Sandy merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri. Semakin lama sikap Mirna semakin berubah. Wanita itu tidak semanis dulu ketika berbicara. "Sayang aku ingin kopi." Sandy meminta istrinya untuk membuatkan secangkir kopi. "Apa mas nggak bisa buat kopi sendiri?" Mirna yang sedang asik dengan ponselnya merasa kesal karena Sandy sudah menggangu waktu santainya. "Kamu itu istri aku," kata Sandi dengan nada tinggi. "Aku tahu aku istri kamu mas, tapi aku capek apa kamu nggak tahu aku itu kerja." Mirna berkata sambil menepuk-nepuk dadanya. Sedangkan matanya memandang kearah Sandy dengan marah."Jika kamu tidak sanggup bekerja berhenti saja," sergah Sandy. Masalah pekerjaan Mirna selalu menjadi permasalahan dalam rumah tangganya. Karena itu dia menyarankan agar Mirna berhenti dari pekerjaan. Ketika bersama dengan Eliza, Sandy berharap istrinya bekerja dan bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan uang gajian akan disimpan di rekening dan sebagian akan diberik
Eliza masih berdiri depan pintu dengan wajah bengong."Setelah kamu mendapatkan barang yang kamu inginkan, kamu mengusir saya?" Tanya Nathan dengan ekspresi datarnya."Ya gak gitu sih mas, mas Nathan itu sibuk mana mungkin bisa lama-lama di sini." Eliza dengan cepat berdalih agar pria itu tidak semakin marah. Terkadang Eliza kebingungan menghadapi sikap random Nathan. Entah bagaimana caranya agar pria itu tidak selalu berprasangka buruk terhadapnya. "Sabar-sabar, yang kecil harus ngalah sama yang tua." Batin Eliza. Ternyata benar usia tidaklah menjadi patokan Eliza yang masih kecil harus mengalah dengan orang tua. Seperti itulah yang dipikirkan oleh Eliza. "Ini." Nathan memberikan kantong berukuran besar kepada Eliza. "Ini apa?" tanya Eliza dengan tersenyum canggung.Eliza kesal karena tidak ada jawaban dari Nathan. Dia pun membuka bungkusan tersebut. Melihat isi didalam kantong, Eliza terkejut dan memandang Nathan dengan tidak percaya."Ini banyak sekali mas," kata Eliza sambil m
Hari ini adalah hari pertama Eliza kuliah. Dia pun baru sampai di rumah di jam 06.00 sore. Begitu mobil Nathan berhenti di parkiran mansion, Eliza langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah. "Noah, mommy pulang. Noah... Noah..," Eliza berlari sambil berteriak memanggil anaknya. Seharian tidak bertemu Noha tentu saja membuat Eliza sangat rindu. Kira-kira hari ini apa yang telah dilakukan oleh sang anak?Hanya ini pertanyaan yang muncul dipikiran nya.Noha yang sedang main kerincing di ruang santai langsung menghentikan gerak tangannya. Bayi tampan itu menoleh ke kanan dan ke kiri mencari suara sang ibu. "Tuh mommy sudah pulang." Mawar yang sedang memangku bayi Noah tersenyum dan memandang ke arah Eliza yang baru saja datang. "Halo sayang, mommy pulang." Eliza melambai-lambaikan tangannya. Melihat wajah Eliza tentunya membuat bayi Noha girang. Bayi itu tersenyum lebar menggerak-gerakkan tangannya sehingga menimbulkan bunyi krincing. "Mommy rindu sekali nak, tapi tunggu sebenta
Mawar memandang Eliza yang sudah duduk di kursi makan sambil memangku Noah. "Eliza, berikan saja Noah ke mbak Ani," kata Mawar. "Nggak mau mi, sejak Liza pulang dari kampus, Noah nggak mau lepas. Tadi aja ke kamar mandi Liza sampai gendong dia malah." Eliza tersenyum dan mencium pipi bulat Noha berulang-ulang kali. "Kenapa bisa seperti itu?" tanya Mawar yang merasa aneh melihat tingkah cucunya."Namanya juga balas dendam mi, sakit hati juga, kangen juga iya." Eliza tersenyum memandang bayi Noah yang tinggal kemanjaannya bertambah hingga 3 kali lipat. "Benar gitukan sayang, mommy. Si ganteng super masih kangen-kangennya ya sama mommy. Karena tadi lama ditinggalin. Maaf ya nak, mommy ke kampus. Sekarang mommy sudah jadi mahasiswa. Mommy juga sudah minta izin sama Noha." Eliza berkata sambil tersenyum memandang bayi Noha. Bayi Noah menyahut perkataan ibunya dengan membulatkan bibirnya. Eliza semakin gemas melihat tingkah lucu sang putra. "Gak ada mommy ke mana-mana, gitu pulang dar
Jika Eliza menjalani kehidupannya dengan penuh bahagia berbeda dengan Sandy. Pria itu hidup seakan penuh tekanan."Mirna, Sandy sudah gajian kan?" Wati dengan sengaja datang ke rumah putra bungsunya diawal bulan "Sudah mah," jawab Mirna dengan tersenyum "Transferkan Mama 5 juta ya." Wati tersenyum sambil mengibaskan tangannya. "Ya ma, aku transferkan." Mirna langsung mentransferkan 5 juta ke rekening milik Wati. Seperti itulah permintaan sang ibu mertua. Wati meminta separuh dari gaji anaknya.Mirna harus benar-benar bersabar dengan ulah mertuanya. Walau bagaimanapun statusnya masih istri kedua Sandy. Jika bisa mencuri hati mama mertua seperti ini sudah pasti Eliza akan disingkirkan Wati.Sandi hanya diam memandang tingkah ibunya."Mama mau ke mana?" tanya Mirna dengan sangat lembut dan juga perhatian. Hal inilah yang membuat Wati sangat menyayangi menantunya itu. "Mama mau ke restoran, ketemu sama teman-teman sosialita. Kebetulan hari ini lagi goncang arisan," jelas Wati.Oh nant
Eliza berlari ke arah Nathan. Wajah cantiknya tampak berseri-seri ketika melihat motor gede yang ditunggangi Nathan."Mas Nathan, keren sekalian pakai motor seperti ini. Kalau pakai motor gini, mas Nathan tampak 10 tahun lebih muda. Mas Nathan tidak seperti om-om, tapi cowok cool umur 23 tahun." Eliza ngerocos sambil mengelus-elus body motor merah.Nathan memandang Eliza dengan mata terbuka lebar. "Kamu bilang om-om?""Iya," jawab Eliza tanpa memandang Nathan. "Semalam Liza cuman bercanda sama Noha. Eh nggak nyangka mas Nathan beneran jemput pakai motor gede. Mas Lisa boleh bawa nggak?" Tangan Eliza sudah gatal ingin menunggangi motor gede tersebut. "Tidak boleh." Nathan menolak dengan tegas. "Padahal Liza tuh pengen banget coba bawa motor ini. Liza pengen tahu kecepatannya." Elisa tersenyum nyengir ketika Nathan memandangnya dengan mata melotot. "Mas Nathan coba turun dulu." Pria itu menurut dan turun dari motor.Eliza tersenyum lebar dan naik ke atas motor. Semenjak tinggal di m
Dalam waktu 20 menit Eliza sudah sampai di rumah. Karena memang masion milik Hermawan berlokasi tidak jauh dari kampus Eliza. Hanya saja kalau memakai mobil, mereka bisa menempuh perjalanan 1 hingga 2 jam. Tergantung kemacetan lalulintas.Eliza langsung turun dari atas motor sambil tersenyum kearah Noah. Bayi tampan itu sudah terlihat sangat keren dengan memakai baju kemeja putih ropi Dongker dan celana Dongker panjang. "Anak mommy, ganteng banget." Eliza langsung mencium pipi Noah dengan gemas. "Noah sejak tadi nungguin mommy sama Daddy nya pulang," kata Mawar. "Masih belum terlalu sore, mas. Liza mandi sebentar ya habis itu kita ajak Noah jalan-jalan pakai motor." "Emang bisa?" tanya Nathan dengan terkejut."Ya bisalah, Noah Liza pegang di belakang dari nggak. Kita gak usah jauh-jauh, deket-deket sini aja," usul Eliza. "Boleh mi?" Nathan bertanya kepada Mawar terlebih dahulu. Ia tidak ingin nanti putranya jadi sakit karena naik motor."Boleh saja," jawab Mawar dengan tersenyum
"Halo sayang," jawab Sandy gugup."Halo mas, gimana uang yang Liza minta apa mas bisa kirimkan?"Hatinya terasa perih ketika mendengar suara Eliza yang begitu sangat lemah. Andaikan bisa melakukan video call, mungkin dia akan melihat wajah pucat Eliza."Maaf ya sayang, mas beneran nggak bisa kirim uangnya. Adek pinjam uang teman dulu ya untuk ke dokter. Awal bulan ini bonus mas dari kantor cair, mas akan kirim uang ke adek. Adek bayar utang semua di sana kemudian balik ke Jakarta. "Sandi berkata dengan penuh semangat. "Liza gak minta banyak mas, Liza cuman minta uang untuk berobat aja. Sejak kemarin Liza gak makan karena gak ada uang. Mau pinjam lagi sama teman-teman di sini, Liza malu. Hutang yang kemarin aja belum Liza bayar. Beberapa orang teman juga sudah bolak balik nagih hutang ke Liza, mereka bahkan sampai marah-marah. Uang kosan juga sudah nunggak. Kata ibu kos kalau gak bisa lunasi dalam Minggu ini, Liza di suruh pergi.m," kata Eliza sambil menangis.Meskipun ia tidak mengal
"Eliza, mas tidak mau pakai ini." Nathan berkata dengan wajah masam. Kalimat yang terucap dari mulutnya sudah tidak ada manis-manisnya lagi. Bahkan Nathan langsung memanggil nama istrinya. "Liza nggak peduli pokoknya Mas harus pakai." Eliza tidak menghiraukan penolakan dari Nathan. Dia tetap mengikat tali apron di leher suaminya. "Eliza, Apa kamu tahu hukuman yang akan kamu dapatkan karena memaksa Mas seperti ini?" Nathan berusaha menarik apron tersebut Namun Eliza semakin menguatkan ikatan di lehernya. "Eliza, apa kamu mau menjadi janda?" kata Nathan yang sudah kesulitan bernapas. Nathan tidak habis pikir melihat Eliza. Bagaimana mungkin Eliza tega menindas suaminya, demi orang lain."Ya nggak lah, makanya Mas itu harus nurut, agar jangan tercekik lehernya." Eliza kembali meregangkan tali ikatannya. "Si Yuna itu sebenarnya istri siapa? Kenapa harus Mas pula yang pakai-pakai kayak gini?" Nathan memandang apron berwarna pink dengan motif bunga-bunga. Melihat ini saja sudah membu
Meskipun sudah diizinkan mengambil mangga, Dirga masih tetap belum bergerak dari duduknya. "Ambil mangganya sekarang, keburu kesorean nanti," kata Mawar mengingatkan.Melihat Dirga masih belum beranjak dari duduknya, tentu saja membuat Mawar gemes. Bagaimana jika Yuna benaran hamil? Kasihan sekali jika keinginannya tidak didapatkan. "Ya Tante tapi _" Dirga tidak melanjutkan ucapannya."Ada apa? "Mawar sangat penasaran dengan apa yang menjadi masalah bagi Dirga. "Begini tante." Dirga berkata sambil menggaruk kepalanya namun tatapan matanya mengarah ke Nathan."Ada apa kasih tahu saja," desak Hermawan. "Maaf Bos." Sebelum memulai perkataannya Dirga justru meminta maaf terlebih dahulu."Tidak usah memanggil saya bos, karena saya sekarang bukan lagi bos kamu." Nathan mengingatkan Dirga. Sekarang mereka sudah memiliki status yang sama. Sama-sama seorang Presdir. Tampaknya mertua Dirga sangat percaya kepada nya. Hingga memberikan jabatan presiden direktur kepada menantunya. Sebagai pem
"Tapi sepertinya tidak mungkin." Kata Yuna setelah diam beberapa saat. "Kenapa gak mungkin?" Tanya Kiara.Pertanyaan seperti ini sangat sulit untuk dijawab. Pernikahan resminya baru 20 hari. Namun insiden yang terjadi terhadapnya sudah 35 hari. Yuna baru teringat kalau dia sudah tidak datang bulan sejak kejadian itu. Tapi apa mungkin satu kali berbuat, langsung hamil?"Saran Kia, sebaiknya di cek deh. Atau mau Kia bantu untuk periksa pakai tespek?" "Kalau udah dicek tapi nggak positif gimana?" Yuna tampak ragu menerima tawaran dari Kiara. "Ya nggak apa-apa, tinggal dicoba lagi." Kiara tersenyum lebar. "Kalau gak positif, bang Dirga pasti kecewa banget." Yuna tampak ragu."Cobanya diam-diam aja. Jika garis dua muncul, baru deh kasih tahu ke suami, kakak," usul Eliza. "Benar, mau dicoba nggak, kebetulan ini ada tespek?" kata Kiara dengan semangat. "Emangnya ciri-ciri orang hamil seperti apa?" "Ciri-ciri di awal kehamilan nggak kelihatan, ini disebabkan karena perut yang belum mem
"Hai kak Yuna, kakak apa kabar" Eliza menyapa Yuna dengan tersenyum canggung. Kejadian ketika di perusahaan Nathan masih teringat jelas oleh Eliza. Karena itu dia merasa canggung jika berhadapan dengan Yuna seperti ini."Baik. "Yuna menjawab dengan wajah tersenyum. Eliza dapat melihat senyum tulus di bibir merah Yuna. Dari tatapan matanya tidak terlihat sedikitpun jika Yuna membenci Eliza. "Kak Yuna tambah cantik aja. Gimana bulan madunya kemarin?" Eliza mencoba berbicara dengan gaya ramah dan sok akrab. Alangkah baiknya permasalahan yang dulu tidak diingat lagi. Mereka sudah sama-sama menikah. Alangkah lebih baik jika menjadi teman. "Masak sih, perasaan Kakak tambah hitam deh." Yuna berkata sambil melihatkan tangannya. "Enggak lah kulit Kakak putih banget." Eliza berkata sambil memuji Yuna. "Ini kelihatan item banget. Sewaktu Honeymoon, Kakak sangat suka di pantai. Habis dari sana ya kayak gini jadinya." Yuna mulai curhat tentang apa yang terjadi dengannya.Yuna mulai cemas de
"Tas yang ini cantik sekali, mami suka." Mawar menunjukkan tas wanita berwarna coklat."Iya mi, cantik sekali," jawab Eliza sambil memperhatikan model tas tersebut. Mata Eliza terbelalak melihat harga tas yang ditunjukkan Mawar. Harga tas seharga mobil. Tapi uang mami mertuanya sudah berlebihan- lebih. Jadi tidak apa jika beli tas seharga ratusan juta. Jika masalah selera fashion, Mawar tidak perlu diragukan. Meskipun usianya sudah setengah abad, namun penampilan wanita itu trendy. Apa lagi postur tubuhnya yang langsing dan tinggi, membuat ia tampak lebih muda. Jika jalan ke mall bersama Eliza, orang suka beranggapan bahwa Mawar, kakaknya Eliza. Jadi bisa bayangkan seperti apa awet mudanya. Kalau kategori artis, mawar ini seperti Shopia Lajuba. "Mom." Eliza langsung menoleh ke belakang. Dia melihat Noah yang berlari mengejarnya. "Sayang, mommy." Eliza mengembalikan tangannya dan langsung memeluk tubuh putranya. "Anak ganteng mommy sudah bangun?" Tanya Eliza."Cuda," jawab Noah sa
Mawar sedang sibuk menata tempat tidur untuk Yura. Karena Rizky dan Kiara akan menetap di masion. "Akhirnya anak itu mau juga tinggal disini." Wajah Mawar tampak begitu bahagia ketika membayangkan suasana di masion yang semakin hidup dan juga ramai. "Iya mi, lagian kasihan kak Kiara. Jadwal kerja bang Rizky gak tetap. Kadang pulangnya sudah malam-malam sekali. Mana kak Kiara nggak mau pakai pembantu yang menetap di rumah. Liza aja merasa ngeri, membayangkan kak Kiara tinggal berdua sama Yura di rumah yang sangat besar." Eliza berkata dengan raut wajah serius. Mawar tertawa dan gemas melihat wajah menantunya. Ingin sekali ia mencubit pipi Eliza hingga merah, namun tidak tega. Belum lagi Nathan yang akan marah. "Nanti kalau kalian kasih mami cucu, mami mau yang cewek." Wanita paruh baya itu berkata dengan wajah tersenyum. Melihat wajah cantik Eliza dan ketampanan putranya, ia yakin cucunya pasti sangat cantik.Eliza tersenyum nyengir dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Tapi Liz
Rizky pulang ke rumah dengan tubuh yang terasa amat lelah. Bersyukur besok tidak ada jam praktek dan juga jadwal mengajar. Ia bisa beristirahat di rumah sambil memanjakan sang istri. Sesuai janjinya dengan Kiara, besok mereka sudah pindah ke masion milik Hermawan.Rizky membuka pintu rumahnya. Di jam seperti ini kondisi rumahnya sangat sepi. Yura dan Kiara pasti sudah tertidur. Pria itu terkejut ketika melihat Yura yang sedang sibuk mewarnai lukisan yang dibuatnya sendir."Yura!" Panggil Rizky.Yura menoleh ke belakang dan memandang Rizky dengan tersenyum. "Papi sudah pulang." Gadis kecil itu tertawa girang dan langsung mengejar Rizky yang berdiri sekitar 3 meter darinya."Iya, sudah," jawab Rizky yang langsung menggendong tubuh kecil Yura. "Anak kecil, Kenapa belum tidur?" Pria berwajah manis itu tersenyum sambil mencium pipi bulat Yura."Yura sedang membuat gambar, dan menunggu papi pulang." Yura berkata dengan tersenyum lebar."Besok-besok gak usah tunggu papi. Jam 10 setelah be
"Kenapa sudah dimatikan teleponnya? Padahal aku belum selesai bicara." Sherly kesal ketika panggilan telepon diputus sepihak oleh Nathan. "Aku mau minta foto Shelia, tapi sudah di matikan." Sherly mancak-mencak sendiri karena kesal. Dia kembali mencoba menghubungi nomor handphone Nathan, namun sayang nomor yang digunakannya sudah diblokir. Padahal ini sudah kartu yang ke-10 dibelinya dan semuanya sudah diblokir oleh mantan suaminya itu. "Bagaimana jika nanti Albert ingin melihat foto anakku? Kenapa sih anak itu suka nyusahin. Dasar anak pembawa sial." Sherly berkata dengan wajah kesal dan juga marah."Aku lupa, Anak itu masih sangat bermanfaat. Dia yang akan membuat aku kembali dengan Nathan. Jadi aku tidak boleh marah seperti ini." Mimik wajah Sherly yang tampak begitu sangat marah, langsung berubah dengan wajah ramah dan juga senyum merekah. "Kenapa aku bodoh sekali, aku bisa mencari foto anak-anak perempuan di internet. Aku tinggal katakan kalau itu adalah Shelia." Sherly tert
"Baik," jawab Nathan."Bagaimana dengan kabar istrimu? "Sherly berbasa-basi terlebih dahulu. "Sangat baik." Nathan berkata dengan raut wajah datar."Apa kamu tahu bahwa aku sangat merindukanmu." Sherly tahu bahwa Nathan masih sangat mencintainya. Karena itu ia mencoba untuk merayu mantan suaminya. "Jika tidak ada yang ingin kamu katakan aku akan menutup panggilan telepon.""Jangan honey, kamu jangan terlalu kejam kepadaku. Bagaimana kabar anak kita?"Kening Nathan berkerut mendengar pertanyaan dari mantan istrinya. Apa yang terjadi hingga Sherly menanyakan tentang anak mereka?"Honey, apa kamu tidak ingin memberi tahu aku tentang anak kita?" Sherly berkata dengan sangat lembut. Bahkan ia kembali memanggil Nathan honey, seperti dulu awal-awal mereka berpacaran.Nathan diam dan memandang layar handphonenya. "Honey, mengapa kamu diam saja?" "Kondisi anakku baik."Sherly diam sesaat ketika mendengar Nathan mengatakan anakku. Itu artinya pria itu sudah memutuskan hubungan antara diriny