Share

Dia Istriku

Author: Auphi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ada senyum tipis di bibir Jhon.

Seharusnya, terlihat indah di wajah maskulinnya yang agung. Akan tetapi, Julia tak bisa menikmati sebab di matanya senyum itu lebih mirip ejekan.

Memutar gelas wine-nya perlahan, Jhon bertanya lagi. "Kenapa tiba-tiba? Bukannya... kau sangat benci padaku?

Memang!

Hampir saja Julia meneriakkan kata ini. Untunglah otaknya lebih cepat bertindak dari pada mulutnya.

"Seperti yang Anda tahu, hati manusia gampang berubah."

"Aku tidak begitu," sambar Jhon

Sebab kau bukan manusia!

Lagi-lagi pikiran Julia mendebat si sombong Westwood.

"Jadi, apa tawaran Anda kemarin masih berlaku?" tanya Julia pasrah. Berdebat dengan Jhon tak akan ada ujungnya, terlebih ketika dia pihak yang kalah.

"Boleh, akan tetapi kontrak yang bisa kutawarkan jauh lebih rendah dari yang seharusnya."

Julia yang sedang memainkan ujung jarinya terkesiap. "Maaf?"

Jhon tak menyahut, melainkan meletakkan sebuah dokumen di depan wanita cantik bergaun biru itu.

Demi memuaskan rasa penasaran, Julia memindai dokumen tersebut. Isinya cukup padat dan jelas, bahwa dia akan mendapat tunjangan sebesar sepuluh ribu dolar perbulan. Jumlah yang jauh lebih besar dibanding gaji pekerja berkerah putih yang menghabiskan hidupnya di depan meja.

Jumlah tersebut diikuti kewajiban : berperan sebagai istri dan ibu yang baik.

Julia bergerak tak nyaman. "Berperan sebagai istri... apakah termasuk ... hal itu?"

"Urusan ranjang maksudmu?" Jhon menatap penuh makna sebelum melanjutkan. "Tentu saja. Pada saat tertentu, aku kekasih yang bergairah."

Pipi Julia memanas, tangannya saling bertaut gugup.

Dan sebelum dia sempat menguasai diri, pria di depannya melanjutkan kalimatnya yang masih menggantung. "Dolar yang tertera di sini hanya lima puluh persen dari jumlah awal. Ini sebagai pelajaran agar kau tak sembarangan menolak tawaranku."

Harga diri Julia terluka, namun tak ada yang bisa dia lakukan. Untuk menyambung sewa gedung serta bertahan hidup di kota sebesar Manhattan, dia butuh uang lebih dari apapun.

"Baiklah. Aku sepakat," lirihnya dengan suara seperti cicit nyamuk.

Jhon menatapnya penuh minat, lalu mengangkat gelas wine-nya. "Untuk awal yang baru."

"Untuk awal yang baru."

Setelah bersulang untuk kesepakatan yang menyesakkan itu, barulah mereka meninggalkan ruangan.

"Kau pulang naik apa?" tanya Jhon ketika mereka sudah di luar.

"Sepertinya naik taksi."

"Kalau begitu tidak perlu. Aku akan mengantarmu."

Setelahnya Jhon bergegas menuju parkiran dan mengemudikan mobilnya tepat ke depan restoran.

"Masuklah," ujarnya sambil melongokkan kepala dari jendela mobil yang terbuka sedikit.

Julia yang sekejap tadi ragu, akhirnya masuk. Mobil yang ini jauh lebih mewah dari yang menjemputnya tadi. Hanya dalam tempo tiga jam, dirinya sudah menaiki dua mobil mewah yang berbeda, benar-benar seperti bangsawan modern.

"Apa yang bikin kau betah tinggal di tempat kumuh ini?" Jhon tiba-tiba menukas ketika mereka sudah di depan gerai Delicacy Forest.

Pernyataan ini bikin Julia sakit hati bukan main. Tempat yang dengan sembrono disebut kumuh ini dia dapat dengan susah payah, bahkan sampai menghabiskan seluruh sisa warisannya dari hasil penjualan rumah dan peternakan sang ayah.

"Maaf Mr, Westwood. Walau di mata Anda tempat ini kumuh, tapi bagiku ini mirip surga."

Mengabaikan sopan santun, Julia beranjak sambil membanting pintu mobil.

Begitu tiba di kamarnya yang terletak di lantai dua, Julia langsung menghempaskan diri di kasurnya yang kusam dan keras.

"Persetan Jhon. Kau dan uang sialanmu!" Julia berteriak seraya mengacungkan jari tengah ke arah tembok yang dingin.

Saat ini, dia benar-benar merasa hidupnya tragis, padahal waktu tinggal di desanya dulu, keluarga Hernandez termasuk berkecukupan. Kalau bukan karena kejadian buruk itu, dia tak akan melarikan diri ke tempat keras dan dingin macam Manhattan.

Paginya, Julia kembali membuka gerai roti seperti biasa walau perasaannya tak lagi sama ketika memandang wajah si kembar.

"Bagaimana? Aunty menerima lamaran ayahku yang tampan?" Jill menyeringai memamerkan gigi depannya yang ompong.

Jim menatap adiknya sebal. "Tampan apanya? Aku adalah definisi tampan yang sesungguhnya."

Serta-merta Jill menyikut kakaknya sebelum menoleh pada Julia. "Jadi bagaimana, Aunty? Apa Anda akan jadi mama kami? Aku sudah tak sabar mengejek teman sekelasku yang punya mama gembrot seperti babi."

Julia hampir mengelus dada. Entah didikan macam apa yang didapat kedua bocah Westwood. Baik perempuan atau laki-laki, sama-sama lancang.

"Ehem, Jill tak ada manusia seperti babi. Kita dari spesies berbeda. Kuharap tak mendengarkan hal semacam ini lain kali."

Meski air mukanya tak begitu setuju, Jill menyahut juga. "Baiklah. Sekarang Aunty harus menjawab pertanyaanku."

"Sebaiknya tanya saja papa kalian. Aunty tak berani bicara sembarangan."

Kali ini Jim yang menyela ucapannya. "Bagaimana kami mau bertanya? Si bodoh Jhon selalu pulang larut malam."

Julia tak bisa lagi berkata-kata. Sepertinya tugas jadi ibu tiri akan sangat berat di rumah keluarga Westwood. Memijit kepalanya yang mendadak pening, Julia akhirnya menunduk, menatap kedua bocah itu bergantian.

"Aunty bakal senang kalau kalian bicara yang sopan. Menghargai orang lain itu perlu."

Keduanya mengangguk namun tak berkomentar lebih jauh. Dan karena melihat raut muka Julia tidak begitu baik, mereka tak berani lagi bertanya perihal hubungan asmara sang ayah.

Setelah kedua bocah tadi pergi, Julia terduduk lemas di belakang counter. Membayangkan dirinya akan berhadapan dengan dua bocah tersebut sepaket dengan ayah yang sombong, membuat semangatnya yang berapi-api mendadak lenyap.

'Itu lebih baik daripada berurusan dengan Jose.'

Julia membatin berulang-ulang agar dirinya tidak mundur dari kesepakatan.

Pukul lima sore, dia akhirnya menutup gerai lalu berjalan kaki ke toko kelontong langganannya yang cuma berjarak beberapa blok. Setelah membeli semua keperluan dagangannya besok, dia berjalan pulang.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sisinya. Dan dengan gaya dramatis, Jose turun dari sana.

Dan, "Brukkk!"

Sontak belanjaan yang dipegang Julia terlepas hingga isinya berhamburan.

"Ke--kenapa lagi kau kemari?" gumamnya sambil beringsut mundur. Tubuhnya mendadak gemetar oleh rasa takut yang menjalar dari ujung kaki hingga tulang belakangnya.

"Mau apa lagi? Tentu saja menemuimu, Mi Amor. Aku sangat merindukan kehangatan tubuhmu. Bagaimana kalau kita ke tempatku sekarang, hmm?"

"Tidak, aku sudah menikah Jose. Tolong menjauhlah... ."

Jose mendekat dengan agresif, matanya liar seperti predator.

"Jangan membuatku marah, Julia. Menurutlah ketika aku masih bersikap sopan."

Julia menggeleng, air matanya mulai berjatuhan tanpa kendali. Matanya nanar menatap sekeliling, mencari bantuan, tetapi nihil. Semesta seperti berkomplot hingga tak satu pun manusia lewat. Hanya beberapa kendaraan yang melintas dengan kecepatan tinggi.

"Jose, apa yang harus kulakukan agar kau menjauh? Tolonglah, jangan mengganggu hidupku lagi... ."

Julia mengiba, menangkupkan kedua tangan dan bersimpuh di depan mantan kekasihnya. Akan tetapi, pria bengis itu bergeming. Sekuat tenaga dia menjambak rambut Julia sampai terdengar erangan kesakitan.

"Kau pikir aku monster, hah? Dasar pelacur! Beraninya menolakku. Kau mau mati?"

Rasa sakit bercampur takut, membuat tangis Julia makin pecah. Terlebih saat Jose hendak menyeretnya ke mobil.

Tetapi pada saat ini pula seseorang muncul tiba-tiba.

"Lepaskan tanganmu dari istriku."

Related chapters

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Wanita Misterius

    Baik Julia maupun sang mantan sama-sama terkesiap, bahkan pegangan Jose pada rambutnya sampai terlepas. "Bedebah sialan! Kau siapa, hah? Berani mengatur-atur hidupku?" Sorot mata Jhon dingin, penuh ancaman. "Kau tuli? Sudah kubilang dia istriku." Ternyata, bahasa tubuh Jhon tak membuat bocah Ramirez ciut. Dengan berani dia mendatangi pria yang berdiri tegak beberapa meter dari tempatnya. "Istrimu? Kalau kau tak bisa menunjukkan sertifikat perkawinan, jangan membual. Lagipula, apa peduliku kalau dia istrimu?" Mata Jhon menyipit, memindai muka Ramirez dengan seksama. Tato kecil di bagian kiri leher menunjukkan bahwa ini anggota geng mafia kecil di wilayah pantai timur. Penuh penekanan, Jhon bertanya sekali lagi. "Apa kau yakin ingin cari masalah denganku?" Bukannya bersurut langkah, Jose malah makin menjadi. Tangannya yang kekar menyentuh pipi Jhon, menepuk-nepuknya seperti memperlakukan seorang bocah. "Tentu saja. Bocah manja yang takut sinar matahari sepertimu tida

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Ambigu

    Julia terperangah, sebab dia sama sekali tak punya bayangan akan identitas wanita cantik bertubuh indah, yang berdiri angkuh di depannya. "Maaf, apakah saya mengenal Anda?" Wanita menakjubkan itu menyeringai aneh. Dengan anggun dia melepas kacamata yang bertengger manis di wajahnya, dan seketika Julia nyaris terpekik. Ternyata dia bintang film terkenal di Amerika, dan juga aktris idolanya sejak belia. "Anda.... Vivienne Miller?" Mata Julia mengerjap. Respon spontannya mengundang seringai sinis dari sang aktris. "Jadi, apakah kau sekarang sudah mengenalku?" Julia memperbaiki sikap tubuh dan nada bicaranya. Seulas senyum lebar terpatri di wajahnya. "Ma--maf, tidak langsung mengenali Anda. Apakah Anda bersedia mengambil foto dengan saya? Ini sungguh luar biasa!" "Bakery Lady, menurutmu aku datang kemari mau berfoto?" Suara Vivienne begitu ketus hingga dalam seketika Julia sadar bila sang aktris tengah menatap jijik. Menyadari tindakan noraknya membuat dia makin dipanda

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Nostalgia

    Seperti biasa, tuan Jhon yang terhormat tak mau dipersalahkan. Oleh sebab itu, Julia pun tak melanjutkan bantahannya. Dengan tatapan penuh intimidasi, dia hanya menunjukkan gestur tubuh yang isyaratnya jelas. Meminta pria di depannya segera membuka baju. Tanpa banyak bicara, Jhon membuka kancing kemejanya dan menunjukkan bagian bahu yang lebam gara-gara hantaman bola bisbol. "Tahanlah, ini akan sedikit sakit." Julia berkata sambil menempelkan balok es ke bagian tersebut. Gara-gara rasa bersalah, dia bergerak sepelan mungkin sambil mengamati wajah Jhon yang berkerut menahan rasa sakit. "Kenapa kau harus berjaga dibalik pintu dengan tongkat bisbol? Seolah kita hidup di negara berkonflik saja," protesnya. "Kau mungkin tidak, tapi aku punya.""Maksudmu dengan bocah Ramirez? Tenang saja, dia masih terkapar di rumah sakit."Julia menekan bahu Jhon sedikit lebih keras hingga pria itu mengaduh. "Bagaimana kau tahu?"

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Nyonya Rumah

    Seminggu berselang, baik Julia dan Jhon sudah di kantor pencacatan sipil untuk mendaftarkan perkawinan mereka. Dalam waktu singkat, keduanya sudah sah sebagai pasangan suami-istri di mata hukum, meski tentu saja tak ada pesta yang diangankan Julia waktu masa mudanya dulu. Matanya yang indah mengerjap cepat, menatap jari manisnya yang tampak kosong. Jangankan pesta, bahkan untuk sekedar membeli cincin perkawinan pun, Jhon tak sudi. 'Setidaknya, dia membeimu ratusan ribu dolar setahun.' Hati kecil Julia berbisik dalam upaya putus asa untuk menenangkan hati yang mendadak mendung. Tiba-tiba, "apa yang kau pikirkan?" tanya Jhon yang sejak tadi duduk diam di sisinya. "Tak ada. Cuma agak kaget karena tiba-tiba saja aku sudah jadi istri seseorang."Jhon menyeringai tipis seraya menenggak sampanye. "Maka biasakan dirimu. Sebab menjadi istriku butuh tanggung jawab yang besar.""Aku tahu."Keduanya kembali terdiam dal

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Miranda

    Meski kesal setengah mati, Julia bersiap-siap juga di kamarnya setelah kepergian Jhon. Dia memilih salah satu evening gown dari kopernya, yang ternyata sudah diantar, ketika dia tidur tadi. Setelah mematut diri dengan cepat, dia pun turun ke lantai satu. Hanya selang beberapa menit sampai di bawah, pelayan melaporkan bila tamu mereka sudah datang. Jhon menarik tangannya, dan mereka berjalan beriringan, menuju pintu utama. Tampak mesra, layaknya pengantin baru. "Wah, kau hebat, Dude. Nasibmu memang bagus dengan para gadis." Salah satu tamu yang sepertinya rekan Jhon sesama pengacara, langsung menepuk lengannya dengan akrab sembari melempar senyum ramah pada Julia. "Sabarlah dengan temanku, mukanya memang selalu kaku mirip kayu kering," bisiknya lagi sambil merangkul Julia. Mendapat respon hangat, rasa panik yang melanda Julia mendadak hilang. Sayangnya, hal serupa tak berlaku ketika pasanga

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Pelajaran

    Julia mulai waspada. Tak ada yang tahu apa motif Miranda sesungguhnya, sebab di dunia ini, nyaris tak ada hal yang gratis. Apalagi, mereka baru saja saling kenal. "Maksud Anda, Ma'am?" tanyanya"Mengapa kau jadi waspada?" Dengan muka tetap datar, Miranda duduk pada salah satu kursi taman. "Sejujurnya, aku hanya muak dengan kelakuan mereka. Bertingkah seperti orang terhormat, padahal tak lebih baik dari kaum barbar."Meski skeptis, Julia memilih duduk di hadapan Miranda, menunggu wanita yang mungkin sebaya dengan ibunya itu melanjutkan cerita. Tak menunggu lama, Miranda pun langsung ke inti pembicaraan. "Sebaiknya berhati-hati dengan Vivienne. Ayahnya cukup berkuasa, jangan sampai firma hukum suamimu jadi terpengaruh.""Ya, aku tahu." Julia menyahut tenang seraya menatap kejauhan. "Selain itu, kau juga harus waspada. Jhon dan Vivienne adalah teman masa kecil... maksudku, mereka berdua sudah kenal sejak lama dan bisa d

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Ibu

    Julia buru-buru menarik selimut lalu menutup seluruh tubuhnya. Dengan suara bergetar, menahan amarah, dia melempar sumpah serapah. "Brengsek kau, Jhon. Semoga kau membusuk di neraka." Sebagai pria menyebalkan, Jhon hanya membalas dengan tatapan mencibir. "Sayang sekali, justru aku yang menciptakan neraka bagi hidup orang lain. Ckckckck.. Kau tak kenal suamimu sama sekali." Usai berkata demikian, dia segera beranjak. Ketika pintu kamarnya sudah tertutup, barulah Julia meratapi diri. Berjalan tertatih, dia masuk ke kamar mandi lalu merendam dirinya dalam bath up berisi air hangat. Sekujur tubuhnya yang kena sentuhan John, dia gosok sekeras mungkin. Lantaran rasa lelah yang menggerogoti pikirannya, Julia jadi tertidur dalam bath up. Ketika tubuhnya mulai tak nyaman akibat rasa dingin, barulah dia terjaga dan langsung keluar dari sana. "Bbbbrrrr..." Mengkertakkan g

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Pelayan

    Masih dengan sikap tenang yang menyebalkan, Jhon mendekat dan langsung duduk di depan Julia. Tak berhenti di situ, dia juga mencomot sepotong roti dan menikmatinya dengan lahap. "Maaf, Mrs. Westwood, tapi kau lupa lagi. Aku yang bayar tempat ini."Jawaban ini kembali memukul Julia dengan telak. Sebab sudah kehabisan kata-kata, dia memilih diam, sambil memandang ke luar lewat jendela yang terbuka. Akhirnya, mereka melahap roti dan kopi yang tersaji dalam diam. Ketika keheningan makin tak tertahankan, Julia pun buka mulut. "Katakan, sebenarnya apa maumu, Jhon? Kenapa selalu bertindak kejam? Kau menikahiku karena ingin menyiksaku?"Meski sudah berusaha tegar, tak urung suara Julia bergetar juga. Kekesalan yang menumpuk dalam hatinya, seperti lava yang menunggu dimuntahkan. Jhon yang tadinya bersikap acuh, bergerak tak nyaman. "Maaf, Julia. Kau pantas membenci atas tindakanku semalam, tapi sungguh... itu diluar kendali.

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Seberapa Sempurna Dirimu?

    Sontak semua mata mengarah ke pintu, dan Julia nyaris pingsan. Dia tak mungkin salah, tak mungkin silap sebab di kamar ayahnya foto calon anggota baru tersebut masih terpajang rapi. Bagaimana mungkin ibu kandungnya, Saoirse McGregor ada di sini? Ketika akhirnya wanita itu ikut bergabung, mata birunya yang cerah langsung bersirobok dengan netra gelap Julia. Dan bila Julia masih seperti orang linglung, wanita tersebut bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. "Hai semua, aku Saoirse, kalian boleh memanggilku Sasha," sapanya manja dan ceria. Sejak dulu ibunya memang agak centil. Suara dan postur tubuhnya yang mungil, menunjang tabiatnya ini. Hingga sekarang, Julia masih mengingatnya. Meski guratan tipis mulai tampak di wajah, Saoirse tetap berlagak seperti sosok perempuan muda, sebagaimana yang terekam dalam ingatan Julia. Hal ini menimbulkan cibiran dari beberapa perempuan aristokrat yang seumur hidup terbias

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Klub Baca Buku

    Sejak perdebatan dengan Jhon malam itu, suasana dingin kembali menyelimuti mansion Westwood. Julia memilih menjaga jarak dengan suaminya. Kalau bukan karena kasus penangkapan mafia yang melibatkan keluarga Antonietti, mungkin dia sudah pindah sekarang juga. Hari ini, setelah mengantar anak-anak ke sekolah, Julia bergegas ke rumah. Istirahat dan membaca buku yang dikirim Rebecca, sebab siang nanti akan ada pertemuan klub baca buku. "July, kau ada acara hari ini?"Suara Jhon di ambang pintu berhasil mengalihkan matanya dari halaman buku. "Ya, kenapa?"Alih-alih menyahut, Jhon malah menghampirinya. "Adakah tempat yang ingin kau kunjungi?""Tak ada. Aku sedang sibuk, tak sempat kemana-mana."Jhon mengangguk paham. "Besok jadwal sidang terakhir Jose."Untuk sesaat, Julia berhenti membaca deretan huruf di depannya. Nyaris dua bulan tak mendengar nama yang pernah menggores kenangan manis dan kengerian dalam hidupny

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Terulang Lagi

    "Kau mau merokok, July?" ujar Vivienne tiba-tiba Memikirkan betapa besar kemarahan wanita ini tadi, sebelum menampilkan keramahan yang terasa palsu, membuat Julia tak ragu lagi bila Vivienne adalah psikopat yang sebenarnya. Tak punya rasa takut, perasaan yang sukar ditebak, serta standar nilai moral yang kacau. "Tidak, aku tak biasa merokok," tolaknya. "Hmph, dasar perempuan naif." Vivienne melanjutkan kegiatannya seraya meniup-niup asap rokok dalam lingkaran besar. Aromanya segera memenuhi ruangan, bikin Julia mulai tak nyaman. "Kau tahu, Chayenne suka sekali merokok sembunyi-sembunyi tetapi karena orang tua kami tak tahu, mereka selalu berpikir bahwa dia gadis polos." "Karena sangat membencinya, mengapa kau tak cerita?" Vivienne memadamkan puntung rokok di asbak. "Kau pikir mereka percaya? Seperti yang kau bilang, aku cuma pecundang, hahahaha..."

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Penyesalan yang Berkarat

    Keheningan membeku di udara, sebelum Vivienne akhirnya terbahak-bahak. Matanya sampai berair akibat gelak yang hebat. "Ternyata kau punya bakat melawak. Menurutmu, Jhon bisa ditipu dengan mudah?" ujarnya kemudian. Tampilan Vivienne yang begitu meyakinkan, tidak membuat hati Julia gentar. Bertaruh atas keyakinan, dia mengemukakan dugaannya. "Tentu saja Jhon tak mudah ditipu, kecuali bila kau punya stuntman luar biasa, seperti... saudara kembar yang sudah mati misalnya."Ekspresi geli di muka Vivienne langsung lenyap. "Apa maksudmu?""Bahwa yang menolong Jhon adalah Chayenne, bukan kau."Secepat kilat Vivienne maju, hendak menerjang lawannya. Akan tetapi Julia yang sudah sering berlatih bela diri bersama Tim, lebih dulu mengelak. Tubuh rampingnya meliuk ke samping hingga tangan Vivienne mengenai udara kosong. "Kenapa kau marah ketika aku menyebutkan fakta?" ujarnya seraya merapikan rambut yang tergerai. "Aku

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Penipu

    Julia bingung mau ketawa atau marah. Singa betina? Apa segarang itu mukanya saat menantang para nyonya tadi? Dia memundurkan tubuh hingga jarak mereka makin lebar. Aroma Jhon yang tercium samar-samar adalah godaan yang jahat. "Kau berlebihan, Jhon. Aku cuma membalas kata-kata mereka.""Memang. Sebab itulah kau terlihat sangat cantik malam ini. Semata-mata bukan karena apa yang kau pakai, tetapi kepercayaan diri yang terpancar dari wajahmu.Kurasa, itu juga yang membuat Rebecca berniat mengenalmu."Sebagian diri Julia mengamini kata-kata Jhon.Waktu percakapannya dengan Rebecca tadi, terlihat benar bila wanita itu sudi memanggilnya karena berani mendebat para nyonya kaya. Kalau saja dia tetap diam, mungkin Rebecca tak akan sudi mengenalnya. Julia tengah hanyut dengan pikirannya ketika mobil berhenti di depan mansion. "Baiklah, kita sudah sampai Jhon. Selamat malam dan terima kasih buat gaunnya."Usai mengatak

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Singa Betina

    Nostalgia adalah hal menyenangkan bila yang diingat kenangan indah. Demikian pula yang terjadi pada Rebecca. Sembari menerawang jauh, matanya dipenuhi sinar teduh. "Sebastian dan aku sangat dekat, bahkan banyak orang berpikir suatu saat nanti kami akan menikah."Rebecca memulai ceritanya. Matanya yang sewarna zamrud menatap Julia lekat-lekat. "Dan memang begitulah adanya. Siapa sangka, dia malah jatuh cinta dan menikah dengan ibumu. Gara-gara patah hati, aku akhirnya kabur ke New York."Sungguh Julia bingung harus menanggapi cerita ini seperti apa. Ayahnya adalah pria tak beruntung. Melepas wanita yang mencintainya, lalu menikah dengan dia yang meninggalkannya. "Pada akhirnya, kau bernasib lebih baik dari Papa," cetus Julia sendu. "Ya, tentu saja. Suamiku sangat tergila-gila padaku, makanya perkawinan kami awet sampai sekarang."Amy yang duduk di sebelah Rebecca menambahkan, "tak hanya tergila, dia juga mengizinkanmu menguasai

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Sebastian Hernandez

    Sontak semuanya bungkam.Di tengah keheningan ini, Julia segera beranjak. Baru satu langkah berjalan, hal mengejutkan terjadi lagi. "Prok, prok, prok!"Tepukan nyaring membuat langkahnya berhenti. Dia menoleh ke belakang, dan melihat bahwa pelakunya adalah perempuan yang sejak tadi duduk tenang. Pada saat dia kebingungan, wanita itu kembali berkata, "impressive! Nyonya Westwood ternyata lebih menarik dari yang kukira. Kalau tak keberatan, kau boleh duduk di sini."Ketika perempuan lain saling tatap, Julia melangkah menuju perempuan asing tersebut. Meski belum bertegur sapa, firasatnya bilang jika yang satu ini tidak bermaksud jahat. "Kenalkan, aku Rebecca Wilson," ujar wanita itu lalu menoleh pada teman di sebelahnya. "Sedangkan dia Emy Warren."Setelah menjabat mereka bergantian, Julia pun duduk di hadapan Rebecca. Samar-samar otaknya mulai mengingat nama ini. Bukankah penerbit yang menerima bukunya adalah Wilson Pub

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Pertunjukan Murahan

    Jhon menatap curiga, setidaknya itu yang dirasakan Julia. "Kenapa harus kuizinkan? Memangnya ada yang salah kalau dia mengekoriku?"Pengacara perempuan itu tergelak kecil. "Oh, ayolah Jhon. Bukan zamannya lagi kami, wanita harus mengekor di belakang kalian, iya kan Julia?"Sekarang, ketika namanya pun terseret, mau tak mau Julia harus terjun ke arena. Menilik dari rupa si pengacara, sepertinya ada niat terselubung. Meski sejak tadi terselip senyum lebar di wajah itu, namun tak ada kehangatan di sana. Sebaliknya, tercium aroma persekongkolan. Akan tetapi, sampai kapan dia harus berlindung di belakang Jhon? Jika terus begini, para wanita kalangan atas, akan terus meremehkannya. "Tentu saja itu benar." Julia menyahut mantap. "Jhon, kau pergilah dengan teman-temanmu. Biarkan para wanita memiliki acara sendiri.""Kau yakin?" Kekhawatiran Jhon tergambar jelas lewat tatapan matanya. "Sangat yakin. Tak mu

  • Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan   Menghadiri Pertemuan

    Jika dibilang Jhon tak terpengaruh suasana, jelas bohong besar. Sudah lama sejak terakhir kali dirinya merasakan kehangatan Julia. Akan tetapi, sebagai manusia waras, dia juga sadar bahwa sekarang bukan saat yang tepat memikirkan hal primitif. Maka dari itu, perlahan dia menjauhkan tubuh Julia hingga kedua pasang netra mereka saling tatap. "Tak apa, Sayang. Itu sudah jadi tugasku sebagai suami. Aku bangga bisa berbuat sesuatu untukmu."Mereka saling tatap sejenak, sebelum Jhon kembali menambahkan, "sebenarnya... aku juga punya permintaan. Tetapi kau boleh menolak kalau tak nyaman.""Katakan.""Lusa ada pertemuan para pengacara dan entah orang tolol mana yang kasih gagasan bahwa kami semua harus datang ... berpasangan."Terdengar sederhana, namun menimbulkan masalah dalam situasi mereka sekarang. Walau secara teknis, masih berstatus suami istri, pembicaraan untuk cerai sudah sempat keluar. Lagi pula, Julia masih trauma

DMCA.com Protection Status