Share

Bab 4

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Helena bernapas lega karena masalah yang dihadapinya telah menemukan jalan keluar. Beruntung, ia memiliki supir pribadi yang lumayan tampan dan cukup cerdas. Abimanyu, Saraswati maupun Cella pasti tidak akan menyangka kalau Jaka adalah supir pribadi Helena.

Setelah kepergian Jaka dari rumah, Helena masuk ke dalam rumah. Melenggang santai menuju kamarnya yang telah lama ia tinggalkan.

“Kau mau kemana?” Langkah kaki Helena terhenti mendengar pertanyaan dari ibu sambungnya. Helena membalikkan badan, bersidekap.

“Mau ke kamar,” jawab Helena santai, mengulas senyum tipis.

“Kau mau tinggal di sini lagi?” tanya Saraswati sinis. Wanita itu jelas saja tidak suka Helena kembali tinggal di rumah megah nan mewah ini. Jika ada Helena di rumah, sudah dapat dipastikan, gerak-gerik Saraswati dan Cella tidak sebebas saat tidak ada Helena di sini.

“Tentu saja, ini kan rumahku! Dan kau dan anakmu itu ... di sini hanya me-num-pang!”

Kata terakhir, ditekankan Helena. Sontak, Saraswati geram, mendengar anak sambungnya berkata kurang ajar.

“Lancang sekali bicaramu, Helena!” sentak Saraswati tidak terima dengan ucapan anak kedua Abimanyu.

Kening Helena mengkerut, menuruni satu anak tangga agar dirinya lebih dekat dengan Saraswati.

“Lancang bagaimana? Memang benar kan ... kalau kau dan Cella hanya menumpang. Ingat ya, kau dan anakmu itu sudah berani mengusir kakakku, maka sebentar lagi ... aku akan membuatmu dan anakmu terusir dari rumahku! Camkan itu baik-baik!”

Saraswati tersentak, mendengar ancaman yang dilayangkan Helena. Selama ini Helena terkesan tidak peduli dengan kepergian Kakak kandungnya. Bahkan ia terlalu asyik tinggal di luaran sana. Dirinya sangat kecewa pada Abimanyu ketika mengusir Bella yang tiada lain kakak satu-satunya Helena. Diamnya Helena dulu, karena dia terlalu sibuk dengan cintanya pada Samuel Christian. Lelaki yang telah menghamilinya.

“Berani sekali kau bicara seperti itu padaku! Memangnya kau siapa?” Saraswati balas membentak Helena.

“Aku siapa? Hahahahah ... Rupanya kau lupa. Hei, aku adalah ... anak bungsu Tuan Abimanyu Adiwilaga. Sini, biar aku ingatkan dirimu. Kamu ... kamu hanya wanit yang dinikahi sirri oleh Papaku. Dan anakmu yang tukang cari muka itu, dia hanya anak tiri! Bukan anak kandung Papa! Lupa?” Sorot mata Helena mengejek keberadaan Saraswati yang wajahnya sudah memerah akibat menahan amarah yang ingin meluap. Melihat ekspresi Saraswati, Helena tersenyum sinis.

“Oh iya, kau kan sudah tua. Pantas saja jika sudah banyak lupa!” ejek Helena sambil menyilang kan kedua tangan di depan dada.

“Kurang ajar kamu!” Sebelah tangan Saraswati terangkat keudara, hendak menampar Helena, namun segera ia turunkan kembali.

“Apa? Kau mau menamparku?” Helena menantang Saraswati ketika wanita itu mengepalkan kedua tangannya.

“Kau mau memukulku? Silakan saja! Satu ujung kukumu menempel pada wajahku, maka ... aku akan melaporkanmu ke kantor polisi atas laporan penganiayaan. Sudahlah, aku malas meladenimu! Satu lagi aku ingatkan, kalau menumpang hidup di rumah orang

... harus tahu diri! Gak usah banyak tingkah!”

Puas sekali Helena membalas prilaku buruk Saraswati. Sekarang Helena tidak akan berdiam diri lagi. Dia tidak akan membiarkan Saraswati dan Cella menguasai rumah serta perusahaan Papanya. Kelak, jika Jaka telah resmi menjadi suaminya, Helena akan menyuruh supir pribadinya itu bekerja di perusahaan sang Papa.

Di dalam kamar, Helena menghempaskan tubuh di atas ranjang berukuran king size. Pandangannya menatap langit-langit kamar, lalu mengitari sekeliling.

Sudah lama sekali ia tidak tidur di kamar ini. Sekarang, sudah saatnya Helena kembali ke rumah Abimanyu. Rumah masa kecilnya dulu. Dalam hati, Helena pun bertekad bahwa suatu saat ia akan mengajak kakaknya kembali ke rumah masa kecilnya.

***

Pukul satu malam, Cella anak kandung Saraswati pulang ke rumah. Kedua matanya memerah, tubuhnya berjalan agak sempoyongan.

“Cella!” panggil Saraswati tergopoh-gopoh menghampiri Cella. Wanita yang tengah mabuk itu bersandar pada pintu kamar.

“Ada apa, Ma ....” Meskipun mabuk, namun Cella masih setengah sadar. Dia masih bisa diajak komunikasi.

“Astaga, Cella! Kau mabuk? Ayok, cepat masuk sebelum anak kurang ajar itu melihat perilakumu!” Saraswati membuka pintu kamar anaknya, memapah Cella agar masuk ke dalam kamar.

“Anak kurang ajar? Anak kurang ajar siapa, Ma?”

Setengah sadar, Cella bertanya. Saraswati mendudukan Cella di sisi ranjang. Gadis yang usianya dua tahun lebih muda dari Helena tidak mengerti dengan sikap Mamanya.

“Helena sudah kembali lagi. Dia akan tinggal di rumah ini lagi, Cellaa ....” ujar Saraswati cemas jika mengingat keberadaan Helena di rumah Abimanyu. Cella mencebik, merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Paling satu malam, Ma. Dia ... dia tidak mungkin mau lama tinggal satu rumah sama kita.” Cella menanggapi santai kecemasan yang dialami Mamanya. Saraswati tidak bisa setenang Cella. Dia justru merasa keberadaannya di rumah ini terancam. Mungkin, cepat atau lambat, dirinya dan Cella akan didepak Helena. Sungguh, sesuatu yang sangat mengerikan. Saraswati tidak dapat membayangkan jika harus keluar dari rumah Abimanyu.

“Tapi, Cella ... Masalahnya tidak semudah yang kau bayangkan ....”

“Ma, Mama gak perlu khawatir. Ma, kalau pun kita keluar dari rumah ini, aku sudah mempunyai apartemen. Kita bisa tinggal di sana! Sudahlah, aku mau tidur dulu! Aku capek! Kepalaku pusing!” Cella tidak menghiraukan kekhwatiran yang dialami Mamanya. Bagi Cella, kedatangan saudara tirinya itu bukanlah masalah besar. Dulu saja, dia dan Mamanya berhasil mengusir Bella dari rumah dan membuat Abimanyu membenci anak sulung sendiri.

“Kau bilang Mama tidak perlu khawatir? Hei, bangunlah! Ada kabar lain yang membuat keberadaan kita di rumah ini terancam, Cella ....” Saraswati menarik lengan anak kandungnya agar kembali duduk dan mendengarkan ucapannya.

“Apalagi sih, Ma?” sentak Cella tidak terima dengan perlakuan sang Mama. Kedua matanya melotot tajam. Saraswati tidak menyangka kalau anaknya bersikap demikian. Baru kali ini, Cella membentak wanita yang telah melahirkannya itu.

“Kau ... kau berani membentakku? Membentak Ma-Mamamu?” Suara Saraswati bergetar. Ada rasa takut menyelinap dalam hatinya. Rasa takut jika pada akhirnya Cella yang tak lain anak kandungnya sendiri suatu saat akan pergi meninggalkannya.

“Aku capek, Ma ... kepalaku pusing. Tadi aku sudah katakan, aku capek! Kepalaku pusing! Apa Mama mulai tuli, heuh?” Hati Saraswati semakin sakit mendengar anaknya mengatakan ia tuli hanya karena menyuruh Cella mendengarkan kecemasannya. Sejenak, tenggorokan Saraswati tercekat. Tidak menyangka kalau darah dagingnya sendiri berani menghina.

“Sekarang Mama keluar dari kamarku! Besok kita bicarakan lagi! Keluarlah! Cepat, keluar!” Belum hilang sakit hati karena dibentak, kini Saraswati mendapat pengusiran yang membuat tubuhnya bergetar hebat.

Wanita tua itu berdiri, berjalan menuju pintu kamar dan keluar.

Tanpa disadari, air mata membasahi pipi Saraswati. Ia terkejut merasakan air mata membasahi salah satu matanya. Sebab, setelah sekian lama, baru kali ini ia meneteskan air mata lagi. Menyadari hal itu, cepat-cepat Saraswati menyeka, menarik napas panjang dan berjalan ke kamarnya.

Di dalam kamar, Saraswati melihat sang suami mendengkur halus. Lelaki yang telah berhasil ia taklukkan hatinya, lelaki yang lebih memilih dirinya ketimbang Bella, lelaki yang selalu saja mengabulkan yang dia inginkan. Akan tetapi, itu dulu ... pada saat Helena tidak ada di rumah ini. Bertahun-tahun sudah ia menjadi ratu di istana Abimanyu Adiwilaga. Kepergian kedua anak kandung Abimanyu dari istana ini, membuat Saraswati merasa menang. Namun ia lupa, Saraswati belum membuat Abimanyu menandatangani satu pun aset kekayaan Abimanyu atas nama Saraswati atau pun Cella. Apartemen yang dibeli Cella bukanlah apartemen mewah. Hanya apartemen dengan harga yang biasa saja.

Saraswati kini mendekati Abimanyu, beringsut naik ke atas ranjang, berbaring di samping Abimanyu. Sebelah tangan, membelai rambut suaminya.

Abimanyu tersadar, mengerjapkan kedua mata beberapa kali lalu, memerhatikan Saraswati yang terseyum padanya.

“Kau ... kau belum tidur?” tanya Abimanyu, suaranya terdengar serak. Lelaki yang berperawakan tinggi tegap itu berusaha menyandarkan tubuh ke sandaran kepala ranjang. Saraswati melakukan hal serupa, menyelipkan tangan pada lengan Abimanyu.

“Belum. Aku ... aku gak bisa tidur ....” ucap Saraswati menyandarkan kepala pada pundak suaminya. Abimanyu menarik napas panjang.

“Kenapa? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?”

Perhatian seorang Abimanyu langsung dimanfaatkan Saraswati. Wanita licik itu tersenyum sinis, berharap kalau masalah yang mengganggu pikirannya dapat dihilangkan Abimanyu. Saraswati menunjukkan raut wajah sedih.

“Sepertinya begitu, Mas ....” Suara Saraswati terdengar lemah. Semakin mengeratkan rengkuhan pada lengan Abimanyu.

“Memangnya apa yang mengganggu pikiranmu, heum?” dengan lembut, Abimanyu kembali bertanya.

“Hmmm ... Pikiranku ... Pikiranku terganggu karena ada ... euu ... ada Helena di rumah kita, Mas.”

Sontak, Abimanyu terkejut, tangan Saraswati sampai terlepas dari lengan lelaki berusia lebih dari setengah abad. Abimanyu menarik napas panjang. Dia tahu, kalau istri keduanya memang sangat tidak menyukai Helena. Menurut cerita yang disampaikan Saraswati, Helena kerap kali berbuat kasar dan kurang ajar kepadanya. Meskipun Abimanyu belum pernah melihat dengan mata dan kepala sendiri.

“Kau tidak perlu merasa terganggu dengan kehadiran Helena di rumah ini. Helena adalah anak kandungku. Hanya dia, hanya dia yang kuharapkan. Hanya dari rahim dia, aku mengharapkan keturunan yang sah! Hanya dari Helena, aku menginginkan lahirnya seorang anak yang nantinya ---“ Abimanyu menjeda kalimat, menatap lekat wajah wanita yang telah bertahun-tahun dinikahi.

“---nantinya akan menjadi penerus tahta perusahaanku dan menjadi pemilik semua harta kekayaanku, Saras!”

Bab terkait

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 5

    “Ternyata kau ada di sini lagi,” ucap Cella setelah Abimanyu berangkat ke kantor di ruang makan. Helena mendongak, tersenyum tipis. “Ternyata kau masih tidak punya urat malu masih tinggal di rumahku,” balas Helena, menyindir wanita yang duduk di kursi bersebrangan dengannya. “Jaga bicaramu, Helena!” tegur Saraswati pada anak sambungnya. Helena tersenyum sinis, menggelengkan kepala. Sedikit pun dirinya tidak merasa takut pada istri kedua papanya. “Kenapa bicaraku mesti aku jaga? Faktanya kan memang begitu. Kalian berdua hanya menumpang tinggal di rumahku! Oh ya, Cella ... apa kau sudah tahu kalau aku akan menikah dalam waktu dekat?” tanya Helena mencondongkan tubuh lebih ke depan, menatap lekat. Cella mengerutkan kening, menoleh pada Mamanya. “Memangnya siapa pria yang mau menikahimu? Setahuku, kau tidak punya kekasih!” Beruntung, selama ini Helena menyembunyikan Samuel pada keluarganya. Mengingat status Samuel masih suami orang. Sebelumnya Helena pikir, Samuel akan memilihnya dari

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 6

    “Maaf, Pak Samuel. Ini pesanan Nyonya Angela.” Samuel tersentak mendengar salah satu karyawan butik menyerahkan satu goodie bag pesanan istri sahnya. Ternyata keberadaan Samuel di butik ini karena mengambil pesanan istrinya.Dalam hati Helena bergemuruh. Rasa cemburu masih ada di dalam hati. Namun, sebisa mungkin ia menguasainya agar tidak terlihat oleh Samuel. Helena tersenyum manis sambil mengeratkan tangannya pada lengan Jaka.Samuel mengambil alih goodie bag dari tangan karyawan butik, tanpa mengucapkan terima kasih.“Helena, aku masih tidak percaya kalau lelaki ini adalah calon suamimu! Tidak mungkin kau selingkuh dariku! Tidak mungkin secepat itu kau mendapat penggantiku! Aku tahu betul, kau sangat tergila-gila padaku! Ya, ‘kan?”Helena dan Jaka membeliakkan kedua mata, lalu tertawa sumbang sambil menggelengkan kepala.“Aku kira kau pintar, Samuel Christian? Hahahah ... kau sendiri kan yang bilang kalau aku adalah ... wanita murahan? Sering bergonta-ganti pasangan! Yes, that’s t

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 7

    “Hahahaha ... aku bercanda, Jak. Sudahlah, lupakan! Pernikahan kita nanti hanya sandiawara. Tetapi, kau tenang saja, aku akan membuatmu menjadi Raja di rumah dan perusahaanku. Rasanya aku sudah tidak sabar, ingin membuat Cella dan Mamanya pergi dari rumah," ucap Helena sungguh-sungguh. Jaka hanya terdiam sambil merunduk. Sebelumnya wanita itu mengajak ia belajar saling mencintai. Apa dirinya pantas mencintai dan dicintai gadis kaya raya dan cantik seperti Helena? “Iya. Semua yang kita lakukan hanya sandiwara.” “Jak, aku ingin langsung pulang saja.” “Baik.” Kendaraan yang mereka tumpangi meluncur menuju rumah besar Abimanyu Adiwilaga. Pengusaha ternama dan disegani dalam kalangan dunia bisnis. Seorang pria yang hanya memiliki dua anak perempuan. Dua anak yang nantinya akan meneruskan tahta perusahaannya. Tetapi sayang, anak sulungnya sudah tidak dapat diharapkan lagi. Tiba di rumah, hari mulai terlihat gelap. Dengan cekatan, Jaka membuka pintu mobil bagian Helena. Wanita itu seper

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 8

    “Helena, Papa ingin menyampaikan pembagian harta warisan untuk kalian.”Benar dugaan Helena, sesuatu yang disampaikan Abimanyu bukanlah kabar baik melainkan kabar buruk. Bagaimana bisa, Saraswati dan anak dari suami sebelumnya mendapat hak warisan dari Abimanyu? Sedangkan anak kandungnya sendiri, kak Bella? Tidak mendapat sepeser pun."Kak Bella bagaimana, Pa?”“Berulang kali Papa katakan, jangan kau sebut nama dia di rumah ini!” Abimanyu mulai menggertak. Helena menyandarkan punggung. Melirik Cella dan Mamanya, mereka tersenyum licik.‘Sekarang kalian boleh menertawakan kami, tetapi suatu saat, kami yang akan menertawakan kalian.’“Kak Bella anak kandung Papa meskipun pernah melakukan kesalahan.” Tak menyerah, Helena membela kakak kandungnya.“Kalau kau tetap membicarakannya, Papa tidak akan memberimu hak waris!” Abimanyu mengancam. Seketika mulut Helena terkunci. Ia tak berani bicara lagi. Bisa gawat kalau Helena pun tidak dapat warisan. Semua aset kekayaan Papanya akan dikuas

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 9

    Mendapat pertanyaan seperti itu, Saraswati langsung salah tingkah. Dia menelan saliva, tak menyangka kalau Abimanyu bertanya demikian. “Tentu saja tidak, Mas. Ya sudah kalau Mas gak mau membuatnya sekarang, gak masalah. Kalau begitu, aku keluar dulu. Mas masih mau di sini?” Susah payah Saraswati mengendalikan kegugupannya. Jauh dari dalam hati, ia tak mau kalau Abimanyu mencurigainya. Curiga kalau dirinya dan Cella membuat rencana. Rencana yang akan mengancam keselamatan Tuan Abimanyu.“Aku mau di sini saja. Oh ya, tolong kau panggilkan Helena. Aku ingin berbicara masalah pernikahannya,” ucap Abimanyu duduk di kursi tanpa ingin menatap wajah istrinya. “Bukankah, kita sudah sepakat kalau pernikahan Helena diundur?” Saraswati seolah mengingatkan suaminya atas kesepakatan yang mereka bicarakan tempo hari. Tuan Abimanyu sebelumnya sudah terhasut tetapi sekarang tidak akan. Hati dan kedua matanya telah terbuka. Tuan Abimanyu sudah tahu perilaku istri kedua dan anak tirinya. Sungguh sangat

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 10

    Helena tersenyum keluar ruang kerja Papanya. Hatinya sangat bahagia karena hari pernikahannya dengan Jaka dipercepat. “Helena!” Panggilan Saraswati menghentikan langkah kaki Helena. Wanita itu menoleh, membalikkan badan. “Ada apa?” tanya Helena datar. Wajahnya tampak tak suka dilewati oleh ibu sambungnya.“Apa yang dibicarakan Papamu?” Selidik Saraswati, kedua tangannya bersidekap, sorot matanya tajam. Dia penasaran akan perubahan sikap suaminya. Biasanya Tuan Abimanyu tidak bersikap dingin padanya tetapi sekarang, tidak hanya sikapnya yang berubah tetapi keputusan yang sudah disepakati pun telah diingkari. Sungguh, Saraswati tidak habis pikir.“Kau mau tahu?” Bukannya menjawab, Helena justru balik bertanya. Pertanyaan serupa ejekan itu membuat Saraswati geram. “Kalau aku tanya, berarti aku mau tahu! Katakan padaku, apa yang kalian bicarakan di dalam sana?" desak Saraswati, menginginkan jawaban Helena. Hatinya benar-benar kecewa karena Tuan Abimanyu tidak jadi mengumumkan pembagian

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 11

    “Kau lihat saja nanti! Kita akan bertaruh! Kali ini, rencanaku dan Mama pasti akan berhasil!” ucap Cella sungguh-sungguh, sorot matanya begitu tajam menatap lekat Helena yang menanggapi perkataannya dengan senyum sinis. “Silakan saja. Aku sama sekali tidak takut.” Helena menantang rencana yang akan dijalankan oleh kedua orang yang tidak tahu diri. Orang yang tidak tahu berterima kasih. Orang yang dari awal kedatangannya ingin mengusir Helena dan Bella dari rumah. Saraswati dan Cella memang ingin menguasai rumah beserta harta Tuan Abimanyu. Berbagai cara dilakukan keduanya agar Bella dan Helena tidak betah tinggal di rumah sendiri. Sungguh, manusia yang tak tahu diri!“Apa yang membuatmu tidak takut, Helena?” Tiba-tiba suara Saraswati terdengar. Wanita yang baru saja mengantar suaminya berangkat kerja kembali lagi ke ruang makan. Wanita itu duduk di samping anak kandungnya. Cella melirik sambil menghela napas panjang.“Dia bilang tidak takut dengan ancamanku, Ma! Sepertinya sekarang ki

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 12

    Pertanyaan yang serupa sindiran membuat Saraswati menelan air liur. Tidak terpikirkan sebelumnya jika Jake berani membalikkan pertanyaannya. Dia pikir Jake pria yang tak berani menimpali ucapannya. Pria yang mudah percaya akan ucapan Saraswati.“Sayang, aku sudah siap!” seru Helena saat di pintu masuk rumah. Dirinya terkejut melihat keberadaan Saraswati di kursi teras rumah. Dalam hati, Helena berpikir kalau Saraswati pasti sedang menghasut Jake. Seperti yang dilakukan Saraswati terhadap Papanya.“Oh, ada istri keduanya Papa. Kayaknya ada sesuatu yang penting? Apa jangan-jangan ibu Saraswati sedang menjelek-jelekkanku pada Jake?,” cetus Helena, tersenyum simpul. Saraswati berdiri, menatap tajam anak bungsu Abimanyu Adiwilaga. “Kamu jangan menuduh sembarangan! Lagi pula, memangnya kenapa kalau aku ngobrol sama dia? Kamu cemburu?” Kedua mata Helena membeliak, kemudian tertawa lepas.“Hahahaha ....” Jake berdiri di samping Helena, tersenyum bahagia melihat calon istrinya tertawa. Helena

Bab terbaru

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 74

    Raut wajah Jake sangat sumringah mendengar kalimat yang diucapkan kakak iparnya. Kali ini Jake sangat bahagia karena benih yang ada di dalam rahim Helena adalah benih darinya. Jake menaiki anak tangga dengan senyum lebar. Membuka pintu kamar, terlihat Helena tengah tergolek lemah. Jake langsung mendekati, menggenggam telapak tangan istrinya. "Ada apa, Jake?" tanya Helena lemah, pandangannya sangat sendu, wajah putihnya semakin memucat. "Kata Kak Bella dan Mama Saraswati, kamu sedang hamil." Ucapan yang disampaikan Jake membuat kening Helena mengkerut. Ia berpikir sejenak, bagaimana mungkin dirinya hamil padahal belum lama mengalami keguguran?"Tapi, aku kan Jake---"Kalimat Helena terpotong. Ia tak boleh merusak kebahagiaan yang terlihat dari raut wajah suaminya. Lebih baik, ia ke dokter kandungan saja, memeriksakan kondisinya. "Baiklah. Kita ke dokter aja, ya? Supaya lebih pasti.""Iya, Sayang. Aku siap-siap dulu. Kamu mau ganti pakaian gak?" Jake bertanya tergesa-gesa. Helena meng

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 73

    Roger mencaci maki istrinya. Dia tentu terkejut mendengar Cella menyerahkan sertifkat apartemen pada Toni Sanjaya yang tak lain papa kandung Cella sendiri. Sebenarnya Roger tak pantas bicara demikian. Terserah Cella mau memberikan sertifikat apartemen ke siapapun. "Kamu kenapa marahin aku? Memangnya kenapa dengan papaku? selama ini ke aku baik kok." Cella tidak terima Roger membentak, mencaci maki dirinya. Toni dulunya memang pernah jahat, tetapi belakangan lelaki itu sering membantu Cella dan juga menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya terhadap Cella. Kasih sayang yang selama ini tidak pernah Cella dapatkan. "Kenapa marahin kamu? Ya karena kamu bodoh. Papamu baik ke kamu karena ada maunya. Kalau kamu gak percaya padaku, buktikan saja nanti sendiri. Aku yakin seratus persen, papamu itu akan menjual apartemenmu," tandas Roger tanpa keraguan. Sedikit banyak Roger sudah tahu sifat Toni. Lelaki itu selalu saja memanfaatkan kesempatan. Sekarang Cella telah menyerahkan surat berharga p

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 72

    "Cella, kalau boleh, Papa ingin lihat sertifikat apartemen ini. Ya takutnya ada yang salah," ucap Toni beralasan. Padahal dalam hati, ia menyimpan rencana busuk. Tak peduli dia adalah istrinya, anaknya, atau pun temannya. "Takut ada yang salah gimana, Pah?" Cella tak mengerti. Dia sudah lama membeli apartemen ini. Sampai sekarang tidak ada masalah apa-apa."Ya kamu gak tau aja, di luar sana ada banyak orang yang tertipu membeli apartemen gara-gara sertifikatnya palsu." Cella menyimak penuturan yang disampaikan Toni. "Masa sih, Pah? Aku selama ini gak pernah bermasalah.""Ya coba bawa ke sini dulu. Papah ingin lihat." Toni mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dan memantiknya. "Baiklah." Cella beranjak, masuk ke dalam kamar, mengambil sertifikat apartemen yang disimpan rapi di laci bawah meja rias. Kemudian, menunjukkan pada Toni yang tak lain ayah kandungnya. "Ini, Pah. Aku bikin ini langsung ke notaris. Kayaknya gak mungkin kalau palsu."Toni mengabaikan ucapan Cella.

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 71

    "Kamu kenapa terlihat murung, Saras?" tanya abimanyu saat mereka berada di dalam kamar."Aku teringat Cella," jawab Saraswati, wajahnya terlihat sendu. Bertemu kembali dengan Cella membuatnya murung. Kesedihan yang dialami Saraswati jauh dari Cella begitu dalam. Sebagai seorang ibu, Saraswati pun merindukan wanita yang dulu terlahir dari rahimnya."Kenapa Cella? apa dia meneleponmu? menyakiti hatimu lagi?" Abimanyu tampak mengkhawatirkan istrinya. Ia merangkul pundak Saraswati, membelai pelan dan berusaha menenangkan.Saraswati menatap Abimanyu dengan wajah kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa. "Enggak, Mas. Cella gak telepon aku. Aku hanya merindukannya. Kamu tentu tau, kalau aku selama ini selalu membelanya. Apapun yang dia lakukan, aku selalu berada di dekatnya. Aku hanya tidak membelanya saat ia lebih memilih menikah dengan lelaki yang telah memiliki istri. Itu seperti mengorek lukaku di masa lalu, Mas. Aku merasa kalau Cella gak ubahnya dengan wanita yang telah mengha

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 70

    Setelah hidup bersama selama beberapa waktu, Cella mulai merasa bahwa Roger telah berubah menjadi seorang yang berbeda dari saat pertama mereka bertemu. Roger semakin sering merendahkan Cella, memarahinya dan mengabaikan kebutuhan dan perasaannya. Cella merasa sangat kesal pada awalnya, tetapi dia bersikeras untuk tetap bersama Roger dan tetap berharap bahwa akan ada perubahan di masa depan.Namun, semakin lama, sifat Roger yang buruk semakin jelas, terutama setelah dia mulai membandingkan Cella dengan istri pertamanya. Roger sering menyebutkan istri pertamanya dengan nama yang buruk dan menyatakan bahwa ia lebih memilih Cella daripada istri pertamanya. Cella merasa sangat terhina dan keberatan dengan perlakuan Roger tersebut.Suatu hari, Cella tidak tahan lagi dan menghadap Roger, marah dan bertanya mengapa dia begitu berubah dan tidak mencintai dia seperti saat dia memilihnya untuk menjadi istrinya."Kenapa kamu begitu berubah, Roger? Aku tahu bahwa kamu lebih memilih aku daripada i

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 69

    Bella dan Helena berdiri di depan butik mereka yang baru saja dibuka pada hari pertama bisnis mereka. Wajah mereka dipenuhi dengan antusiasme dan harapan untuk menjadi sukses dalam bisnis mereka. Keduanya saling berpandangan selama beberapa menit, kemudian Bella mulai membuka pintu toko dan para pelanggan mulai berdatangan untuk memeriksa produk-produk yang mereka tawarkan."Sudahkah kamu siap untuk menjadi pengusaha hebat?" tanya Bella kepada Helena dengan antusiasme."Sudah siap di hari pertama yang indah ini!" jawab Helena sambil tersenyum.Bella dan Helena saling menatap dan tersenyum, kemudian Bella menunjukkan produk-produk terbaru mereka, termasuk pakaian dan aksesoris terbaru yang menyenangkan."Produk-produk itu sangat indah, Kak Bella. Aku yakin kita akan sukses dalam waktu singkat!" kata Helena dengan senyum lebar.Namun, tidak lama setelah butik dibuka, Bella dan Helena mendapati bahwa persaingan di bisnis fashion cukup ketat. Orang-orang yang menjual produk yang sama deng

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 68

    Saraswati terkejut mendengar nama anak kandungnya disebut Melani. Jadi, benar ... kalau Roger yang menjadi suami Cella adalah suami Melani juga. Helena dan Bella menoleh pada Saraswati yang tampaknya merunduk malu. Bella merangkul bahu Saraswati, memberinya ketenangan. Sedangkan Helena terdiam membisu, tidak tahu harus berkata apa. Beruntung, Roger tidak mengenal Saraswati adalah Ibu kandung Cella. Jika mengenal, entah apa yang terjadi. "Mohon maaf, Mbak Melani. Kalau begitu pamit, ya?" Helena tak enak berada di tengah-tengah pertengkaran suami istri yang akan bercerai itu. Apalagi melihat Saraswati yang salah tingkah karena nama anaknya disebut oleh pemilik dua ruko yang akan dijadikan usaha butik oleh mereka."Oh iya, silakan. Terima kasih banyak, ya?" timpal Melani mengabaikan keberadaan Roger yang kesal dengan jawaban istrinya. Jauh dari lubuk hati Roger, ia menyesal karena telah berselingkuh sampai menikah dengan Cella. Ia pikir, bercerai dengan Melani akan memudahkan dirinya me

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 67

    Nama itu nampak tak asing di telinga Saraswati. Seperti pernah mendengarnya. Ia berusaha mengingat-ingat siapa gerangan wanita yang bernama lengkap Melani Wira Atmaja?"Tadi karyawan saya menyampaikan katanya kalian ingin membeli ruko yang di sebelah cafe saya, ya?" Pertanyaan Melani membuyarkan lamunan Saraswati. Bella dan Helena serempak menganggukkan kepala. Mereka memang berencana ingin membeli ruko yang berada di samping cafe ini. Rencananya ruko tersebut akan dibuat usaha butik. "Benar, Mbak. Kami memang berniat membelinya jika harganya cocok," jawab Helena tersenyum simpul. Melani manggut-manggut, kemudian wanita itu langsung menawarkan harga. Bella dan Helena tidak menyangka kalau harga yang ditawarkan Melani sesuai keinginannya. Mereka pikir, harga dua ruko tersebut sangat mahal. Kalau sesuai harga yang ditawarkan Melani, Bella maupun Helena langsung menyanggupi. Meskipun mereka merasa heran, kenapa Melani menjual dua ruko itu di bawah harga pasaran?"Mbak Melani maaf, apa g

  • Menikahi Supir Pribadi   Bab 66

    Cella semakin bingung mendengar pertanyaan dari wanita yang di seberang telepon sana. Apa mungkin itu adalah istri pertama papanya?"Aku anak kandung papa Toni dari istri pertamanya. Sekarang katakan padaku, di mana papa Toni? Aku ingin bicara padanya." Tanpa memikirkan resikonya, Cella mengatakan yang sejujurnya. Padahal jika Cella tahu, kalau dulu wanita itulah yang merebut Toni dari mamanya, mungkin Cella tidak sembrono mengatakan siapa dirinya sebenarnya. "Apa? Jadi kamu anaknya si Saraswati itu?" Suara seseorang yang berada di ujung telepon mengejek kejujuran Cella. Namun, sedikit pun Cella tidak merasa cemas jika kejujurannya ini akan membuat Toni sangat marah."Iya. Aku anaknya. Bahkan beberapa hari kemarin aku sempat tinggal di rumah papa Toni." Cella seolah sengaja ingin memberitahu tentang kedekatannya dengan Toni. Wanita bernama Friska itu sangat geram mendengar pengakuan yang disampaikan anak tirinya. Friska mengepalkan kedua telapak tangan. Amarahnya sudah naik ke atas u

DMCA.com Protection Status