Share

36. Terlalu Dekat

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-09-18 07:55:32
Sky mematung. Tubuhnya terasa dingin, sarafnya menegang. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau kunci itu sungguh hilang. Posisi mereka saat ini cukup jauh dari kandang. Bagaimana mereka bisa kembali dengan tangan terkunci?

"Apa katamu, Sayang?" tanyanya lagi, berharap Summer mengucapkan sesuatu yang berbeda.

"Kuncinya hilang, Mama. Dia tidak ada di dalam kantongku," jawab Summer dengan alis berkerut.

Tidak percaya, Sky memeriksa sendiri saku sang putri. Ia juga meraba-raba pakaian si gadis kecil. Tidak menemukan apa-apa, ia mendesah lirih, "Kamu tidak bercanda, kan, Sayang? Apakah kamu sengaja menyembunyikan kuncinya supaya Mama dan Paman Louis terus dekat?"

Louis spontan melirik. Ia tidak menduga Sky bisa menyuarakan pendapat sejujur itu.

"Tidak, Mama. Aku sudah berjanji tidak akan menjadi anak nakal lagi tadi. Aku juga sudah bertekad untuk menjaga pemberian Tuan Rodriguez dengan baik. Mungkinkah kuncinya jatuh sewaktu kita berkuda tadi?"

Sementara Sky menghela
Pixie

Akankaah ...?

| 6
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Wah wahhh yg beginian pada seneng kalian huahahhaha
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
ayo kecup ............
goodnovel comment avatar
Cory Cornelia
akaaaaaaan.. yuk bisa yuuuk Sky ...... yg seneng bgt pastinya mahkluk kecil itu ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   37. Kalau Mau Berciuman, Lakukan Saja!

    Dari posisi kudanya yang agak tertinggal, Summer berkedip-kedip melihat punggung Louis. Ia heran apa yang laki-laki itu bicarakan bersama Sky. Sama sekali tidak ada suara yang bisa ia dengar. "Hei, Straw," Summer berbisik kepada sang kuda, "bisakah kamu berjalan sedikit lebih cepat? Aku mau melihat apa yang sedang Paman dan Mama lakukan." Summer menunggu beberapa saat. Akan tetapi, kuda yang ditungganginya tetap berjalan lambat. "Oh, bagaimana ini? Apa yang harus dilakukan supaya kuda bisa berjalan lebih cepat?" Summer mulai berpikir. "Haruskah aku menggerakkan kaki seperti saat menunggangi Dusty tadi? Dia berlari karena aku menjepit perutnya. Kalau aku menekan perut Straw sedikit, mungkin dia tidak akan berlari, hanya berjalan lebih cepat. Perlukah aku mencobanya?" Setelah mengetuk-ngetuk dagu beberapa kali, Summer akhirnya memberanikan diri. Ia menggerakkan kaki sekali. Tanpa terduga, caranya berhasil. "Bagus, Straw. Ayo susul Dusty!" bisiknya, penuh semangat. Tanpa sadar

    Last Updated : 2024-09-18
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   38. Tidak Tahan Lagi

    Pipi Sky memerah mendengar bisikan Louis. Darahnya berdesir, mata bulatnya berkedip-kedip. Sambil berusaha mengendalikan imajinasi, ia mencondongkan diri ke arah Louis. "Hei, tidak bisakah kau menahannya? Tunggu saja sampai borgol ini lepas. Aku juga sebetulnya ingin ke toilet, kau tahu? Tapi aku menahannya," bisiknya. "Kau pikir aku suka pergi ke toilet bersamamu? Aku juga terpaksa! Ini sudah tidak bisa ditahan. Kita ke toilet saja daripada kandung kemih kita pecah," balas Louis dengan ekspresi serius. Sky menghela napas berat. Melihat itu, Summer tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya. "Mama, Paman, apa yang kalian bicarakan? Kenapa berbisik-bisik seperti itu? Apakah itu urusan orang dewasa yang tidak boleh diketahui oleh anak kecil lagi? Kalian berencana untuk berciuman tanpa terlihat olehku?" selidik Summer sambil memiringkan kepala. Sky sontak mengerjap. "Apa? Berciuman? Dengan Louis? Tidak, Sayang. Kenapa kamu berpikir begitu?" "Memangnya, apa lagi yang tidak

    Last Updated : 2024-09-19
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   39. Tidur Bersama

    Setibanya di penginapan yang dipilih oleh Summer, Sky dan Louis masih saja canggung. Meskipun balita itu tidak berkomentar apa-apa, mereka tetap merasa terbebani. Apalagi, staf peternakan yang menemani Summer tadi sesekali melirik dengan penuh arti. Karena itu, saat Summer berlari masuk, Sky dan Louis tidak buru-buru mengejar. Mereka justru menahan staf tersebut agar tidak pergi. "Maaf, Nyonya Gale. Bisakah kami meminta waktu Anda sebentar?" bisik Sky. Wanita paruh baya itu berbalik sambil meninggikan alis. "Ya? Ada lagi yang bisa saya bantu, Nona Hills?" Sky melirik Louis. Pria itu malah memberi gestur untuk menyuruhnya bicara. Sky pun menggigit bibir. "Sebenarnya tadi itu," ia menarik napas dalam-dalam, "kami tidak melakukan apa-apa. Louis ingin buang air kecil, tapi tangan kami masih diborgol begini. Jadi, mau tidak mau, aku menemaninya." Nyonya Gale berkedip-kedip, berpura-pura lugu. Akan tetapi, dagunya berkedut. Bibirnya bergetar menahan senyum. "Anda tidak perlu menj

    Last Updated : 2024-09-19
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   40. Serbuan Wartawan

    Para wartawan telah berkumpul di depan pintu penginapan. Mereka semua sudah tidak sabar ingin mengintrogasi Louis. Karena pria yang mereka nanti-nanti tak kunjung menampakan diri, mereka akhirnya nekat mengetuk pintu. "Tuan Harper, apakah Anda di dalam? Bisakah kami mewawancarai Anda sebentar?" tanya wartawan yang paling berani. "Benarkah Anda selingkuh dari Nona Evans? Anda sedang bersama selingkuhan Anda di dalam?" sambung wartawan lain yang tidak tahu diri. Beberapa orang yang masih logis sontak meliriknya sinis. Ia menyadari itu. "Apa? Bukankah itu tujuan kita kemari? Kita ingin meminta klarifikasi tentang hal tersebut," celetuknya, tak acuh. Kemudian, ia mengetuk pintu. "Tuan Harper yang terhormat, kalau memang Anda tidak selingkuh, Anda tidak perlu menyembunyikan ibu tunggal dan putrinya itu. Keluarlah sekarang! Temui kami dan berikan klarifikasi! Mengapa Anda datang kemari bersama mereka? Mengapa Anda berciuman dengan wanita itu di atas kuda? Dan, apa yang kalian berdu

    Last Updated : 2024-09-20
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   41. Kemarahan Edmund

    Sky menelan ludah dengan susah payah. Dadanya sesak, keringat dingin membutir di tengkuknya. "Kenapa Papa menelepon? Apakah dia sudah mendengar kabar itu?" batinnya risau. Sambil menarik napas dalam-dalam, Sky berkedip-kedip melihat jalan. Wajah Edmund seolah tergambar di muka aspal. "Papa pasti khawatir kalau memang dia sudah mendapat informasi itu. Haruskah aku menjawab panggilan dan menenangkannya?" pikir Sky, seraya mengerutkan alis. Selang perenungan sesaat, ia menggeleng. "Tidak. Kalau sampai Papa tahu aku sedang bersama Louis, dia pasti marah besar. Apalagi, Summer ada di sini. Dia bisa-bisa menyusul untuk menjemput kami," putusnya. Louis mengendus kegusaran Sky. Ia melirik, bertanya, "Ada apa, Sky?" Sang wanita mengerjap. "Ya?" "Siapa yang menelepon? Kenapa kau tidak mengangkatnya?" Sky membuka mulut, tetapi tidak bersuara. Jawaban justru datang dari jok belakang. "Bukankah itu Kakek? Aku bisa melihat fotonya dari sini," Summer menunjuk layar ponsel san

    Last Updated : 2024-09-20
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   42. Kesalahpahaman Publik

    "Kakek sudah melihat foto-foto yang disebar oleh paparazi. Dia marah karena orang-orang menjelekkan Mama. Karena itu, demi menghindari kesalahpahaman yang lebih besar, kita perlu menjauh dari Louis," terang Sky datar. Sang balita terkesiap. Mulutnya terbuka, mengembuskan ketidakpercayaan. "Paman Louis adalah papaku hari ini. Aku sudah berencana untuk menghabiskan waktu bersamanya, termasuk malam ini. Kami bahkan sudah berencana untuk berkemah dan mencari bintang jatuh. Kita tidak mungkin menginap di hotel, Mama. Rencanaku bisa gagal lagi!" Sky menghela napas iba. Ia melirik Louis untuk kesekian kalinya. Entah mengapa, ada perasaan sedih dan kecewa yang timbul dalam dada setiap kali ia melihat wajah tampannya. "Louis, tolong antar kami ke hotel." "Mama!" seru Summer tak percaya. Wajahnya cemberut. "Aku tidak mau menginap di hotel. Aku masih mau tidur di rumah Paman Louis!" "Summer," Sky menatap sang putri lekat-lekat, "apakah kamu berani melawan perintah Kakek? Dia sudah sang

    Last Updated : 2024-09-21
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   43. Usir Mereka Sekarang

    Sky terkesiap melihat Grace menampar Louis. Pukulannya cukup kencang. Bunyinya saja bergema ke semua sudut ruangan. Summer juga sempat terkejut. Namun, selang satu kedipan, alisnya berkerut. Pipinya menggembung. Dengan sekuat tenaga, ia melangkah maju, mendorong Grace menjauh. "Kenapa kau melakukan itu, Nona Evans? Apakah kau tidak kasihan kepada Paman Louis? Dia pasti merasa sakit. Lihat! Pipinya jadi merah akibat perbuatanmu!" omel Summer sembari berkacak pinggang. Melihat kelakuan balita yang pemberani itu, Sky cepat-cepat menariknya mundur, Louis tertegun, sedangkan Grace mendengus. "Kau berani mengecam perbuatanku? Kau pikir aku akan menampar kekasihku kalau dia tidak tergoda oleh ibumu?" bisik Grace dengan raut dingin dan nada bicara yang penuh penekanan. Sedetik kemudian, wanita bergaun hitam itu meruncingkan telunjuk ke arah Sky. "Ibumu-lah yang seharusnya disalahkan! Dia ingin merebut Louis dariku. Kalau saja dia tahu diri dan tidak kurang ajar, hubungan aku dan

    Last Updated : 2024-09-21
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   44. Keputusan Sulit

    Louis mematung, dahinya mengernyit. Permintaan Grace terlalu sulit untuk ia turuti. Namun, bisakah ia menolak tanpa menimbulkan keributan yang lebih besar? "Ace, aku adalah Louis Harper. Aku selalu menepati semua omongan dan janjiku. Karena itu, kau tidak perlu terhasut oleh kabar yang tersebar." Grace mendengus. Selagi ia membuang muka, Louis memungut kertas foto dari lantai. "Aku dan Sky memang tampak sangat mesra di sini. Tapi kenyataannya, bibir kami tidak bersentuhan. Ini hanya soal sudut pengambilan gambar. Paparazi itu pasti sengaja ingin membuat kehebohan," terang Louis, berusaha mengurai kesalahpahaman. "Soal kamar mandi, kami tidak melakukan apa-apa di sana. Kami hanya buang air kecil. Kami terpaksa masuk bersama karena tangan kami masih diborgol," Louis menunjukkan pergelangan tangan Sky pada gambar. "Kau lihat? Borgolnya tertangkap jelas di sini." "Lalu foto apa lagi yang disebar oleh paparazi itu sampai kau mengira bahwa aku membiarkan Sky menyentuhku? Foto dia m

    Last Updated : 2024-09-22

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   204. Waktu Untuk Berduaan

    "Louis, mau berapa lama lagi kita di sini?" tanya Sky manis. Ia sedang duduk di depan Louis sambil bersandar di dadanya. Dengan pose berendam seperti itu, mereka terlihat sangat mesra. "Apakah kau sudah bosan?" tanya Louis serak. Sky menggeleng manja. "Tidak. Hanya saja, kita sudah selesai bergulat. Apa lagi yang mau kau lakukan di sini?" "Aku masih mau melakukan ini," Louis lanjut memainkan titik sensitif sang istri. Melihat betapa nakal jemari Louis, Sky mendengus geli. "Itu bisa kau lakukan di kamar, Louis. Tidak harus di sini." "Ya, tapi kalau kita keluar dari air, aku tidak bisa melakukan ini," Louis mengambil setangkup air. Saat ia menuangkannya di tubuh Sky, air tersebut mengalir dengan indah. Sky hanya bisa menggeleng tak habis pikir. Ternyata, bukan hanya dirinya yang tak banyak berubah. Louis juga. Mereka berdua masih kekanakan. Selagi Louis bersenang-senang dengan tubuhnya, Sky mulai mencari kesibukan. Ia menatap sekeliling. Tak lama kemudian, ia bertanya, "Louis,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   203. Sudah Dewasa

    "Maaf, Louis. Aku sebetulnya tidak mau melanggar kesepakatan, tapi aku harus mengangkat telepon. Siapa tahu ini penting," tutur Sky seraya memeriksa panggilan. "Oh, ternyata ini ayahku. Halo, Papa." Sky berbincang dengan sang ayah selama beberapa saat. Sesekali ia melirik Louis. Raut sang suami lagi-lagi menggelitik hatinya. Saat percakapan mereka usai, Louis langsung menyita ponselnya. "Demi kenyamanan bersama, bagaimana kalau kita mematikan ponselmu juga? Kita boleh menyalakannya lagi setelah aku selesai memanjakanmu." "Bagaimana kalau ada sesuatu yang penting?" Louis menggeleng ringan. Ia matikan ponsel Sky dan meletakkannya di atas meja. "Semua orang tahu kita sedang berbulan madu. Mereka seharusnya mengerti kalau kita sedang tidak mau diganggu. Lagi pula, yang terpenting saat ini adalah kita." Sembari tersenyum manis, Louis menyodorkan tangan. "Apakah kau sudah siap untuk dimanjakan?" "Ya! Walaupun aku sudah bukan anak kecil, aku masih suka dimanjakan," Sky meleta

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   202. Interupsi di Bulan Madu

    Beberapa saat yang lalu, Louis dan Sky memasuki kapal. Mereka langsung berjalan menuju kabin mereka. Sepanjang jalan, Sky terus berceloteh tentang apa saja yang dilihatnya. Louis dengan senang hati mendengarkan. Ia merasa seperti kembali ke masa kecil mereka. "Louis, lihat! Itu koper kita!" Sambil tertawa, Sky mempercepat langkah. Meski demikian, ia tetap menjaga tangan Louis dalam genggamannya. Louis pun mengikuti dengan langkah ringan. "Akhirnya, kita sampai di kamar kita. Aku sudah tidak sabar ingin melihatnya. Perlukah kita merekam momen ini? Kurasa Summer juga pasti senang melihatnya," tutur Sky dengan mata berbinar. Louis selalu suka melihatnya. Ia tersenyum manis. "Sky, bagaimana kalau saat ini, kita nikmati saja momen-momen sepenuhnya? Lupakan tentang orang lain. Fokus saja pada kita berdua." "Tapi Summer bukan orang lain. Dia putri kita," timpal Sky dengan alis melengkung tinggi. Kebingungan yang terukir di wajahnya membuat Louis tertawa gemas. Apalagi, gelengan ke

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   201. Detektif Cilik

    Setibanya di kediaman Harper, perhatian Orion langsung tertuju pada dua bocah di ruang tamu. Mereka sedang duduk bersampingan di sebuah sofa. Tatapan mereka serius, terpaku pada ponsel. "Selamat pagi, Summer, River," sapa Orion sembari mendekat. Para bocah akhirnya mengangkat pandangan. "Selamat pagi, Paman Orion." Namun kemudian, mata mereka kembali pada ponsel. Merasa diabaikan, kening Orion berkerut. "Apa yang sedang kalian lakukan?" "Tolong jangan ganggu kami, Paman Orion. Kami sedang serius," gerutu Summer. Alisnya tertaut lucu. Penasaran, Orion berdiri di belakang sofa. Ia membungkuk, memperhatikan apa yang sedang dikerjakan para bocah. "Siapa perempuan itu?" tanyanya ketika mendapati media sosial milik seseorang yang tidak ia kenal. Summer menghela napas panjang. Gayanya sudah seperti orang dewasa. "Paman Orion, bukankah sudah kubilang untuk tidak mengganggu kami?" "Aku tidak mengganggu. Hanya bertanya. Siapa perempuan itu? Kenapa kalian mengamati media sos

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   200. Wanita Penggoda

    "Tunggu," Summer menahan kedua orang tuanya agar tidak membalikkan badan. "Mama dan Papa jangan menoleh. Nanti dia tahu kalau kita sedang membicarakan dirinya. Coba Papa geser kamera ke arah kiri. Oh, maksudku kanan. Nah, itu dia! Zoom sekarang!" Louis memenuhi perintah sang putri. Mendapati seorang wanita tinggi semampai yang sejak tadi memang berkeliaran di dekat mereka, ia melirik ke samping. Sesuai dugaan, Sky sedang mengerucutkan bibir. "Perempuan itu lagi," gerutu Sky dengan nada tak senang. Summer seketika terbelalak. "Apakah Mama mengenalnya?" Sky mengedikkan bahu. "Tidak. Hanya saja, sejak kami tiba di sini, dia terus mondar-mandir di sekitar Papa. Mama rasa dia sedang tebar pesona untuk mendapatkan perhatian Papa." Louis merasa gemas dengan tingkah istrinya itu. Ia menggosok-gosok lengannya, berbisik dengan senyum tertahan, "Sky, kenapa raut wajahmu manyun begitu? Apakah kau cemburu?" "Cemburu?" Mata Sky membulat. "Tidak. Aku tahu kau tidak akan terpesona oleh

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   199. Cocok untuk Berlayar

    "Kau tidak jadi memberi mereka pelajaran?" bisik Brandon di sisi Briony. Matanya juga terpaku pada dua bocah yang saling berpelukan. Briony menghela napas panjang. Dahinya mengernyit. "Apakah mereka sengaja berpose lucu seperti itu agar aku tidak memarahi mereka?" gumam Briony, curiga. Brandon menggeleng santai. "Kurasa tidak. Mereka memang masih tidur. Lihatlah, wajah mereka tampak begitu damai." Mata Briony memicing. "Mereka tidak berpura-pura, kan? Kau tahu, dua bocah ini cerdas. Mereka bisa saja bersandiwara untuk menyelamatkan diri. Mereka sudah menjebak kita." Tiba-tiba, alarm dari ponsel River berbunyi. Bocah itu tersentak. Karena River bergerak, Summer ikut terbangun. "Apakah ini sudah pagi?" tanyanya dengan suara serak. Matanya memicing karena silau. "Ya, alarmku sudah berbunyi. Itu artinya ini sudah pagi," jawab River sembari meraih ponsel yang berada di dekat kepalanya. Summer pun meregangkan badan. Ia menjadi semakin mirip dengan ulat yang menggeliat.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status