Share

Perundingan

Author: Auphi
last update Last Updated: 2024-06-02 16:13:29

Jose buru-buru melepas rambut Julia lalu mengenakan kacamata hitamnya. Setelah itu dia melenggang, melewati wanita itu dan asistennya, seolah tak terjadi apa-apa.

Wanita yang baru masuk itu mendekat perlahan, dan ketika melihat situasi Julia dia kembali berseru, "Astaga! Ada apa denganmu? Siapa bajingan tadi? Apa perlu kulapor polisi?"

"Tidak apa-apa, Ma'am. Aku baik-baik saja. Ada perlu apa Anda kemari?"

Julia buru-buru bangkit seraya merapikan baju dan rambutnya yang berantakan.

"Hmmm, mau menginformasikan kalau sewa toko akan kunaikkan untuk kontrak berikutnya. Seperti yang kau tahu... harga-harga sedang naik, tentu saja pemeliharaan gedung pun ikut naik."

Julia nyaris tak percaya. Mukanya masih berantakan sesudah dihajar Jose, namun pemilik gedung sudah langsung mencecarnya dengan uang sewa.

Sepertinya, empati adalah barang langka di zaman modern.

"Hello Ms. Julia, still here?" Wanita berambut keperakan itu mulai gerah melihat sikap diam penyewanya.

"Ehm, ya maaf sudah bikin Anda menunggu. Masalah kenaikan sewa, apa tidak bisa dirundingkan lagi Ma'am? Seperti yang Anda tahu, bisnis sedang sulit belakangan ini."

Pemilik gedung dengan riasan wajah paripurna menatap Julia tak percaya. "Oh ayolah Ms. Julia. Kita hidup di salah satu kota paling makmur di New York. Jangan menipuku dengan omong kosong."

Suara sang nyonya yang mulai meninggi, bikin Julia menyerah. Bagaimana pun, wanita paruh baya di depannya adalah pihak yang berkuasa.

"Baiklah Ma'am, izinkan saya memikirkan lebih dulu. Saya perlu waktu."

"Hmm, jangan kelamaan. Kalau kau tak mau, masih banyak yang mau sewa gedung ini."

Setelahnya, perempuan itu pergi begitu saja. Tinggallah Julia, terduduk lemas sendirian, di pojok ruangan.

Rasanya begitu sepi juga miris.

Tabungan makin tipis, bisnis makin sulit, sedangkan tempat usaha akan dinaikkan sewanya. Diatas segalanya, mantan pacarnya pun datang bagai mimpi buruk yang muncul tiba-tiba dari kegelapan.

Setelah berpikir panjang, Julia memutuskan untuk bertaruh sekali lagi dengan kehidupan.

Keesokan paginya, ketika si kembar sedang membeli roti dan cupcake, Julia yang putus asa mengutarakan niatnya.

"Katakan pada papa bahwa Aunty ingin bicara."

Jill menatap heran dengan mata bulatnya yang besar sedangkan Jim yang lebih blak-blakan langsung ke inti pembicaraan.

"Aunty mau jadi mama kami?"

Julia mengutuki keterus-terangan si sulung Westwood dalam hati. "Ehm, sampaikan saja pesanku. Papa kalian pasti mengerti."

Kedua bocah itu saling tatap sebelum tersenyum sangat lebar, nyaris bersamaan. Mungkin karena perasaan mereka sedang bagus, kue yang mereka beli lebih banyak dari biasanya.

Kepergian kedua bocah Westwood meninggalkan Julia dalam dilema yang baru. Dia takut jika tindakannya ini akan memicu prasangka negatif dari Jhon Westwood.

Ketika sedang mondar-mandir tak karuan, ponselnya mendadak berdering. Julia membiarkan benda mungil tersebut sampai diam sendiri. Dia belum siap menghadapi Jhon sekarang.

Akan tetapi, ponselnya kembali berdering, lebih lama dari yang tadi. Tak punya pilihan, Julia mengangkatnya takut-takut. "Halo, dengan siapa?"

Suara maskulin dari seberang sana menyahut tak sabar. "Kudengar, kamu ingin bicara denganku?"

"Ehm, anu... itu tak... ."

"Kalau begitu persiapkan dirimu. Pukul tujuh malam, sopirku akan menjemput."

Klik.

Sambungan terputus begitu saja. Julia menatap ponselnya terkesima, seolah pembicaraannya barusan cuma khayalan. Pria dominan itu tak memberi waktu sedikitpun baginya untuk berkilah, mendebat, atau menolak.

"Dasar sialan!"

Julia mengumpat meski dalam hati sadar bahwa dia tak punya pilihan yang lebih baik.

Oleh sebab itu, membuang harga dirinya ke jalanan kota yang keras, dia mentaati perintah Jhon.

Memakai gaun paling indah serta koleksi tasnya yang paling mahal, Julia menunggu di ruang tamunya yang sempit dan suram.

Tepat pukul tujuh, ponselnya kembali bergetar.

[Turun segera. Sopirku sudah dibawah]

Setengah berlari, Julia menuruni tangga dari lantai dua hingga tiba di parkiran hanya untuk melihat pria bersetelan rapi sedang berdiri tegak di depan sebuah Cadillac metalik.

"Selamat sore, apakah Anda miss Julia?"

Pakaian rapi sang sopir ditambah bahasa tubuh yang sopan membuat Julia tiba-tiba saja merasa sangat dihargai, layaknya orang penting.

"Ya, dan Anda?" ujarnya berusaha tenang.

"Saya George, supir pribadi Mr. Westwood."

Usai perkenalan singkat, pria itu langsung membuka pintu mobil, meminta Julia masuk dengan gestur yang amat elegan.

Sama-sama orang asing yang baru ketemu, perjalanan mereka lalui dalam keheningan sebab tak ada topik yang bisa dibicarakan.

"Mr.George, apakah Anda sudah lama bekerja dengan Mr. Westwood?" Akhirnya Julia membuka percakapan.

"Ehm, bisa dibilang begitu. Saya sudah jadi sopir beliau sejak Mr. Westwood masih remaja."

"Sepertinya, Mr. Westwood tak banyak bicara... maksudku, beliau pribadi yang tidak mudah didekati, benarkah?"

Julia membuat pernyataan yang menyediakan ruang untuk perdebatan. Tujuannya, tentu saja ingin cari tahu seperti apa sikap Jhon sesungguhnya.

Sayangnya, umpan ini tak dimakan si sopir. Dengan wajah sekaku kayu, dia menatap Julia dari center mirror.

"Maaf Nona, tapi seperti apa sikap Mr. Westwood bukanlah urusan saya."

Teguran tersirat ini sudah cukup bikin Julia bungkam hingga mereka sampai di restoran.

Tempat ini dikelola salah satu keluarga paling terkemuka di New York selama seratus tahun lebih. Kenyataan bahwa tempat bernama Imperial Corner ini masih berdiri megah setelah sekian lama membuktikan restoran tersebut tidak sekedar menjual makanan.

Benar saja. Ketika Julia memasuki private room, suasananya sudah mirip ruang jamuan makan malam di film-film kolosal yang pernah dia tonton, dengan pria dominan bernama Jhon duduk di kepala meja. Sikapnya anggun bak aristokrat dari abad pertengahan.

"Sepertinya jalanan sangat macet, ya? Kamu lebih lama dari yang kukira."

Julia nyaris mengernyit mendengar sapaan yang tidak lazim ini. Akan tetapi sebagai pihak yang butuh, keinginan untuk kabur ditekannya kuat-kuat.

"Maaf, membuat Anda menunggu, Mr. Westwood." Julia menyahut seraya duduk di depan Jhon.

Kini mereka berhadapan dengan jarak sekitar satu meter lebih sedikit. Keduanya saling tatap, saling mencoba memahami isi kepala masing-masing.

Dari jarak sedekat ini, Julia bisa melihat betapa sempurna wajah Jhon. Aura aristokrat yang dia pancarkan begitu kentara hingga tak banyak wanita yang bisa bersanding. Aktris favoritnya, Vivienne Miller, mungkin adalah satu dari sedikit orang.

"Kenapa menatapku?" Jhon memicing sebelum melonggarkan dasi monokromnya. "Jadi, bagaimana kalau kita bersantap dulu."

Julia mengedik tak acuh. "Terserahmu saja."

Jhon bertepuk dan pria yang berjaga di depan pintu pun masuk menanyakan keinginan pelanggan dengan cara sangat sopan, seperti menghadapi bangsawan.

"Baik Tuan, pesanan Anda akan segera tiba," ujarnya sebelum beranjak dari ruangan.

Begitu pintu tertutup, barulah Julia membuka mulut. "Well, kukira hal semacam itu tak ada lagi di masa sekarang."

"Maksudmu?"

"Layanan zaman kuno... maksudku bangsawan dan segala etikanya."

"Apa yang kau harapkan? Ini Imperial Corner."

Tak lama berselang, hidangan makan malam pun disajikan. Walaupun rasanya lezat dengan tampilan menarik, Julia tak bisa bilang kalau dia menikmati dinner ini.

Dihidangkan dalam porsi amat kecil, makanan ini lebih tepat diberikan pada bayi ketimbang orang dewasa.

"Bagaimana? Kamu suka makanannya?" tanya Jhon yang sedang menikmati wine sebagai penutup makan malam yang mewah.

"Hmm, ya tentu saja. Ini sangat luar biasa."

Tatapan Jhon berubah skeptis. "Benarkah? Dari pengamatanku begitu ceritanya."

Demi alasan kenyamanan, Julia tidak menyahut perkataan lawan bicaranya. Diam-diam dia menyesap wine mahal itu, menikmati setiap sensasi yang dikirimkan ke lidahnya. Walau tentu saja, dia tak bisa membedakannya dengan wine murahan yang kerap dia minum di bar langganan.

"Sekarang, bisa kamu jelaskan ada apa dengan pertemuan mendadak ini?"

Tiba-tiba diberondong pertanyaan sulit saat belum siap, Julia nyaris tersedak wine-nya. Agak tersipu, dia pun mengutarakan maksud hati.

"Setelah dipikirkan lagi... aku sepertinya tertarik dengan tawaran Anda. Aku... bersedia menjadi ibu bagi kedua anak Anda."

Related chapters

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Dia Istriku

    Ada senyum tipis di bibir Jhon.Seharusnya, terlihat indah di wajah maskulinnya yang agung. Akan tetapi, Julia tak bisa menikmati sebab di matanya senyum itu lebih mirip ejekan. Memutar gelas wine-nya perlahan, Jhon bertanya lagi. "Kenapa tiba-tiba? Bukannya... kau sangat benci padaku?Memang! Hampir saja Julia meneriakkan kata ini. Untunglah otaknya lebih cepat bertindak dari pada mulutnya. "Seperti yang Anda tahu, hati manusia gampang berubah.""Aku tidak begitu," sambar JhonSebab kau bukan manusia! Lagi-lagi pikiran Julia mendebat si sombong Westwood. "Jadi, apa tawaran Anda kemarin masih berlaku?" tanya Julia pasrah. Berdebat dengan Jhon tak akan ada ujungnya, terlebih ketika dia pihak yang kalah. "Boleh, akan tetapi kontrak yang bisa kutawarkan jauh lebih rendah dari yang seharusnya."Julia yang sedang memainkan ujung jarinya terkesiap. "Maaf?"Jhon tak menyahut, melainkan meletakkan sebuah dokumen di depan wanita cantik bergaun biru itu. Demi memuaskan rasa penasaran, Ju

    Last Updated : 2024-06-02
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Wanita Misterius

    Baik Julia maupun sang mantan sama-sama terkesiap, bahkan pegangan Jose pada rambutnya sampai terlepas. "Bedebah sialan! Kau siapa, hah? Berani mengatur-atur hidupku?" Sorot mata Jhon dingin, penuh ancaman. "Kau tuli? Sudah kubilang dia istriku." Ternyata, bahasa tubuh Jhon tak membuat bocah Ramirez ciut. Dengan berani dia mendatangi pria yang berdiri tegak beberapa meter dari tempatnya. "Istrimu? Kalau kau tak bisa menunjukkan sertifikat perkawinan, jangan membual. Lagipula, apa peduliku kalau dia istrimu?" Mata Jhon menyipit, memindai muka Ramirez dengan seksama. Tato kecil di bagian kiri leher menunjukkan bahwa ini anggota geng mafia kecil di wilayah pantai timur. Penuh penekanan, Jhon bertanya sekali lagi. "Apa kau yakin ingin cari masalah denganku?" Bukannya bersurut langkah, Jose malah makin menjadi. Tangannya yang kekar menyentuh pipi Jhon, menepuk-nepuknya seperti memperlakukan seorang bocah. "Tentu saja. Bocah manja yang takut sinar matahari sepertimu tida

    Last Updated : 2024-06-02
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Ambigu

    Julia terperangah, sebab dia sama sekali tak punya bayangan akan identitas wanita cantik bertubuh indah, yang berdiri angkuh di depannya. "Maaf, apakah saya mengenal Anda?" Wanita menakjubkan itu menyeringai aneh. Dengan anggun dia melepas kacamata yang bertengger manis di wajahnya, dan seketika Julia nyaris terpekik. Ternyata dia bintang film terkenal di Amerika, dan juga aktris idolanya sejak belia. "Anda.... Vivienne Miller?" Mata Julia mengerjap. Respon spontannya mengundang seringai sinis dari sang aktris. "Jadi, apakah kau sekarang sudah mengenalku?" Julia memperbaiki sikap tubuh dan nada bicaranya. Seulas senyum lebar terpatri di wajahnya. "Ma--maf, tidak langsung mengenali Anda. Apakah Anda bersedia mengambil foto dengan saya? Ini sungguh luar biasa!" "Bakery Lady, menurutmu aku datang kemari mau berfoto?" Suara Vivienne begitu ketus hingga dalam seketika Julia sadar bila sang aktris tengah menatap jijik. Menyadari tindakan noraknya membuat dia makin dipanda

    Last Updated : 2024-08-10
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Nostalgia

    Seperti biasa, tuan Jhon yang terhormat tak mau dipersalahkan. Oleh sebab itu, Julia pun tak melanjutkan bantahannya. Dengan tatapan penuh intimidasi, dia hanya menunjukkan gestur tubuh yang isyaratnya jelas. Meminta pria di depannya segera membuka baju. Tanpa banyak bicara, Jhon membuka kancing kemejanya dan menunjukkan bagian bahu yang lebam gara-gara hantaman bola bisbol. "Tahanlah, ini akan sedikit sakit." Julia berkata sambil menempelkan balok es ke bagian tersebut. Gara-gara rasa bersalah, dia bergerak sepelan mungkin sambil mengamati wajah Jhon yang berkerut menahan rasa sakit. "Kenapa kau harus berjaga dibalik pintu dengan tongkat bisbol? Seolah kita hidup di negara berkonflik saja," protesnya. "Kau mungkin tidak, tapi aku punya.""Maksudmu dengan bocah Ramirez? Tenang saja, dia masih terkapar di rumah sakit."Julia menekan bahu Jhon sedikit lebih keras hingga pria itu mengaduh. "Bagaimana kau tahu?"

    Last Updated : 2024-08-13
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Nyonya Rumah

    Seminggu berselang, baik Julia dan Jhon sudah di kantor pencacatan sipil untuk mendaftarkan perkawinan mereka. Dalam waktu singkat, keduanya sudah sah sebagai pasangan suami-istri di mata hukum, meski tentu saja tak ada pesta yang diangankan Julia waktu masa mudanya dulu. Matanya yang indah mengerjap cepat, menatap jari manisnya yang tampak kosong. Jangankan pesta, bahkan untuk sekedar membeli cincin perkawinan pun, Jhon tak sudi. 'Setidaknya, dia membeimu ratusan ribu dolar setahun.' Hati kecil Julia berbisik dalam upaya putus asa untuk menenangkan hati yang mendadak mendung. Tiba-tiba, "apa yang kau pikirkan?" tanya Jhon yang sejak tadi duduk diam di sisinya. "Tak ada. Cuma agak kaget karena tiba-tiba saja aku sudah jadi istri seseorang."Jhon menyeringai tipis seraya menenggak sampanye. "Maka biasakan dirimu. Sebab menjadi istriku butuh tanggung jawab yang besar.""Aku tahu."Keduanya kembali terdiam dal

    Last Updated : 2024-08-14
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Miranda

    Meski kesal setengah mati, Julia bersiap-siap juga di kamarnya setelah kepergian Jhon. Dia memilih salah satu evening gown dari kopernya, yang ternyata sudah diantar, ketika dia tidur tadi. Setelah mematut diri dengan cepat, dia pun turun ke lantai satu. Hanya selang beberapa menit sampai di bawah, pelayan melaporkan bila tamu mereka sudah datang. Jhon menarik tangannya, dan mereka berjalan beriringan, menuju pintu utama. Tampak mesra, layaknya pengantin baru. "Wah, kau hebat, Dude. Nasibmu memang bagus dengan para gadis." Salah satu tamu yang sepertinya rekan Jhon sesama pengacara, langsung menepuk lengannya dengan akrab sembari melempar senyum ramah pada Julia. "Sabarlah dengan temanku, mukanya memang selalu kaku mirip kayu kering," bisiknya lagi sambil merangkul Julia. Mendapat respon hangat, rasa panik yang melanda Julia mendadak hilang. Sayangnya, hal serupa tak berlaku ketika pasanga

    Last Updated : 2024-08-15
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Pelajaran

    Julia mulai waspada. Tak ada yang tahu apa motif Miranda sesungguhnya, sebab di dunia ini, nyaris tak ada hal yang gratis. Apalagi, mereka baru saja saling kenal. "Maksud Anda, Ma'am?" tanyanya"Mengapa kau jadi waspada?" Dengan muka tetap datar, Miranda duduk pada salah satu kursi taman. "Sejujurnya, aku hanya muak dengan kelakuan mereka. Bertingkah seperti orang terhormat, padahal tak lebih baik dari kaum barbar."Meski skeptis, Julia memilih duduk di hadapan Miranda, menunggu wanita yang mungkin sebaya dengan ibunya itu melanjutkan cerita. Tak menunggu lama, Miranda pun langsung ke inti pembicaraan. "Sebaiknya berhati-hati dengan Vivienne. Ayahnya cukup berkuasa, jangan sampai firma hukum suamimu jadi terpengaruh.""Ya, aku tahu." Julia menyahut tenang seraya menatap kejauhan. "Selain itu, kau juga harus waspada. Jhon dan Vivienne adalah teman masa kecil... maksudku, mereka berdua sudah kenal sejak lama dan bisa d

    Last Updated : 2024-08-16
  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Ibu

    Julia buru-buru menarik selimut lalu menutup seluruh tubuhnya. Dengan suara bergetar, menahan amarah, dia melempar sumpah serapah. "Brengsek kau, Jhon. Semoga kau membusuk di neraka." Sebagai pria menyebalkan, Jhon hanya membalas dengan tatapan mencibir. "Sayang sekali, justru aku yang menciptakan neraka bagi hidup orang lain. Ckckckck.. Kau tak kenal suamimu sama sekali." Usai berkata demikian, dia segera beranjak. Ketika pintu kamarnya sudah tertutup, barulah Julia meratapi diri. Berjalan tertatih, dia masuk ke kamar mandi lalu merendam dirinya dalam bath up berisi air hangat. Sekujur tubuhnya yang kena sentuhan John, dia gosok sekeras mungkin. Lantaran rasa lelah yang menggerogoti pikirannya, Julia jadi tertidur dalam bath up. Ketika tubuhnya mulai tak nyaman akibat rasa dingin, barulah dia terjaga dan langsung keluar dari sana. "Bbbbrrrr..." Mengkertakkan g

    Last Updated : 2024-08-17

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Class Action

    Sementara itu, gugatan class action yang menimpa perusahaan keluarga Caroline masih bergulir seperti bola api. Karena keluarga sang dekan cukup terkemuka, banyak pihak ikut terseret. Mulai dari politikus sampai praktisi dunia kesehatan. "Hakim dan dewan juri yang terhormat, seperti yang kita ketahui bersama, kebanyakan korban yang mengalami kram dada adalah mereka yang mengkonsumsi minuman bersoda. Jadi, masalah terjadi bukan pada obat yang diproduksi Protect Pharma."Jhon mengemukakan kalimat pembuka yang membela kepentingan kliennya. Pagi ini dia tampak bersemangat sebab jaksa secara tiba-tiba mencabut bukti yang diajukan pada persidangan sebelumnya. "Keberatan." Pengacara yang membela pihak lawan mendebat. "Mereka yang tidak mengkonsumsi minuman bersoda juga terkena kram dada.""Benar, tetapi air yang mereka minum mengandung Kalium yang tinggi, sebagian lagi mengkonsumsinya bersamaan dengan obat lain."Sembari berkata demik

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Lima Menit

    Setelah babak kesedihan Jill usai, hidup berlanjut seperti biasa, kecuali untuk satu hal. Kehamilan Julia. Mual yang dia rasakan makin sering sementara Jhon belum juga usai dengan pergelutan di ruang sidang. Mau tak mau, Julia harus lebih mandiri dalam menjalani semuanya. Seperti pagi ini misalnya. Mereka seharusnya memeriksan kehamilannya yang sudah menginjak dua bulan. Akan tetapi, karena ada sidang yang tak bisa ditinggalkan Jhon, terpaksa dia pergi sendiri. "Kau yakin? Kunjungan ke dokter bisa kita jadwalkan ulang." Jhon menatapnya khawatir "Jangan berlebihan, Jhon. Aku kesana cuma duduk manis, dokter yang melakukan semuanya." "Kalau begitu, aku akan meminta Tim mengantarmu. Terlalu bahaya kalau menyetir sendirian." Tanpa menunggu persetujuannya, Jhon langsung menelepon sang ajudan. Setengah jam berselang, Tim sudah di rumah. Lengkap dengan seragam dan ekspresi kakunya. "Kita langsung be

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Apakah Kau Akan Tetap Sayang Kami?

    Meski heran, Jhon pasrah saja saat Julia menghelanya keluar. Dia masih sempat melirik petugas apotek yang baru diajak istrinya bicara. "Kalau tak salah, petugas apotek tadi temanmu yang jahat itu, kan?" ujarnya saat mereka sudah di mobil. "Ya, aku pun tak menyangka dia bekerja di rumah sakit.""Tentu saja. Dia sudah di blacklist dari dunia hukum."Julia tak berkomentar apa-apa. Tanpa campur tangan Jhon pun, karir Selena sudah pasti tamat setelah video perselingkuhannya dengan Collins tersebar.Dia pernah dengar bahwa partner senior firma Westwood tersebut punya istri yang tangguh. Tak ada kesempatan bagi perempuan simpanan Collins untuk bertahan hidup, kalau sampai ketahuan. Terhadap nasib yang menimpa Selena, tak ada sedikitpun rasa sesal. Bekas temannya itu hanya menuai badai yang dia tabur. "Kita beli obatmu di sini saja," kata Jhon tiba-tiba seraya parkir di depan sebuah apotek. Membiarkan suaminya ambi

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Kemunculan Selena

    Kekagetan di wajah Jhon, dalam sekejap berubah jadi kemarahan. "Kau menganggapku apa, July? Aku diam karena terlalu kaget, senang, terharu, semuanya campur aduk. Bukan karena tak menginginkan anak kita."Emosi yang melanda Julia sekejap tadi, mendadak sirna. Rasa lega luar biasa membanjiri sekujur tubuhnya. Pria yang dia cintai, ternyata menginginkan anak yang dikandungnya. "Benarkah?" ujarnya tanpa bisa menyembunyikan kelegaan. Air mata haru mulai membanjiri pipinya. "Terima kasih, Jhon. Terima kasih."Kedua tangan Jhon mendekap istrinya erat. "Kenapa berterima kasih? Aku yang harus melakukannya. Kau mau melahirkan anak kita, July. Kau perempuan luar biasa."Untuk sesaat, ruangan itu dipenuhi rasa haru oleh alasan berbeda. Julia bahagia karena Jhon menerima anak yang dikandungnya dan sebaliknya, Jhon senang karena sang istri rela melahirkan anaknya. "Kau yakin, July?" ujar Jhon parau. "Kudengar, melahirkan bisa merusak tubuh

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Bukan Bayi Westwood

    Kembali, keheningan menyapu udara. Sebagai dosen dan pakar hukum yang disegani, Miranda memang terkenal akan jargon yang satu ini : semua orang layak didengarkan. Dan perempuan didepannya memakai senjata yang sama untuk menyerangnya. "Katakan apa yang kau mau. Aku cuma punya dua menit," ujar Miranda akhirnya. "Berhenti mempersulit suamiku.""Dalam hal apa aku mempersulit suamimu? Jangan suka asal bicara!"Secara logika, memang tak masuk akal Miranda mempersulit Jhon, tapi bagi orang yang sedang terluka, apapun jadi mungkin. "Apakah Anda tak berani mengakui bila saksi dari pihak Jhon, Anda intervensi? Dan juga... apakah Anda cukup pengecut sehingga tak berani bilang bahwa bukti yang diajukan Jaksa di pengadilan adalah hasil manipulasi Anda?""Wow! Betapa hebatnya aku. Seorang dosen tapi bisa mengintervensi pengadilan!"Julia tersenyum kecut. Meski Miranda cuma seorang dosen, namun dia pern

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Setiap Orang Harus Didengarkan

    "Kau tampak pucat, ada apa Sayang?"Kekhawatiran di wajah suaminya, bikin Julia serba salah. Seminggu terakhir dia memang kerap mual, terlebih di pagi hari. Awalnya, Julia acuh dan menganggap hal tersebut disebabkan oleh makanan atau kondisi cuaca yang tidak menentu. Akan tetapi, ketika hal serupa terus-menerus terjadi, benaknya mulai memikirkan hal yang nyaris mustahil. Kehamilan. Cepat-cepat Julia menepis kemungkinan ini. Saat keguguran dulu, dokter jelas bilang rahimnya rusak parah. Kecil sekali kemungkinannya bisa hamil lagi. Ini pula yang membuatnya tak pernah meminta Jhon memakai pengaman saat bercinta. Padahal, sudah tiga minggu ini mereka tidur seranjang. Jhon yang punya stamina luar biasa, melakukannya nyaris tiap malam. Bahkan di sela kesibukan yang luar biasa, pria buas itu masih tetap memangsanya. "July, kau baik-baik saja?"Teguran Jhon menarik Julia kembali ke dunia nyata. "Tentu... aku baik-baik saja," ujarnya

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Merajut Asmara

    Julia menanti dengan sabar. Pria ini hanya menatapnya tanpa berkedip. Dia bisa merasakan jarak mereka makin dekat, bahkan kini ... bibir Jhon nyaris menyentuh dirinya. Hati kecilnya berseru agar dia menghindar. Namun kaki Julia seperti terkunci. Dia malah mematung, menanti ciuman tersebut dengan segenap rindu. Detik berikutnya, sesuatu yang hangat dan lembut mendarat di bibirnya. Mula-mula hanya sentuhan setipis bulu, terasa menggelitik. Lama-lama, jadi sesuatu yang mendesak, memuntut. Mereka berdua sama-sama lapar akan satu sama lain. Setelah nafasnya terengah, barulah Julia melepaskan diri. Dia membuang muka karena terlalu malu. "Lihat Sayang, tak satu pun dari kita ingin berpisah. Kenapa harus mengingkari perasaanmu?" "Aku tak ... ." Sebelum dia sempat berkata-kata, Jhon sudah berlutut di depannya. Pada salah satu tangannya, pria itu memegang sebuah cincin. "Maaf terlalu

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Berpura-pura itu Melelahkan

    Akibat permintaan Jhon, besok malamnya Julia dan si kembar berkemas. Meski perjalanan hanya di dalam kota, kedua bocah tetap penasaran. Mereka tak henti berceloteh sepanjang jalan. "Papa, kemana kita mau pergi?"Pertanyaan sang kakak, bikin Jill ikut bertanya, "benar, kenapa tiba-tiba mengajak kita keluar? Bukankah Papa sedang sibuk?""Anak-anak, tenanglah. Biarkan Papa menyetir dengan tenang."Teguran Julia membuat kedua bocah bungkam sementara Jhon mengelus punggung tangannya penuh kelembutan. Mata pria itu terlihat hangat juga penuh harap di saat yang sama. Julia memalingkan muka. Sikap manis Jhon membuat hatinya bergetar. Ini sangat berbahaya. Bagaimana caranya bilang selamat tinggal jika dia terus-terusan tergoda? Di luar sana para gelandangan sedang meringkuk di emperan. Beberapa terlalu mengantuk untuk peduli dengan cuaca dingin. Julia miris memikirkan bahwa dirinya bisa jadi salah satu dari mereka bila tak bertemu Jhon

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Melindungi Apa yang Berharga untuknya

    Julia tahu bahwa Tim tidak sedang main-main, sebab bukan pertama kali hal ini terjadi. Setiap ada berita tak sedap, Jhon dan tim humas Westwood Corporation biasanya langsung turun tangan. Akan tetapi, memikirkan bahwa dia terus menambah beban kerja sang suami, bikin perasaannya makin buruk. "Terima kasih." Julia berujar letih. "Semoga urusan kami cepat selesai agar Jhon tak perlu lagi membereskan masalahku."Lewat center mirror, Tim hanya menatap sekilas. Setelahnya, pemuda pendiam itu tak berkata apa-apa lagi. Lima menit kemudian, mereka sampai di mansion.Julia bergegas masuk ke dalam, namun di ambang pintu langkahnya mendadak terhenti. Bukankah yang duduk di sofa itu David dan perempuan simpanannya, Mel? Kenapa mereka ada di sini? Tak butuh waktu lama bagi Julia memikirkan jawaban sebab detik berikutnya kedua orang itu menoleh ke pintu, lalu menyambutnya dengan keramahan yang palsu. "Hai Julia

DMCA.com Protection Status