dengan lembut.“Kopi hangat selalu bisa menenangkan pikiran yang kacau,” katanya, mencoba mencairkan suasana.Bastian menghela napas, menundukkan kepala. “Terima kasih, Mami,” jawabnya pelan tanpa menyentuh kopi itu.Nora menatap putranya dengan penuh kasih. “Bastian, sudah berapa lama kamu duduk di sini, merenung tanpa arah? Apa kamu pikir dengan begitu semua masalah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status