Share

Bab 70

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dokter Rizki tertawa kecil memandang wajah Eliza yang begitu sangat menggemaskan.

"Gimana mau diantarkan atau cari sendiri?" Pria manis itu memberikan pilihan.

Eliza terdiam sambil mikir. Kalau cari sendiri, sudah pasti gak akan ketemu sampai jam istirahat selesai. Apalagi kampus ini sangat besar.

"Bapak antarkan," jawab Eliza dengan tersenyum nyengir.

"Ayo," ajak Rizki.

"Bapak jalan duluan, Liza bakal ikuti dari belakang." Agar tidak mencolok dan tidak menjadi bahan obrolan mahasiswa, Eliza memilih untuk mengikuti Rizki dari belakang dengan jarak yang tidak begitu dekat.

Rizky menganggukkan kepalanya dan kemudian berjalan lebih dulu.

Eliza terus saja mengikuti, ketika Rizki masuk ke dalam lift, ia berlari dan ikut masuk.

Begitu sampai di lantai 3, pintu lift terbuka. Rizky tetep tidak berbicara dan jalan lebih dulu. Langkah kaki pria itu berhenti ketika sudah berada di depan pintu yang tertutup rapat.

"Ini ruangannya," kata Rizki sambil membuka pintu.

"Oh ini," jawab Eliza yang ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Uthe Susilawati
ya enga jelas habisnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 71

    Sandy merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri. Semakin lama sikap Mirna semakin berubah. Wanita itu tidak semanis dulu ketika berbicara. "Sayang aku ingin kopi." Sandy meminta istrinya untuk membuatkan secangkir kopi. "Apa mas nggak bisa buat kopi sendiri?" Mirna yang sedang asik dengan ponselnya merasa kesal karena Sandy sudah menggangu waktu santainya. "Kamu itu istri aku," kata Sandi dengan nada tinggi. "Aku tahu aku istri kamu mas, tapi aku capek apa kamu nggak tahu aku itu kerja." Mirna berkata sambil menepuk-nepuk dadanya. Sedangkan matanya memandang kearah Sandy dengan marah."Jika kamu tidak sanggup bekerja berhenti saja," sergah Sandy. Masalah pekerjaan Mirna selalu menjadi permasalahan dalam rumah tangganya. Karena itu dia menyarankan agar Mirna berhenti dari pekerjaan. Ketika bersama dengan Eliza, Sandy berharap istrinya bekerja dan bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan uang gajian akan disimpan di rekening dan sebagian akan diberik

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 72

    Eliza masih berdiri depan pintu dengan wajah bengong."Setelah kamu mendapatkan barang yang kamu inginkan, kamu mengusir saya?" Tanya Nathan dengan ekspresi datarnya."Ya gak gitu sih mas, mas Nathan itu sibuk mana mungkin bisa lama-lama di sini." Eliza dengan cepat berdalih agar pria itu tidak semakin marah. Terkadang Eliza kebingungan menghadapi sikap random Nathan. Entah bagaimana caranya agar pria itu tidak selalu berprasangka buruk terhadapnya. "Sabar-sabar, yang kecil harus ngalah sama yang tua." Batin Eliza. Ternyata benar usia tidaklah menjadi patokan Eliza yang masih kecil harus mengalah dengan orang tua. Seperti itulah yang dipikirkan oleh Eliza. "Ini." Nathan memberikan kantong berukuran besar kepada Eliza. "Ini apa?" tanya Eliza dengan tersenyum canggung.Eliza kesal karena tidak ada jawaban dari Nathan. Dia pun membuka bungkusan tersebut. Melihat isi didalam kantong, Eliza terkejut dan memandang Nathan dengan tidak percaya."Ini banyak sekali mas," kata Eliza sambil m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 73

    Hari ini adalah hari pertama Eliza kuliah. Dia pun baru sampai di rumah di jam 06.00 sore. Begitu mobil Nathan berhenti di parkiran mansion, Eliza langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah. "Noah, mommy pulang. Noah... Noah..," Eliza berlari sambil berteriak memanggil anaknya. Seharian tidak bertemu Noha tentu saja membuat Eliza sangat rindu. Kira-kira hari ini apa yang telah dilakukan oleh sang anak?Hanya ini pertanyaan yang muncul dipikiran nya.Noha yang sedang main kerincing di ruang santai langsung menghentikan gerak tangannya. Bayi tampan itu menoleh ke kanan dan ke kiri mencari suara sang ibu. "Tuh mommy sudah pulang." Mawar yang sedang memangku bayi Noah tersenyum dan memandang ke arah Eliza yang baru saja datang. "Halo sayang, mommy pulang." Eliza melambai-lambaikan tangannya. Melihat wajah Eliza tentunya membuat bayi Noha girang. Bayi itu tersenyum lebar menggerak-gerakkan tangannya sehingga menimbulkan bunyi krincing. "Mommy rindu sekali nak, tapi tunggu sebenta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 74

    Mawar memandang Eliza yang sudah duduk di kursi makan sambil memangku Noah. "Eliza, berikan saja Noah ke mbak Ani," kata Mawar. "Nggak mau mi, sejak Liza pulang dari kampus, Noah nggak mau lepas. Tadi aja ke kamar mandi Liza sampai gendong dia malah." Eliza tersenyum dan mencium pipi bulat Noha berulang-ulang kali. "Kenapa bisa seperti itu?" tanya Mawar yang merasa aneh melihat tingkah cucunya."Namanya juga balas dendam mi, sakit hati juga, kangen juga iya." Eliza tersenyum memandang bayi Noah yang tinggal kemanjaannya bertambah hingga 3 kali lipat. "Benar gitukan sayang, mommy. Si ganteng super masih kangen-kangennya ya sama mommy. Karena tadi lama ditinggalin. Maaf ya nak, mommy ke kampus. Sekarang mommy sudah jadi mahasiswa. Mommy juga sudah minta izin sama Noha." Eliza berkata sambil tersenyum memandang bayi Noha. Bayi Noah menyahut perkataan ibunya dengan membulatkan bibirnya. Eliza semakin gemas melihat tingkah lucu sang putra. "Gak ada mommy ke mana-mana, gitu pulang dar

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 75

    Jika Eliza menjalani kehidupannya dengan penuh bahagia berbeda dengan Sandy. Pria itu hidup seakan penuh tekanan."Mirna, Sandy sudah gajian kan?" Wati dengan sengaja datang ke rumah putra bungsunya diawal bulan "Sudah mah," jawab Mirna dengan tersenyum "Transferkan Mama 5 juta ya." Wati tersenyum sambil mengibaskan tangannya. "Ya ma, aku transferkan." Mirna langsung mentransferkan 5 juta ke rekening milik Wati. Seperti itulah permintaan sang ibu mertua. Wati meminta separuh dari gaji anaknya.Mirna harus benar-benar bersabar dengan ulah mertuanya. Walau bagaimanapun statusnya masih istri kedua Sandy. Jika bisa mencuri hati mama mertua seperti ini sudah pasti Eliza akan disingkirkan Wati.Sandi hanya diam memandang tingkah ibunya."Mama mau ke mana?" tanya Mirna dengan sangat lembut dan juga perhatian. Hal inilah yang membuat Wati sangat menyayangi menantunya itu. "Mama mau ke restoran, ketemu sama teman-teman sosialita. Kebetulan hari ini lagi goncang arisan," jelas Wati.Oh nant

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 76

    Eliza berlari ke arah Nathan. Wajah cantiknya tampak berseri-seri ketika melihat motor gede yang ditunggangi Nathan."Mas Nathan, keren sekalian pakai motor seperti ini. Kalau pakai motor gini, mas Nathan tampak 10 tahun lebih muda. Mas Nathan tidak seperti om-om, tapi cowok cool umur 23 tahun." Eliza ngerocos sambil mengelus-elus body motor merah.Nathan memandang Eliza dengan mata terbuka lebar. "Kamu bilang om-om?""Iya," jawab Eliza tanpa memandang Nathan. "Semalam Liza cuman bercanda sama Noha. Eh nggak nyangka mas Nathan beneran jemput pakai motor gede. Mas Lisa boleh bawa nggak?" Tangan Eliza sudah gatal ingin menunggangi motor gede tersebut. "Tidak boleh." Nathan menolak dengan tegas. "Padahal Liza tuh pengen banget coba bawa motor ini. Liza pengen tahu kecepatannya." Elisa tersenyum nyengir ketika Nathan memandangnya dengan mata melotot. "Mas Nathan coba turun dulu." Pria itu menurut dan turun dari motor.Eliza tersenyum lebar dan naik ke atas motor. Semenjak tinggal di m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 77

    Dalam waktu 20 menit Eliza sudah sampai di rumah. Karena memang masion milik Hermawan berlokasi tidak jauh dari kampus Eliza. Hanya saja kalau memakai mobil, mereka bisa menempuh perjalanan 1 hingga 2 jam. Tergantung kemacetan lalulintas.Eliza langsung turun dari atas motor sambil tersenyum kearah Noah. Bayi tampan itu sudah terlihat sangat keren dengan memakai baju kemeja putih ropi Dongker dan celana Dongker panjang. "Anak mommy, ganteng banget." Eliza langsung mencium pipi Noah dengan gemas. "Noah sejak tadi nungguin mommy sama Daddy nya pulang," kata Mawar. "Masih belum terlalu sore, mas. Liza mandi sebentar ya habis itu kita ajak Noah jalan-jalan pakai motor." "Emang bisa?" tanya Nathan dengan terkejut."Ya bisalah, Noah Liza pegang di belakang dari nggak. Kita gak usah jauh-jauh, deket-deket sini aja," usul Eliza. "Boleh mi?" Nathan bertanya kepada Mawar terlebih dahulu. Ia tidak ingin nanti putranya jadi sakit karena naik motor."Boleh saja," jawab Mawar dengan tersenyum

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 78

    "Halo sayang," jawab Sandy gugup."Halo mas, gimana uang yang Liza minta apa mas bisa kirimkan?"Hatinya terasa perih ketika mendengar suara Eliza yang begitu sangat lemah. Andaikan bisa melakukan video call, mungkin dia akan melihat wajah pucat Eliza."Maaf ya sayang, mas beneran nggak bisa kirim uangnya. Adek pinjam uang teman dulu ya untuk ke dokter. Awal bulan ini bonus mas dari kantor cair, mas akan kirim uang ke adek. Adek bayar utang semua di sana kemudian balik ke Jakarta. "Sandi berkata dengan penuh semangat. "Liza gak minta banyak mas, Liza cuman minta uang untuk berobat aja. Sejak kemarin Liza gak makan karena gak ada uang. Mau pinjam lagi sama teman-teman di sini, Liza malu. Hutang yang kemarin aja belum Liza bayar. Beberapa orang teman juga sudah bolak balik nagih hutang ke Liza, mereka bahkan sampai marah-marah. Uang kosan juga sudah nunggak. Kata ibu kos kalau gak bisa lunasi dalam Minggu ini, Liza di suruh pergi.m," kata Eliza sambil menangis.Meskipun ia tidak mengal

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 167

    Setelah tertidur cukup lama, Mirna tersadar dari pingsannya. Hal pertama yang dilihatnya hanyalah kesunyian. Persalinan yang lebih cepat dari perencanaan, membuat orang tua berserta keluarganya dari kampung belum datang. Sedangkan Sandy, mungkin saja sudah pergi mencari istri pertamanya. Apakah pria itu sama sekali tidak peduli terhadapnya?Lalu bagaimana dengan mama mertua dan juga kedua kakak ipar? Apakah mama mertua yang dulu katanya sangat menyayangi Mirna sekarang sudah tidak peduli?Mirna baru saja bertarung nyawa melahirkan buah cinta mereka, namun mengapa Sandy pergi tanpa menunggu ia terbangun. Apakah Eliza begitu berharga, sedangkan ia tidak? Begitu banyak pertanyaan yang berputar-putar dibenak kepalanya. Namun tidak ada satupun pertanyaan yang mampu dijawabnya.. Pria itu dingin dan tidak peduli terhadap dirinya. Mirna merasakan kakinya yang seperti kesemutan. Bahkan digerakkan pun sulit. Tenggorokannya kering dan sangat haus. Ia ingin minum namun tidak bisa untuk berger

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 166

    "Bagus, jangan bertahan sama orang yang tidak berhati. Biarkan saja mereka bahagia dengan kehidupannya sendiri. Kita juga bisa bahagia dengan kehidupan kita sendiri." Perkataan Marwan menjadi isyarat bahwa pria itu mendukung semua yang ingin dilakukan oleh Eliza. "Gimana nak lukanya, apa ada yang mengkhawatirkan?" Marwan bertanya sambil memandang luka-luka di wajah Eliza. "Nggak ada yang serius pa, ini hanya luka ringan saja. Sudah nggak sakit juga. "Eliza tersenyum mengusap pipinya. "Seperti ini lukanya kamu bilang nggak apa-apa?" Nathan langsung memotong perkataan Eliza. Eliza yang dipukul, namun dia merasa kesakitan. Apalagi ketika melihat banyak memar serta luka di kening Eliza yang harus mendapatkan jahitan. Eliza terdiam mendengar perkataan dari Nathan. "Papa harap ini yang terakhir kalinya Eliza diperlakukan seperti ini nak." Marwan berkata dengan raut sedih. Sebagai seorang ayah, dia tidak tega melihat kedua anak perempuannya mendekam di penjara. Perbuatan Tia dan juga

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 165

    Eliza terkejut memandang pria bertubuh tinggi yang berdiri di ambang pintu. "Papa." Pria itu tersenyum hangat memandang Eliza. Rona bahagia terlihat jelas diwajahnya yang tampan."Papa!" Teriak Eliza sambil berlari dan langsung memeluk Marwan. "Iya nak, bagaimana kondisi Eliza?" Marwan tersenyum sambil mengusap kepala Eliza. Di keluarga Sandy hanya pria inilah yang begitu sangat menyayangi Eliza dan juga Ibnu. Suatu hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh Eliza. "Liza baik Pak, maafin Liza yang nggak bisa jagain papa sewaktu sedang sakit," sesal Eliza. "Tidak apa-apa nak, papa ngerti kok seperti apa Kondisi Eliza. Bahkan papa selalu berdoa agar Eliza tidak datang ke rumah. Keputusan Eliza untuk pergi sudah sangat tepat." Marwan berkata dengan raut wajah sedih.Marwan tahu Wati akan menjadikan Eliza babu seumur hidup. Karena itu dia tidak mau Eliza menghabiskan masa muda dan masa depannya bersama dengan suami seperti Sandy. Laki-laki yang tidak memiliki prinsip. "Papa sudah seh

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 164

    "Eliza kenapa tidak cerita sama mami kalau masalahnya seperti ini?" Mawar langsung bertanya setelah perawatan Kiara pergi."Maaf mi," jawab Eliza sambil menundukkan kepalanya. "Kenapa nggak cerita sama mami?" Mawar memandang Eliza dengan kecewa.Padahal Ia sudah menganggap Eliza sebagai anaknya sendiri. Namun mengapa Eliza tidak mau memberitahukan permasalahan ini kepadanya. Jika seandainya tahu masalah yang dihadapi Eliza, ia akan diselesaikan semuanya. Eliza tidak perlu terluka seperti sekarang. "Maaf mi, niatnya mau selesaikan masalah ini sendiri. Liza ingin menyelesaikan semuanya secara baik-baik. Liza udah nabung uang gaji, agar bisa bayar hutang. Kata ibu Wati, kalau hutang sudah lunas, Liza baru boleh cerai dari Mas Sandy. Liza gak menyangka masalahnya akan jadi seperti ini." Eliza menjelaskan secara singkat. Bagi Mawar, Eliza sangatlah menderita karena mendapat pemukulan hingga seperti ini. Namun bagi Eliza, ini hanya luka kecil. Ibarat kata orang, jika ingin menangkap ika

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 163

    "Eliza, kamu tidak apa-apa kan?" Mawar tidak bisa menyembunyikan kepanikan di wajahnya. Wanita berwajah cantik itu langsung mengusap wajah Eliza dengan lembut. Jika seandainya Wati beserta kedua anaknya tidak ditahan oleh pihak kepolisian, ketiga wanita itu pasti akan merasakan kekejaman yang dilakukan Mawar. Wanita asal Inggris itu memang tidak pernah melakukan hal yang keji, namun bukan berarti dia tidak pandai membalas perbuatan orang lain hingga 10 kali lipat lebih buruk. "Liza nggak apa-apa Pi, mi." Eliza tersenyum memandang Hermawan dan Mawar."Seperti ini kondisi kamu, masih bilang gak apa-apa?" Nathan berkata dengan marah.Eliza tidak berani memandang Nathan. Sejak tadi pria itu selalu saja mengomelinya hingga telinga Eliza terasa panas. Apa lagi cari Nathan menatapnya, seakan menelannya hidup-hidup."Apa ada luka serius dengan Eliza, Riz?" Mawar bertanya dengan Rizki. Sejak tadi Rizki berdiri di samping dokter yang memeriksa Eliza. Secara tidak langsung ia mengawasi dokt

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 162

    "Sebentar sus," kata Mawar sambil menghentikan kedua perawat tersebut. "Ada apa Bu?" tanya salah seorang perawat. Mawar mengeluarkan uang 5 juta dari dalam tas nya. "Ini saya ada rezeki untuk kalian berdua." Kedua perawat itu terkejut melihat uang yang diberikan mawar. "Ibu ini uang apa?" Tanya kedua perawat itu secara bersamaan. "Kebetulan ada rezeki, kalian bagi dua," jawab Mawar dengan tersenyum."Tapi sebaiknya tidak usah." Perawat cantik itu menolak uang yang diberikan Mawar. "Tidak boleh menolak rezeki, ini rezeki kalian." Mawar menyodorkan uang ke tangan salah seorang perawat. "Tapi Bu." "Saya tahu kalian itu kerjaannya berat tapi gajinya sedikit. Ini sengaja saya kasih untuk kalian, agar kalian bisa makan enak di akhir bulan." Mawar tersenyum ramah."Ibu baik sekali, terima kasih ya Bu," kata kedua perawat itu dengan sangat bahagia. "Kalau boleh tahu bayi yang lahir cacat itu siapa ya?" Tanya Mawar yang pemasaran."Oh itu Bu, Mas yang duduk di ruang operasi itu. Anak

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 161

    Tubuhnya lemas seketika. Bahkan kakinya tidak mampu menopang berat badannya sendiri. Pria itu terduduk di lantai dengan wajah yang pucat. "Pak Sandy, Apa Anda baik-baik saja?" tanya Dokter pria tersebut. Sandy diam sambil menggelengkan kepalanya. Jika anaknya sudah dibawa ke ruang bayi terlebih dahulu dan barulah melihatnya, dia pasti akan menuduh pihak rumah sakit telah mengganti anaknya. Namun nyatanya tidak, ia langsung melihat kondisi anaknya yang baru terlahir. Bahkan tubuhnya masih banyak lendir dan juga darah. Ini artinya bayi perempuan yang sedang menangis itu memang benar anaknya. "Pak Sandy, apa anda baik-baik saja?" Dokter itu kembali bertanya karena melihat Sandy yang hanya diam seperti patung. Cukup lama pria itu terdiam dan pada akhirnya sebuah kalimat keluar dari bibirnya. "Apa anak saya cacat?""Iya Pak," dokter itu menjawab sesuai dengan kondisi sang bayi. Sandy berusaha berdiri, dibantu oleh seorang perawat. Dilihatnya wajah bayi perempuannya yang sangat cantik.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 160

    Hermawan yang sedang memimpin rapat menghentikan ucapannya ketika asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Biasanya asisten pribadinya akan melakukan hal tersebut jika ada sesuatu hal yang dianggap darurat. "Maaf Pak, Ibu Mawar ada di ruangan bapak. Beliau mengatakan ada hal buruk yang terjadi terhadap nona Eliza. Ibu Mawar meminta agar anda segera ke ruangan." Pria bertubuh tinggi itu sedikit membungkuk dan berbisik di dekat telinga Hermawan. Jantung Hermawan seakan berhenti berdetak ketika mendengar apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya. Setelah diam beberapa detik barulah Hermawan menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya. "Untuk saat ini rapat saya ditunda," Hermawan beranjak dari duduknya dan langsung keluar dari ruangan. Dengan langkah cepat ia langsung berjalan menuju ke ruangannya. Begitu sampai di ruangannya, Hermawan langsung masuk dan melihat Mawar yang sedang menangis. "Mami, ada apa ini?" Hermawan bertanya dengan wajah cemas. "Papi, Eliza."

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 159

    "Mereka tidak mungkin di penjara, Eliza tidak akan menuntut mama, dan kakak-kakak, aku. Aku sangat tahu seperti apa sifat Eliza." Sandy berkata dengan yakin."Ya kita lihat saja nanti seperti apa perkembangan kasusnya. Oh iya papa lupa memberitahumu kalau papa akan melakukan akad nikah minggu depan di hotel berlian," kata Marwan."Papa tidak sedang bercanda?" Tanya Sandy dengan nada tidak suka. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda."Papa tidak bercanda, kamu silakan datang. Acara akad dimulai jam 09.00 pagi dan dilanjut dengan acara resepsi hingga jam 04.00 sore. Namun jika kamu tidak bisa, ya tidak apa-apa.""Papa, aku lagi pusing jadi jangan bercanda seperti ini." Sandy berulang kali menghirup napas panjang dan kemudian menghembuskan secara berlahan-lahan."Papa tidak bercanda, Kamu boleh datang jika tidak percaya." Marwan berkata dengan serius."Mama sedang mengalami musibah pa, begitu juga dengan kedua anak papa. Apa papa tidak punya hati sedikitpun?" Sandy berkata de

DMCA.com Protection Status