Share

05. Ibu Sudah Menikah?

Author: azura_sky
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Valerie menatap pusara mama Adora. Ia pun menoleh ke arah ibu gurunya itu sambil menatap sedih. Anak itu mengenggam tangan Adora dengan lembut ia pun mengatakan sesuatu yang membuat hatinya tersentuh.

"Ibu, jangan nangis, nanti mama Ibu sedih lihatnya. Pasti dali Sulga mama Ibu sudah senyum sekalang lihat kita."

Adora pun menoleh sembari tersenyum manis. "Nggak, kok. Ibu nggak nangis, nih lihat Ibu senyum lebar."

Padahal sebernarnya Adora sudah mulai merasa bersedih. Setiap kali mengunjungi mamanya itu, ia sering menceritakan berbagai hal dengan sesekali derai air mata pun bercucuran. Apalagi kepergian sang mama bersangkutan dengan apa yang telah menimpa Adora.

Rasa bersalah bertahun-tahun menyelimuti dirinya. Andai kejadian di masa lalu itu tidak pernah terjadi, mungkin saja mamanya masih ada hingga saat ini. Mereka bisa menjadi keluarga yang hangat, berkumpul bersama seperti dulu.

Namun, kali ini tentu ia tidak dapat melakukannya. Ada anak kecil yang melarangnya untuk bersedih. Tentu saja ada Brandon juga. Adora harus berpura-pura tegar dan menahan rasa ingin menangisnya.

"Bu, boleh saya kirimkan doa juga untuk mendiang mamanya?" tanya Brandon tiba-tiba.

"Tentu boleh, Pak. Saya sangat mengucapkan Terima kasih kalau Bapak mau ikut mendoakan mama saya," jawab Adora.

Brandon mendekat, ia berjongkok dan mengangkat serta membentangkan tangannya. Ia melafalkan doa untuk mama Adora. Terlihat begitu tulus dan tidak ada kepura-puraan dari wajahnya.

Setelah selesai, Brandon mengucapkan aamiin. Ia kembali berdiri dan mempersilahkan Adora untuk menyimpan buket bunga yang sempat ia beli tadi. Adora pun duduk di tepi pusara yang memang sengaja dilebihkan. Wanita itu menyimpan buket bunga mawar kesukaan mendiang mamanya.

"Selamat ulang tahun, Ma. Hari ini Rara datang sama murid Rara. Namanya Valerie, ini juga ada Pak Brandon, beliau papanya Riri. Iya, panggilan kita mirip-mirip, kan? Ma, papa titip salam buat mama. Katanya maaf karena tahun ini papa nggak bisa kunjungi mama di sini, tapi papa juga pasti kirim doa buat mama. Begitu juga dengan tante Naura. Maaf, Riri nggak bisa lama-lama, karena langit sudah sangat mendung, kasihan juga Valerie takut kehujanan. Aku pamit, ya. Nanti aku datang lagi bawa buket mawar kesukaan mama," ucap Adora.

Tanpa Adora tahu, sejak tadi Brandon memperhatikannya. Pria itu menatap sendiri ke arahnya. Seperti ia tahu dan dapat merasakan kerinduan yang Adora rasakan saat ini. Kehilangan seseorang karena maut memang akan terasa memilukan. Rasa sakitnya berbeda dengan ditinggalkan dengan cara biasa saja.

"Ayo, Pak! Saya sudah selesai. Lebih baik segera pulang, takut keburu hujan, kasihan Riri," ajak Adora yang entah sejak kapan sudah kembali berdiri, Brandon tidak menyadarinya karena tadi sibuk dengan pemikirannya.

"Oh, iya. Ayo, Ri!" Brandon pun menyodorkan tangannya kepada Valerie, tapi anak itu justru malah mendahului mengenggam tangan ibu gurunya.

Mereka bertiga pun berjalan menuju parkiran. Valerie berada di tengah, diantara Adora dan juga Brandon.

"Pa, nanti mampil beli donat sama coklat panas pakai klim, boleh? Bu Lala juga ajak saja, kita makan beltiga," ide Valerie.

"Kalau Papa boleh-boleh saja, tapi takutnya Bu Rara ada urusan lain setelah ini, Ri. Coba Riri tanya dulu, Bu Raranya mau atau nggak," kata Brandon.

Valerie menoleh dan mendongak. Sebelum ia bertanya, Adora sudah lebih dahulu mengangguk. Wanita itu tak enak hati jika menolak ajakan muridnya, padahal mereka sudah berbaik hati mau mengantarnya ke tempat peristirahatan mendiang mamanya.

"Yeay!" Valerie sangat senang ketika tahu bahwa Adora pun menyetujui ajakannya itu.

***

Kafe Nirmala

Hujan pun turun. Hawa dingin mulai terasa ke pori-pori. Apalagi semua AC di dalam bangunan kafe menyala seperti pada umumnya. Adora menarik lengan kemeja panjangnya agar bisa lebih maju karena mulai merasa kedinginan. Sedangkan Valerie untung saja di tasnya ada sebuah sweater berbahan rajut yang sempat ia kenalan saat berangkat sekolah tadi pagi.

Adora membantu anak itu untuk menggunakannya. Sejak datang ke kafe, anak itu memang sudah menempel kepadanya. Ia tidak mau duduk di sebelah Brandon. Valerie malah duduk di samping Adora sambil bercerita random seperti anak-anak pada umumnya.

"Bu, maaf, ini pakai saja!" Brandon menyodorkan jas yang baru saja ia buka kepada Adora.

"Nggak usah, Pak. Nggak apa-apa. Bapak pakai lagi saja, ini cuacanya cukup dingin, nanti Bapak malah masuk angin, apalagi Bapak juga cuma pakai kemeja polosan," tolak Adora.

"Jangan ditolak, kasihan saya lihat Ibu kedinginan! Saya ini pria sehat, badan kekar, ya, masa sama hawa dingin saja kalah? Diterima, Bu. Nggak bau keringat, kok. Kebetulan saya orangnya juga bersih, rapi, nggak jorok," tutur Brandon.

Adora pun menerimanya, ia tidak enak jika harus menolaknya kembali. Jas itu langsung ia kenakan. Memang benar, aroma parfumnya bahkan langsung tercium saat jas itu menutupi tubuh ramping Adora. Aroma maskulin khas pria-pria mapan yang gila kerja. Tidak bau apek, apalagi bau keringat.

Tak lama, pesanan mereka datang. Valerie langsung kegirangan karena dia donat yang ia pesan kini sudah ada di hadapannya. Karena ukurannya cukup besar, anak itu pun meminta Adora untuk memotongnya menjadi dua bagian dari setiap donat. Dengan senang hati Adora pun menuruti keinginan Valerie.

"Baru kali ini saya perhatikan Valerie mudah sekali dekat dengan orang dewasa yang baru dia kenal, Bu. Biasanya susah sekali. Kalau sama anak-anak lagi justru lebih cepat akrab," kata Brandon memulai bercerita.

Adora pun melemparkan sebuah senyuman. "Berarti ada kemajuan yang bagus dari Valerie, Pak. Memang kalau diperhatikan, kalau sama temen-temen seusianya juga di kelas, Valerie ini cepat sekali akrab. Dia nggak malu buat mengajak berkenalan terlebih dahulu."

"Keputusan saya menyekolahkan dia dari usia lima tahun mungkin tidak salah. Semoga saja anaknya bisa berkembang banyak, tentu sesuai dengan usianya. Kalau di rumah kasihan, paling main sama bibi saja. Sesekali paling main ke rumah sepupunya," ungkap Brandon.

"Cuma saya harus acungkan jempol buat Pak Brandon, sih. Sesibuk apapun, Bapak ini tidak acuh sama anak. Kelihatan jelas kalau Bapak ini penuh kasih sayang dan perhatian sama Valerie." Adora menyampaikan pujiannya itu untuk Brandon.

Brandon tersenyum tipis. "Kalau bukan saya yang begitu, mau siapa lagi, Bu? Istri saya sudah nggak ada, mama saya sibuk, adik saya juga sudah berumahtangga. Tentu saja Valerie tidak boleh merasa diacuhkan dan kekurangan kasih sayang."

"Bu Lala, aku bilang sama Papa mau cali mama balu, loh! Tapi aku takut mama Bella malah nanti dali Sulga," celetuk Valerie dengan polosnya.

Adora langsung mengusap punggung anak itu dengan lembut. "Kenapa marah, Ri? Riri memangnya mau punya mama baru?"

Valerie mengangguk setelah menyimpan donat yang belum habis ia makan. "Aku mau kayak teman-teman. Punya papa dan mama, Bu. Lili sedih kalena di kelas cuma Lili yang nggak ada mama, tapi tante Luna bilang kalau mama balu itu jahat dan selam. Memang iya, Bu?"

"Hush, tantemu kok didengar sih, Ri? Dia itu ngaco. Nanti Papa marahin dia, ya!" sela Brandon.

Adora pun menoel-noel hidung bangir Valerie. "Nggak juga, ah. Ibu punya mama baru dan dia baik, kok. Tergantung orangnya juga, Ri. Sama kayak kita, ada perbuatan yang baik dan buruk. Nah, orang juga begitu," jelasnya.

"Gitu, ya. Nanti Papa cali mama yang baik saja, ya. Yang sayang Lili, yang bisa kasih adek bayi buat temani Lili kalau pas di lumah," pesan Anak lima tahun itu kepada papanya.

Brandon hanya bisa mengangguk dengan pipi yang bersemu karena menahan malu di depan Adora. Bisa-bisanya anak itu membahas hal seperti ini di depan ibu gurunya.

"Ibu sudah menikah? punya suami?" Kini Valerie berpindah dengan mengajukan pertanyaan bak wanita dewasa kepada Adora.

Related chapters

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   06. Jangan Jadi Pelakor!

    "Sekali lagi makasih banyak sudah mau mengantar saya ke makam mama saya, apalagi sampai pulang ditraktir dulu dan sekarang diantarkan pulang," ucap Adora. "Nggak masalah, Bu Rara. Saya yang harusnya makasih sama Ibu karena sudah jagain Valerie sebelum saya jemput. Maaf, kalau nantinya mungkin malah jadi langganan saya repotin Ibu, apalagi kalau kerjaan saja lagi agak banyak," sahut Brandon. "Nggak apa-apa, Pak. Saya kalau diminta nungguin Valerie lama-lama juga betah, Pak. Anaknya baik, nggak rewelan juga," kata Adora sambil tertawa kecil diakhir perkataannya. "Syukurlah kalau begitu. Saya pamit, ya, Bu. Kasihan Valerie sudah kecapekan, sampai rumah pasti tetap pulas tidurnya," pamit Brandon. Valerie memang di perjalanan menuju hunian Adora sudah terlelap. Perutnya kenyang karena pada akhirnya dia menghabiskan dua donat miliknya dan juga seporsi kentang goreng beserta potongan sosis. Maka dari itu, ia tidak ikut turun dari mobil. "Iya, Pak. Hati-hati di jalan!" pesan Adora. Bran

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   07. Sakit Perut

    "Jangan pergi! Maafkan aku, tetap di sini, jangan tinggalkan aku!" Adora mengigau dalam tidurnya. Air matanya pun tumpah, walau matanya terpejam sekalipun. Suara lirih menandakan bahwa Adora benar-benar sedih. Bunga tidur itu tidak selalu indah, ada kalanya mampu menyayat hati hingga kepiluan menyelimuti raganya yang ringkih. Adora tiba-tiba terbangun. Ia duduk sambil meremas selimut yang tadi menutupi sebagian tubuhnya. Menyadari pipinya basah karena air mata, wanita itu tidak menyekanya, ia justru malah terisak. Malam itu, tepat di jam setengah dua belas, luka lama dari masa lalu kembali mengusiknya. Pada akhirnya Adora terjaga hingga sekitar pukul tiga dini hari. Setelah itu, ia terlelap hingga pagi pun tiba. Begitu bangun, wanita itu melakukan aktivitas seperti biasa. Ia mandi, bersiap, sarapan serta pergi bekerja. Matanya masih sedikit bengkak walau sudah berusaha ia samarkan menggunakan concealer. Ayumi yang melihat kedatangan sahabatnya itu dengan kondisi demikian pun menge

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   08. Dia Bukan Anak Haram

    "Oh, ya! Aku baru ingat, bukannya kita pernah ketemu di supermarket pas sama-sama pilih buah mangga?" Laluna akhirnya mengingat bagaimana ia sempat bertemu dan mengobrol dengan Adora. "Supermarket di jalan Kenanga itu, 'kan? Ya, ampun! saya juga baru ingat sekarang jadinya," sahut Adora yang bahkan sudah lupa juga bahwa mereka pernah mengobrol saat memilih buah mangga di supermarket.Laluna mengangguk. "Iya, itu. Wah, pantas saja wajah Ibu ini nggak asing. Ngomong-ngomong makasih ya sudah bawa keponakanku ke klinik. Kita belum kenalan, kan? Aku Laluna, tantenya Valerie. Panggil saja Luna.""Saya Adora, pengajar di kelas Valerie. Senang bisa berkenalan dengan Bu Luna." Adora menjabat tangan Laluna untuk berkenalan dengannya. "Sama-sama. Tolong berikan nomor rekening Bu Adora supaya aku bisa ganti biaya pengobatan Valerie!" Setelah jabat tangan itu terlepas, Laluna mengeluarkan ponselnya bersiap untuk mengganti uang yang sudah Adora keluarkan untuk biaya pengobatan keponakannya itu.

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   09. Panggil Mama

    Brandon sedang berada di pusat perbelanjaan. Ia tengah belanja beberapa keperluan rumah. Saat trolinya memasuki area frozen food, pria itu tampak sedikit bingung. Ia ingin membeli sosis yang biasa Valerie makan, tapi entah kenapa dia lupa menanyakan merk sosis tersebut kepada asisten rumah tangganya. Memang rutinitas belanja biasanya dilakukan oleh pekerjanya di rumah, tapi beberapa menit yang lalu, Valerie menghubunginya dan meminta sang papa untuk membeli beberapa barang yang anak itu inginkan. Untung saja Brandon baru saja menyelesaikan meeting dengan klien di restoran yang letaknya berdekatan dengan pusat perbelanjaan tersebut. "Saya pikir Pak Brandon nggak suka belanja seperti ini." Terdengar suara seorang wanita dari arah belakang Brandon. Pria itu pun menoleh, melihat siapa yang menyapanya dengan kata-kata hasil dari pemikiran demikian."Bu Adora? Belanja juga, Bu?" tanya Brandon begitu mengetahui bahwa wanita yang barusan berbicara adalah gurunya Valerie. "Iya, Pak. Beli

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   10. Papa Mama Beruang

    Adora pada akhirnya memegang tangan Valerie dan Jayden. Untuk kali pertama, ia menginjakkan kaki di kediaman Brandon. Ada dua asisten rumah tangga yang menyambutnya begitu memasuki bagian dalam rumah. Wanita itu di persilahkan duduk dan Brandon langsung memberikan belanjaan serta sekotak kue yang dibelikan Adora untuk Valerie kepada salah satu pekerjanya. "Ibu belikan kue? Lasa apa?" tanya Valerie. "Karena Ibu nggak tahu kue apa yang kamu suka, jadi Ibu belikan kue mangga, kesukaan Ibu. Nggak apa-apa, kan?" tanya balik Adora. "Aku suka, Bu. Yang penting mangganya manis, pasti suka," ungkapnya dengan mata yang menyipit karena lengkungan garis bibirnya kini mengarah ke atas. "Nanti Papa minta potongan kuenya, habis itu kamu makan, ya. Bu Rara hari ini jenguk kamu, Ri. Katanya mau lihat kamu makan yang lahap, makanya nanti Bu Rara juga mau makan malam sama kita, loh!" kata Brandon. Valerie menoleh, ia ingin memastikan bahwa perkataan papanya bukan sekadar bualan semata. "Memang bena

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   11. Persiapan Ulang Tahun

    Adora diantarkan pulang oleh Brandon setelah menemani Valerie hingga tidur. Anak itu memang enggan ditinggalkan ibu gurunya setelah makan malam tadi. Ia masih ingin bermain dan bahkan minta dibacakan buku dongeng saat Valerie mulai mengantuk. Adora tidak tega untuk menolaknya, maka dari itu, ia pun menuruti keinginan anak didiknya tersebut. "Makasih, Pak, sudah mau antarkan saya pulang," kata Adora sebelum ia keluar dari kendaraan pribadi Brandon tersebut. "Sama-sama, Bu. Harusnya saya malah yang bilang seperti itu, Ibu sudah mau ikut ke rumah, main sama Riri sampai akhirnya temani dia untuk bisa tidur. Saya banyak merepotkan Bu Rara selama ini, maaf dan makasih banyak, ya," balas Brandon. "Kembali kasih, Pak. Kalau begitu saya pamit, ya. Bapak hati-hati di jalan pas pulang nanti," tutur Adora seraya membuka pintu mobil. Brandon pun mengangguk dan berkata, "baik, Bu. Selamat beristirahat, semoga malam ini mimpi indah!"Adora pun keluar dari dalam mobil tersebut. Setelah menutupkan

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   01. Tidak Punya Mama

    Seorang anak berusia lima tahun tengah merengek di pinggir mobil orang tuanya. Ia tidak mau masuk sekolah. Padahal hari ini adalah hari pertama anak itu menjadi murid TK. Saat menyadari apa yang tengah terjadi, Adora Claretta Jasmeen, salah satu tenaga pengajar di sekolah tersebut pun mencoba menghampirinya. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Adora dengan ramah dan sopan. "Pagi juga, Bu. Ini anak saya nggak mau saya tinggal, padahal saya ada meeting sebentar lagi," keluh Pria yang menjadi lawan bicara Adora saat ini. "Biar saya coba bujuk, ya." Adora berjongkok sambil mengelus pipi gembul anak itu. "Hai, boleh Ibu tahu nama kamu?""Valelie, panggil Lili saja," jawab anak itu seraya mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya. "Oh, Valerie? Nama yang bagus. Nama Ibu Adora, panggil saja Bu Rara. Ibu boleh tahu kenapa papa Valerie nggak boleh pergi?" tanya Adora yang memahami ucapan gadis kecil itu yang belum fasih mengatakan namanya dengan benar. "Aku takut. Nant

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   02. Dia Bukan Anakku!

    "Bu Rara, maaf kami jadi merepotkan. Terima kasih sudah mau menemani Valerie sampai saya datang," kata Brandon. "Nggak masalah, Pak. Sudah termasuk tugas saya sebagai guru Valerie," sahut Adora mengulas sebuah senyuman. "Ayo, pulang! Aku mau tempel gambar aku di kamar, Pa," ajak Valerie sambil narik-narik ujung kemeja Brandon. "Iya, sebentar. Papa 'kan harus pamitan sama Bu Rara dulu," kata Brandon. "Oke, deh. Ibu, besok ketemu lagi sama aku, ya!" Mata Valerie menyipit seiring lengkungan bibir yang menghadap ke atas itu muncul. "Tentu. Besok kita main bersama lagi, ya!" jawab Adora sambil beberapa kali mengelus pucuk kepala muridnya. "Kalau begitu, kami pamit, Bu. Sekali lagi makasih sudah mau temani Valerie. Sampai bertemu besok," pamit Brandon. "Sama-sama, Pak. Baik, hati-hati di jalan, ya. Dah, Valerie, jangan lupa cuci tangan dan kaki kalau sudah sampai rumah, ya!" Adora melambaikan tangannya. Valerie pun mengangguk. Ia membalas lambaian tangan gurunya sebelum benar-benar m

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   11. Persiapan Ulang Tahun

    Adora diantarkan pulang oleh Brandon setelah menemani Valerie hingga tidur. Anak itu memang enggan ditinggalkan ibu gurunya setelah makan malam tadi. Ia masih ingin bermain dan bahkan minta dibacakan buku dongeng saat Valerie mulai mengantuk. Adora tidak tega untuk menolaknya, maka dari itu, ia pun menuruti keinginan anak didiknya tersebut. "Makasih, Pak, sudah mau antarkan saya pulang," kata Adora sebelum ia keluar dari kendaraan pribadi Brandon tersebut. "Sama-sama, Bu. Harusnya saya malah yang bilang seperti itu, Ibu sudah mau ikut ke rumah, main sama Riri sampai akhirnya temani dia untuk bisa tidur. Saya banyak merepotkan Bu Rara selama ini, maaf dan makasih banyak, ya," balas Brandon. "Kembali kasih, Pak. Kalau begitu saya pamit, ya. Bapak hati-hati di jalan pas pulang nanti," tutur Adora seraya membuka pintu mobil. Brandon pun mengangguk dan berkata, "baik, Bu. Selamat beristirahat, semoga malam ini mimpi indah!"Adora pun keluar dari dalam mobil tersebut. Setelah menutupkan

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   10. Papa Mama Beruang

    Adora pada akhirnya memegang tangan Valerie dan Jayden. Untuk kali pertama, ia menginjakkan kaki di kediaman Brandon. Ada dua asisten rumah tangga yang menyambutnya begitu memasuki bagian dalam rumah. Wanita itu di persilahkan duduk dan Brandon langsung memberikan belanjaan serta sekotak kue yang dibelikan Adora untuk Valerie kepada salah satu pekerjanya. "Ibu belikan kue? Lasa apa?" tanya Valerie. "Karena Ibu nggak tahu kue apa yang kamu suka, jadi Ibu belikan kue mangga, kesukaan Ibu. Nggak apa-apa, kan?" tanya balik Adora. "Aku suka, Bu. Yang penting mangganya manis, pasti suka," ungkapnya dengan mata yang menyipit karena lengkungan garis bibirnya kini mengarah ke atas. "Nanti Papa minta potongan kuenya, habis itu kamu makan, ya. Bu Rara hari ini jenguk kamu, Ri. Katanya mau lihat kamu makan yang lahap, makanya nanti Bu Rara juga mau makan malam sama kita, loh!" kata Brandon. Valerie menoleh, ia ingin memastikan bahwa perkataan papanya bukan sekadar bualan semata. "Memang bena

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   09. Panggil Mama

    Brandon sedang berada di pusat perbelanjaan. Ia tengah belanja beberapa keperluan rumah. Saat trolinya memasuki area frozen food, pria itu tampak sedikit bingung. Ia ingin membeli sosis yang biasa Valerie makan, tapi entah kenapa dia lupa menanyakan merk sosis tersebut kepada asisten rumah tangganya. Memang rutinitas belanja biasanya dilakukan oleh pekerjanya di rumah, tapi beberapa menit yang lalu, Valerie menghubunginya dan meminta sang papa untuk membeli beberapa barang yang anak itu inginkan. Untung saja Brandon baru saja menyelesaikan meeting dengan klien di restoran yang letaknya berdekatan dengan pusat perbelanjaan tersebut. "Saya pikir Pak Brandon nggak suka belanja seperti ini." Terdengar suara seorang wanita dari arah belakang Brandon. Pria itu pun menoleh, melihat siapa yang menyapanya dengan kata-kata hasil dari pemikiran demikian."Bu Adora? Belanja juga, Bu?" tanya Brandon begitu mengetahui bahwa wanita yang barusan berbicara adalah gurunya Valerie. "Iya, Pak. Beli

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   08. Dia Bukan Anak Haram

    "Oh, ya! Aku baru ingat, bukannya kita pernah ketemu di supermarket pas sama-sama pilih buah mangga?" Laluna akhirnya mengingat bagaimana ia sempat bertemu dan mengobrol dengan Adora. "Supermarket di jalan Kenanga itu, 'kan? Ya, ampun! saya juga baru ingat sekarang jadinya," sahut Adora yang bahkan sudah lupa juga bahwa mereka pernah mengobrol saat memilih buah mangga di supermarket.Laluna mengangguk. "Iya, itu. Wah, pantas saja wajah Ibu ini nggak asing. Ngomong-ngomong makasih ya sudah bawa keponakanku ke klinik. Kita belum kenalan, kan? Aku Laluna, tantenya Valerie. Panggil saja Luna.""Saya Adora, pengajar di kelas Valerie. Senang bisa berkenalan dengan Bu Luna." Adora menjabat tangan Laluna untuk berkenalan dengannya. "Sama-sama. Tolong berikan nomor rekening Bu Adora supaya aku bisa ganti biaya pengobatan Valerie!" Setelah jabat tangan itu terlepas, Laluna mengeluarkan ponselnya bersiap untuk mengganti uang yang sudah Adora keluarkan untuk biaya pengobatan keponakannya itu.

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   07. Sakit Perut

    "Jangan pergi! Maafkan aku, tetap di sini, jangan tinggalkan aku!" Adora mengigau dalam tidurnya. Air matanya pun tumpah, walau matanya terpejam sekalipun. Suara lirih menandakan bahwa Adora benar-benar sedih. Bunga tidur itu tidak selalu indah, ada kalanya mampu menyayat hati hingga kepiluan menyelimuti raganya yang ringkih. Adora tiba-tiba terbangun. Ia duduk sambil meremas selimut yang tadi menutupi sebagian tubuhnya. Menyadari pipinya basah karena air mata, wanita itu tidak menyekanya, ia justru malah terisak. Malam itu, tepat di jam setengah dua belas, luka lama dari masa lalu kembali mengusiknya. Pada akhirnya Adora terjaga hingga sekitar pukul tiga dini hari. Setelah itu, ia terlelap hingga pagi pun tiba. Begitu bangun, wanita itu melakukan aktivitas seperti biasa. Ia mandi, bersiap, sarapan serta pergi bekerja. Matanya masih sedikit bengkak walau sudah berusaha ia samarkan menggunakan concealer. Ayumi yang melihat kedatangan sahabatnya itu dengan kondisi demikian pun menge

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   06. Jangan Jadi Pelakor!

    "Sekali lagi makasih banyak sudah mau mengantar saya ke makam mama saya, apalagi sampai pulang ditraktir dulu dan sekarang diantarkan pulang," ucap Adora. "Nggak masalah, Bu Rara. Saya yang harusnya makasih sama Ibu karena sudah jagain Valerie sebelum saya jemput. Maaf, kalau nantinya mungkin malah jadi langganan saya repotin Ibu, apalagi kalau kerjaan saja lagi agak banyak," sahut Brandon. "Nggak apa-apa, Pak. Saya kalau diminta nungguin Valerie lama-lama juga betah, Pak. Anaknya baik, nggak rewelan juga," kata Adora sambil tertawa kecil diakhir perkataannya. "Syukurlah kalau begitu. Saya pamit, ya, Bu. Kasihan Valerie sudah kecapekan, sampai rumah pasti tetap pulas tidurnya," pamit Brandon. Valerie memang di perjalanan menuju hunian Adora sudah terlelap. Perutnya kenyang karena pada akhirnya dia menghabiskan dua donat miliknya dan juga seporsi kentang goreng beserta potongan sosis. Maka dari itu, ia tidak ikut turun dari mobil. "Iya, Pak. Hati-hati di jalan!" pesan Adora. Bran

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   05. Ibu Sudah Menikah?

    Valerie menatap pusara mama Adora. Ia pun menoleh ke arah ibu gurunya itu sambil menatap sedih. Anak itu mengenggam tangan Adora dengan lembut ia pun mengatakan sesuatu yang membuat hatinya tersentuh. "Ibu, jangan nangis, nanti mama Ibu sedih lihatnya. Pasti dali Sulga mama Ibu sudah senyum sekalang lihat kita."Adora pun menoleh sembari tersenyum manis. "Nggak, kok. Ibu nggak nangis, nih lihat Ibu senyum lebar."Padahal sebernarnya Adora sudah mulai merasa bersedih. Setiap kali mengunjungi mamanya itu, ia sering menceritakan berbagai hal dengan sesekali derai air mata pun bercucuran. Apalagi kepergian sang mama bersangkutan dengan apa yang telah menimpa Adora. Rasa bersalah bertahun-tahun menyelimuti dirinya. Andai kejadian di masa lalu itu tidak pernah terjadi, mungkin saja mamanya masih ada hingga saat ini. Mereka bisa menjadi keluarga yang hangat, berkumpul bersama seperti dulu. Namun, kali ini tentu ia tidak dapat melakukannya. Ada anak kecil yang melarangnya untuk bersedih. Te

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   04. Ajakan Brandon

    Brandon menyesap rokok miliknya. Kepulan asap itu pun mengudara. Ia tengah berada di sebuah kafe. Menikmati secangkir kopi dengan nuansa vintage yang melekat dengan dekorasi tempat usaha tersebut. "Gimana rasa kopinya? Itu menu baru yang aku buat sendiri. Kamu orang ketiga yang mencoba kopi itu." Seorang pria duduk di hadapan Brandon. "Cukup enak. Tidak terlalu pahit, tapi aku bisa merasakan rasa asli kopinya. Ini bagus, kamu bisa menjualnya mulai hari ini," jawab Brandon. "Oke. Aku akan menjual kopi ini mulai besok saja. Gimana kabar Valerie? Aku dengar dia mulai masuk sekolah," tanya Lionel, pria yang menjadi lawan bicara Brandon itu. "Ya. Dia mulai masuk TK. Walau pelafalan huruf R-nya belum lancar, setidaknya anak itu sekarang bisa mulai belajar berinteraksi dengan teman-teman seusianya," tutur Brandon sambil mengetukkan batang rokok ke asbak untuk menjatuhkan abunya. Lionel mengangguk. "Itu bagus untuknya. Nggak terasa, anak itu semakin besar. Begitu juga dengan Jayden, bukan

  • Menjadi Ibu Setelah Gagal Menikah   03. Mama Baru

    "Halo, Pa!" Adora mengangkat panggilan dari papanya yang kini tinggal jauh darinya. "Halo, Ra. Gimana kabar kamu? Sudah makan?" tanya Nicholas. "Baik, kok. Kabar aku juga baik. Gimana kabar, Papa? Usaha Papa lancar, kan?" Adora balik bertanya untuk mengetahui kabarnya. "Baik juga. Restoran berjalan lancar, bulan sekarang bahkan omsetnya besar. Papa barusan sudah kirim uang buat kamu, Ra. Tolong dicek nanti habis kita teleponan, ya!" pesan sang Papa. "Padahal nggak usah repot-repot kirim, Pa. Aku juga masih ada uang, kok. Mending Papa pakai buat tambah modal usaha lagi. Oh, ya, gimana kabar tante Naura?" Kali ini Adora menanyakan kabar mama tirinya. "Jangan gitu, ah! Papa juga usaha ya buat kamu juga, Ra. Papa nggak enak sudah tinggalkan kamu sendiri di sana. Kabar tante Naura baik. Dia lagi ngajar les muridnya, paling pulang setengah jam lagi," jawab Nicholas. "Bukan Papa yang tinggalin aku, tapi aku yang mau tetap tinggal di sini. Lagian aku nggak bisa jauh dari kota ini, Pa. Ta

DMCA.com Protection Status