“Ternyata kau ada di sini lagi,” ucap Cella setelah Abimanyu berangkat ke kantor di ruang makan. Helena mendongak, tersenyum tipis.
“Ternyata kau masih tidak punya urat malu masih tinggal di rumahku,” balas Helena, menyindir wanita yang duduk di kursi bersebrangan dengannya.“Jaga bicaramu, Helena!” tegur Saraswati pada anak sambungnya. Helena tersenyum sinis, menggelengkan kepala. Sedikit pun dirinya tidak merasa takut pada istri kedua papanya.“Kenapa bicaraku mesti aku jaga? Faktanya kan memang begitu. Kalian berdua hanya menumpang tinggal di rumahku! Oh ya, Cella ... apa kau sudah tahu kalau aku akan menikah dalam waktu dekat?” tanya Helena mencondongkan tubuh lebih ke depan, menatap lekat. Cella mengerutkan kening, menoleh pada Mamanya.“Memangnya siapa pria yang mau menikahimu? Setahuku, kau tidak punya kekasih!”Beruntung, selama ini Helena menyembunyikan Samuel pada keluarganya. Mengingat status Samuel masih suami orang. Sebelumnya Helena pikir, Samuel akan memilihnya dari pada Angela, nama istri Samuel. Nyatanya, si brengsek Samuel justru mencampakkannya seperti binatang.“Tentu saja ada yang mau menikahiku. Kurangnya aku apa? Aku cantik, banyak uang, anak konglomerat! kalian lihat saja nanti, aku akan menjadi ratu di rumah ini dan kalian berdua ... akan aku depak! Hahahaha ....” Helena sangat bahagia karena sekarang ia memiliki keberanian melawan mereka.Cella dan Saraswati mengepalkan kedua telapak tangan. Ucapan yang terlontar dari mulut Helena sangat menyakitkan hati.“Kau jangan kurang ajar, Helena. Apa kau lupa? Kalau kami pernah berhasil mendepak Bella dari rumah ini? Heuh, jangan-jangan kau yang akan didepak Papa Abi! Ya, ‘kan, Ma?”Cella tidak mau kalah. Ia berusaha mengancam dan memberi tekanan pada Helena. Sedikit pun Helena tidak gentar mendengar ancaman yang terucap dari Cella.“Oke. Kita buktikan saja nanti, siapa yang menjadi pemenangnya. Kalian atau aku?” Jari telunjuk Helena mengarah pada dirinya dan Cella serta Saraswati. Helena beranjak, tanpa menunggu tanggapan mereka, meninggalkan ibu dan anak yang menurutnya tidak tahu malu.“Ma, apa benar dia mau menikah?” tanya Cella pada wanita yang tengah menegak segelas air putih.“Iya,” jawab Saraswati singkat, meletakkan gelas di tempat semula.“Kenapa semalam Mama tidak bilang padaku?” Kecemasan terdengar dari nada bicara Cella. Jika Helena sampai menikah, bisa gawat! Helena pasti akan menyuruh suaminya bekerja di perusahaan Abimanyu. Bisa saja, Helena sendiri berkecimpung di perusahaan. Kalau sampai terjadi, keberadaan Cella di perusahaan akan terancam.“Bukankah semalam kepalamu pusing? Mama semalam mau bilang, tapi kau ... kau justru mengusir Mama bahkan membentak Mama!” Ketus Saraswati mengingat perlakuan Cella semalam, Saraswati sangat sakit hati. Anak yang sedari kecil dibesarkan penuh kasih sayang, berani menghardikanya.Mendengar sindiran Saraswati, Cella menghela napas berat. Sejenak, hatinya merasa bersalah. Namun, kata maaf seolah berat diucapkan.“Semalam aku memang sangat pusing. Ya mungkin ... karena terlalu banyak minum alkohol,” imbuh Cella, sebelah tangannya mengangkat segelas air putih, meneguknya hingga tandas.“Cella, Mama mohon berhentilah mabuk-mabukan. Kalau Mas Abi tahu, dia akan membencimu, Cella!”Saraswati terlihat sangat kesal pada anak kandungnya. Cella membuang muka seolah mengabaikan ketakutan yang dialami Saraswati.“Semalam aku hanya ... hanya merayakan ulang tahun Papa Toni, Ma.”“Apa?” Saraswati terkejut mendegar nama mantan suami diucapkan anak semata wayangnya.“Kau ... kau berani merayakan ulang tahun si keparat itu? Di mana otakmu, Cella? Apa kau lupa, kalau dahulu si keparat itu sudah menelantarkan kita berdua? Kau lupa?” Sungguh, Saraswati sangat kecewa akan sikap Cella yang masih saja menemui Papa kandungnya.“Ma, seburuk-buruknya Papa Toni, dia tetap Papaku! Aku tidak mau menjauhinya! lagi pula, sekarang Papa Toni sudah kaya raya! Sudah banyak uang! Kalau nanti Papa Abi mengusir kita dari sini, Papa Toni pasti mau menerima kita. Mama tahu tidak? Sekarang rumah Papa Toni sangat besar dan mewah!”Emosi dalam diri Saraswati semakin meluap, tidak suka anaknya dekat mantan suaminya. Perlakuan Toni di masa lalu, membuat Saraswati mengalami trauma. Dia tidak sudi melihat apalagi berjumpa dengan lelaki yang dahulu sempat menjadikannya seorang pelacur.Tanpa ingin menanggapi ucapan Cella, Saraswati meninggalkan ruang makan, masuk ke dalam kamar.***Hari ini, Helena mengajak Jaka untuk melakukan fitting baju pengantin. Jaka seperti bermimpi akan dinikahi majikannya sendiri. Helena gadis yang cantik, bahkan sangat cantik. Semalaman juga Jaka tidak bisa tidur, memikirkan rencana Helena yang akan mengajaknya berumah tangga. Meskipun ajakan menikah itu untuk menutupi kehamilan Helena, tetapi rasanya ... bagai mimpi!“Nona ....”“Eh, kemarin aku bilang apa? panggil aku A ... yang! Mengerti?" Helena memberi peringatan tegas. Mereka kini sedang berada di dalam mobil menuju ke salah satu butik yang terkenal.“I-iya, maaf ....” lirih, Jaka berucap.“Oke, dimaafkan. Kamu kenapa manggil aku? Ada yang ingin kau bicarakan?” Helena mengubah posisi duduk, lebih menghadap pria yang duduk di balik kemudi.“Apa ... Apa kau ... sungguh-sungguh mau menikahiku?” Pertanyaan itu diiringi keringat dingin yang mengucur di pelipis Jaka.“Kau pikir aku main-main? Aku serius, Jak ... sudahlah, kau tidak perlu tegang. Dua puluh delapan hari lagi kita akan resmi menjadi sepasang suami istri! Oke?”“Ta-tapi, No ... Eh, Ayang ... Aku ... Aku hanya orang kampung.”“Stop! Aku tak suka kalau kau insecure! Sudahlah, anggap saja kau adalah seorang pria yang aku sebutkan di hadapan Papa semalam.”“Baiklah ....” Tidak ada yang dapat Jaka lakukan selain mengiyakan keinginan Helena. Entah bahagia atau menderita, Jaka akan memiliki istri secantik Helena. Helena memiliki darah Rusia. Ibunya berasal dari Negara Rusia, bernama Christine Dominice. Christine meninggal dunia karena tumor di kepala. Kematian Christine membuat Helena dan Bella kehilangan sosok seorang Ibu. Perhatian yang dahulu mereka dapatkan dari Christine, tidak ia dapatkan dari Saraswati. Justru Saraswati bermuka dua. Di depan Abimanyu seolah sangat baik, di belakang Abimanyu sangat menyebalkan.Tiba di butik, tanpa ragu Helena menggamit mesra lengan Jaka. Masker yang biasa Jaka kenakan, dilepas Helena.“Jak, buang ini! wajahmu gak jelek-jelek amat, Jake! Gak usah ditutupi begini!”“Baik, No ... Hmm ... Yang ....”Helena tersenyum manis, menggamit lengan Jaka. Kemudian, dengan langkah pasti Helena mengajak Jaka masuk ke dalam butik.Helena dan Jaka memilih beberapa gaun pengantin yang terpajang di butik itu. Helena langsung dilayani oleh pemilik butik, mengingat Helena adalah salah satu pelanggan butik ini.“Aku ... Aku gak suka gaun-gaun ini, Tya ... Aku ingin desain gaun pengantin yang lain. Apa kau bisa melakukannya?” cetus Helena pada Tya yang tiada lain pemilik butik.“Tentu saja bisa. Bagaimana kalau besok kau datang lagi ke sini, nanti akan aku pertemukan dengan desainernya?”“Oh, oke. Sekarang aku mau pilih-pilih pakaian yang lainnya saja. Pakaian untukku dan juga untuk calon suamiku!” Helena melirik pada Jaka yang berdiri tegap di sampingnya. Jaka tampak gagah dengan kemeja yang dikenakan.“Hemmm ... Aku ikut bahagia mendengar kau akan menikah.”“Terima kasih, Tya.”Kemudian, Helena dan Jaka memilih pakaian yang ada di dalam butik. Alangkah terkejutnya Helena ketika sebuah suara yang tak asing baginya memanggil.“Helena?”Helena dan Jaka menoleh, membalikkan badan. Ternyata Samuel. Helena mengitari sekeliling, memastikan Samuel datang dengan siapa ke butik?“Hai, apa kabar?” Helena berusaha menyikapi dirinya agar tidak terlihat salah tingkah di depan pria yang telah menghamilinya.“Dia siapa?” tanya Samuel dingin. Helena melirik Jaka, bergelayut manja pada lengan lelaki yang usianya lebih muda dari Samuel.“Oh ya, kenalkan ... Dia adalah Jake Abraham, calon suamiku!”“Maaf, Pak Samuel. Ini pesanan Nyonya Angela.” Samuel tersentak mendengar salah satu karyawan butik menyerahkan satu goodie bag pesanan istri sahnya. Ternyata keberadaan Samuel di butik ini karena mengambil pesanan istrinya.Dalam hati Helena bergemuruh. Rasa cemburu masih ada di dalam hati. Namun, sebisa mungkin ia menguasainya agar tidak terlihat oleh Samuel. Helena tersenyum manis sambil mengeratkan tangannya pada lengan Jaka.Samuel mengambil alih goodie bag dari tangan karyawan butik, tanpa mengucapkan terima kasih.“Helena, aku masih tidak percaya kalau lelaki ini adalah calon suamimu! Tidak mungkin kau selingkuh dariku! Tidak mungkin secepat itu kau mendapat penggantiku! Aku tahu betul, kau sangat tergila-gila padaku! Ya, ‘kan?”Helena dan Jaka membeliakkan kedua mata, lalu tertawa sumbang sambil menggelengkan kepala.“Aku kira kau pintar, Samuel Christian? Hahahah ... kau sendiri kan yang bilang kalau aku adalah ... wanita murahan? Sering bergonta-ganti pasangan! Yes, that’s t
“Hahahaha ... aku bercanda, Jak. Sudahlah, lupakan! Pernikahan kita nanti hanya sandiawara. Tetapi, kau tenang saja, aku akan membuatmu menjadi Raja di rumah dan perusahaanku. Rasanya aku sudah tidak sabar, ingin membuat Cella dan Mamanya pergi dari rumah," ucap Helena sungguh-sungguh. Jaka hanya terdiam sambil merunduk. Sebelumnya wanita itu mengajak ia belajar saling mencintai. Apa dirinya pantas mencintai dan dicintai gadis kaya raya dan cantik seperti Helena? “Iya. Semua yang kita lakukan hanya sandiwara.” “Jak, aku ingin langsung pulang saja.” “Baik.” Kendaraan yang mereka tumpangi meluncur menuju rumah besar Abimanyu Adiwilaga. Pengusaha ternama dan disegani dalam kalangan dunia bisnis. Seorang pria yang hanya memiliki dua anak perempuan. Dua anak yang nantinya akan meneruskan tahta perusahaannya. Tetapi sayang, anak sulungnya sudah tidak dapat diharapkan lagi. Tiba di rumah, hari mulai terlihat gelap. Dengan cekatan, Jaka membuka pintu mobil bagian Helena. Wanita itu seper
“Helena, Papa ingin menyampaikan pembagian harta warisan untuk kalian.”Benar dugaan Helena, sesuatu yang disampaikan Abimanyu bukanlah kabar baik melainkan kabar buruk. Bagaimana bisa, Saraswati dan anak dari suami sebelumnya mendapat hak warisan dari Abimanyu? Sedangkan anak kandungnya sendiri, kak Bella? Tidak mendapat sepeser pun."Kak Bella bagaimana, Pa?”“Berulang kali Papa katakan, jangan kau sebut nama dia di rumah ini!” Abimanyu mulai menggertak. Helena menyandarkan punggung. Melirik Cella dan Mamanya, mereka tersenyum licik.‘Sekarang kalian boleh menertawakan kami, tetapi suatu saat, kami yang akan menertawakan kalian.’“Kak Bella anak kandung Papa meskipun pernah melakukan kesalahan.” Tak menyerah, Helena membela kakak kandungnya.“Kalau kau tetap membicarakannya, Papa tidak akan memberimu hak waris!” Abimanyu mengancam. Seketika mulut Helena terkunci. Ia tak berani bicara lagi. Bisa gawat kalau Helena pun tidak dapat warisan. Semua aset kekayaan Papanya akan dikuas
Mendapat pertanyaan seperti itu, Saraswati langsung salah tingkah. Dia menelan saliva, tak menyangka kalau Abimanyu bertanya demikian. “Tentu saja tidak, Mas. Ya sudah kalau Mas gak mau membuatnya sekarang, gak masalah. Kalau begitu, aku keluar dulu. Mas masih mau di sini?” Susah payah Saraswati mengendalikan kegugupannya. Jauh dari dalam hati, ia tak mau kalau Abimanyu mencurigainya. Curiga kalau dirinya dan Cella membuat rencana. Rencana yang akan mengancam keselamatan Tuan Abimanyu.“Aku mau di sini saja. Oh ya, tolong kau panggilkan Helena. Aku ingin berbicara masalah pernikahannya,” ucap Abimanyu duduk di kursi tanpa ingin menatap wajah istrinya. “Bukankah, kita sudah sepakat kalau pernikahan Helena diundur?” Saraswati seolah mengingatkan suaminya atas kesepakatan yang mereka bicarakan tempo hari. Tuan Abimanyu sebelumnya sudah terhasut tetapi sekarang tidak akan. Hati dan kedua matanya telah terbuka. Tuan Abimanyu sudah tahu perilaku istri kedua dan anak tirinya. Sungguh sangat
Helena tersenyum keluar ruang kerja Papanya. Hatinya sangat bahagia karena hari pernikahannya dengan Jaka dipercepat. “Helena!” Panggilan Saraswati menghentikan langkah kaki Helena. Wanita itu menoleh, membalikkan badan. “Ada apa?” tanya Helena datar. Wajahnya tampak tak suka dilewati oleh ibu sambungnya.“Apa yang dibicarakan Papamu?” Selidik Saraswati, kedua tangannya bersidekap, sorot matanya tajam. Dia penasaran akan perubahan sikap suaminya. Biasanya Tuan Abimanyu tidak bersikap dingin padanya tetapi sekarang, tidak hanya sikapnya yang berubah tetapi keputusan yang sudah disepakati pun telah diingkari. Sungguh, Saraswati tidak habis pikir.“Kau mau tahu?” Bukannya menjawab, Helena justru balik bertanya. Pertanyaan serupa ejekan itu membuat Saraswati geram. “Kalau aku tanya, berarti aku mau tahu! Katakan padaku, apa yang kalian bicarakan di dalam sana?" desak Saraswati, menginginkan jawaban Helena. Hatinya benar-benar kecewa karena Tuan Abimanyu tidak jadi mengumumkan pembagian
“Kau lihat saja nanti! Kita akan bertaruh! Kali ini, rencanaku dan Mama pasti akan berhasil!” ucap Cella sungguh-sungguh, sorot matanya begitu tajam menatap lekat Helena yang menanggapi perkataannya dengan senyum sinis. “Silakan saja. Aku sama sekali tidak takut.” Helena menantang rencana yang akan dijalankan oleh kedua orang yang tidak tahu diri. Orang yang tidak tahu berterima kasih. Orang yang dari awal kedatangannya ingin mengusir Helena dan Bella dari rumah. Saraswati dan Cella memang ingin menguasai rumah beserta harta Tuan Abimanyu. Berbagai cara dilakukan keduanya agar Bella dan Helena tidak betah tinggal di rumah sendiri. Sungguh, manusia yang tak tahu diri!“Apa yang membuatmu tidak takut, Helena?” Tiba-tiba suara Saraswati terdengar. Wanita yang baru saja mengantar suaminya berangkat kerja kembali lagi ke ruang makan. Wanita itu duduk di samping anak kandungnya. Cella melirik sambil menghela napas panjang.“Dia bilang tidak takut dengan ancamanku, Ma! Sepertinya sekarang ki
Pertanyaan yang serupa sindiran membuat Saraswati menelan air liur. Tidak terpikirkan sebelumnya jika Jake berani membalikkan pertanyaannya. Dia pikir Jake pria yang tak berani menimpali ucapannya. Pria yang mudah percaya akan ucapan Saraswati.“Sayang, aku sudah siap!” seru Helena saat di pintu masuk rumah. Dirinya terkejut melihat keberadaan Saraswati di kursi teras rumah. Dalam hati, Helena berpikir kalau Saraswati pasti sedang menghasut Jake. Seperti yang dilakukan Saraswati terhadap Papanya.“Oh, ada istri keduanya Papa. Kayaknya ada sesuatu yang penting? Apa jangan-jangan ibu Saraswati sedang menjelek-jelekkanku pada Jake?,” cetus Helena, tersenyum simpul. Saraswati berdiri, menatap tajam anak bungsu Abimanyu Adiwilaga. “Kamu jangan menuduh sembarangan! Lagi pula, memangnya kenapa kalau aku ngobrol sama dia? Kamu cemburu?” Kedua mata Helena membeliak, kemudian tertawa lepas.“Hahahaha ....” Jake berdiri di samping Helena, tersenyum bahagia melihat calon istrinya tertawa. Helena
“Jake, apa benar ... Kalau kau jatuh cinta padaku?” tanya Helena pada saat Ibu Sinta pergi meninggalkan mereka berdua ke dapur.Jake tak langsung menjawab, ia hanya tersenyum tipis. Mengingat kembali kisah cintanya yang kandas karena sebuah pengkhianatan. Acara pernikahan yang hanya menghitung hari harus gagal karena calon istri Jake bernama Mega ketahuan berselingkuh. “Jake?”“Iya, Nona?”“Kau melamun?”“Tidak. Ada apa?” Jake memiringkan tubuh, lebih menghadap Helena. Kecantikan yang dimiliki seorang Helena akan mudah membuat para lelaki menyukainya. Tanpa terkecuali Jake. Pria itu sebenarnya sudah menyukai Helena sejak pertama kali menjadi supir pribadi. Tetapi, Jake beranggapan kalau perasaan suka itu normal saja. “Aku tadi tanya, memangnya kau sudah jatuh cinta padaku?”“Nona, siapapun yang melihatmu, pasti akan suka. Kau cantik, itu jelas. Kau juga baik, itu pun jelas.”Wajah Helena bersemu merah mendengar perkataan Jake yang memuji. Ia melipat bibir, merunduk seraya te
Raut wajah Jake sangat sumringah mendengar kalimat yang diucapkan kakak iparnya. Kali ini Jake sangat bahagia karena benih yang ada di dalam rahim Helena adalah benih darinya. Jake menaiki anak tangga dengan senyum lebar. Membuka pintu kamar, terlihat Helena tengah tergolek lemah. Jake langsung mendekati, menggenggam telapak tangan istrinya. "Ada apa, Jake?" tanya Helena lemah, pandangannya sangat sendu, wajah putihnya semakin memucat. "Kata Kak Bella dan Mama Saraswati, kamu sedang hamil." Ucapan yang disampaikan Jake membuat kening Helena mengkerut. Ia berpikir sejenak, bagaimana mungkin dirinya hamil padahal belum lama mengalami keguguran?"Tapi, aku kan Jake---"Kalimat Helena terpotong. Ia tak boleh merusak kebahagiaan yang terlihat dari raut wajah suaminya. Lebih baik, ia ke dokter kandungan saja, memeriksakan kondisinya. "Baiklah. Kita ke dokter aja, ya? Supaya lebih pasti.""Iya, Sayang. Aku siap-siap dulu. Kamu mau ganti pakaian gak?" Jake bertanya tergesa-gesa. Helena meng
Roger mencaci maki istrinya. Dia tentu terkejut mendengar Cella menyerahkan sertifkat apartemen pada Toni Sanjaya yang tak lain papa kandung Cella sendiri. Sebenarnya Roger tak pantas bicara demikian. Terserah Cella mau memberikan sertifikat apartemen ke siapapun. "Kamu kenapa marahin aku? Memangnya kenapa dengan papaku? selama ini ke aku baik kok." Cella tidak terima Roger membentak, mencaci maki dirinya. Toni dulunya memang pernah jahat, tetapi belakangan lelaki itu sering membantu Cella dan juga menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya terhadap Cella. Kasih sayang yang selama ini tidak pernah Cella dapatkan. "Kenapa marahin kamu? Ya karena kamu bodoh. Papamu baik ke kamu karena ada maunya. Kalau kamu gak percaya padaku, buktikan saja nanti sendiri. Aku yakin seratus persen, papamu itu akan menjual apartemenmu," tandas Roger tanpa keraguan. Sedikit banyak Roger sudah tahu sifat Toni. Lelaki itu selalu saja memanfaatkan kesempatan. Sekarang Cella telah menyerahkan surat berharga p
"Cella, kalau boleh, Papa ingin lihat sertifikat apartemen ini. Ya takutnya ada yang salah," ucap Toni beralasan. Padahal dalam hati, ia menyimpan rencana busuk. Tak peduli dia adalah istrinya, anaknya, atau pun temannya. "Takut ada yang salah gimana, Pah?" Cella tak mengerti. Dia sudah lama membeli apartemen ini. Sampai sekarang tidak ada masalah apa-apa."Ya kamu gak tau aja, di luar sana ada banyak orang yang tertipu membeli apartemen gara-gara sertifikatnya palsu." Cella menyimak penuturan yang disampaikan Toni. "Masa sih, Pah? Aku selama ini gak pernah bermasalah.""Ya coba bawa ke sini dulu. Papah ingin lihat." Toni mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dan memantiknya. "Baiklah." Cella beranjak, masuk ke dalam kamar, mengambil sertifikat apartemen yang disimpan rapi di laci bawah meja rias. Kemudian, menunjukkan pada Toni yang tak lain ayah kandungnya. "Ini, Pah. Aku bikin ini langsung ke notaris. Kayaknya gak mungkin kalau palsu."Toni mengabaikan ucapan Cella.
"Kamu kenapa terlihat murung, Saras?" tanya abimanyu saat mereka berada di dalam kamar."Aku teringat Cella," jawab Saraswati, wajahnya terlihat sendu. Bertemu kembali dengan Cella membuatnya murung. Kesedihan yang dialami Saraswati jauh dari Cella begitu dalam. Sebagai seorang ibu, Saraswati pun merindukan wanita yang dulu terlahir dari rahimnya."Kenapa Cella? apa dia meneleponmu? menyakiti hatimu lagi?" Abimanyu tampak mengkhawatirkan istrinya. Ia merangkul pundak Saraswati, membelai pelan dan berusaha menenangkan.Saraswati menatap Abimanyu dengan wajah kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa. "Enggak, Mas. Cella gak telepon aku. Aku hanya merindukannya. Kamu tentu tau, kalau aku selama ini selalu membelanya. Apapun yang dia lakukan, aku selalu berada di dekatnya. Aku hanya tidak membelanya saat ia lebih memilih menikah dengan lelaki yang telah memiliki istri. Itu seperti mengorek lukaku di masa lalu, Mas. Aku merasa kalau Cella gak ubahnya dengan wanita yang telah mengha
Setelah hidup bersama selama beberapa waktu, Cella mulai merasa bahwa Roger telah berubah menjadi seorang yang berbeda dari saat pertama mereka bertemu. Roger semakin sering merendahkan Cella, memarahinya dan mengabaikan kebutuhan dan perasaannya. Cella merasa sangat kesal pada awalnya, tetapi dia bersikeras untuk tetap bersama Roger dan tetap berharap bahwa akan ada perubahan di masa depan.Namun, semakin lama, sifat Roger yang buruk semakin jelas, terutama setelah dia mulai membandingkan Cella dengan istri pertamanya. Roger sering menyebutkan istri pertamanya dengan nama yang buruk dan menyatakan bahwa ia lebih memilih Cella daripada istri pertamanya. Cella merasa sangat terhina dan keberatan dengan perlakuan Roger tersebut.Suatu hari, Cella tidak tahan lagi dan menghadap Roger, marah dan bertanya mengapa dia begitu berubah dan tidak mencintai dia seperti saat dia memilihnya untuk menjadi istrinya."Kenapa kamu begitu berubah, Roger? Aku tahu bahwa kamu lebih memilih aku daripada i
Bella dan Helena berdiri di depan butik mereka yang baru saja dibuka pada hari pertama bisnis mereka. Wajah mereka dipenuhi dengan antusiasme dan harapan untuk menjadi sukses dalam bisnis mereka. Keduanya saling berpandangan selama beberapa menit, kemudian Bella mulai membuka pintu toko dan para pelanggan mulai berdatangan untuk memeriksa produk-produk yang mereka tawarkan."Sudahkah kamu siap untuk menjadi pengusaha hebat?" tanya Bella kepada Helena dengan antusiasme."Sudah siap di hari pertama yang indah ini!" jawab Helena sambil tersenyum.Bella dan Helena saling menatap dan tersenyum, kemudian Bella menunjukkan produk-produk terbaru mereka, termasuk pakaian dan aksesoris terbaru yang menyenangkan."Produk-produk itu sangat indah, Kak Bella. Aku yakin kita akan sukses dalam waktu singkat!" kata Helena dengan senyum lebar.Namun, tidak lama setelah butik dibuka, Bella dan Helena mendapati bahwa persaingan di bisnis fashion cukup ketat. Orang-orang yang menjual produk yang sama deng
Saraswati terkejut mendengar nama anak kandungnya disebut Melani. Jadi, benar ... kalau Roger yang menjadi suami Cella adalah suami Melani juga. Helena dan Bella menoleh pada Saraswati yang tampaknya merunduk malu. Bella merangkul bahu Saraswati, memberinya ketenangan. Sedangkan Helena terdiam membisu, tidak tahu harus berkata apa. Beruntung, Roger tidak mengenal Saraswati adalah Ibu kandung Cella. Jika mengenal, entah apa yang terjadi. "Mohon maaf, Mbak Melani. Kalau begitu pamit, ya?" Helena tak enak berada di tengah-tengah pertengkaran suami istri yang akan bercerai itu. Apalagi melihat Saraswati yang salah tingkah karena nama anaknya disebut oleh pemilik dua ruko yang akan dijadikan usaha butik oleh mereka."Oh iya, silakan. Terima kasih banyak, ya?" timpal Melani mengabaikan keberadaan Roger yang kesal dengan jawaban istrinya. Jauh dari lubuk hati Roger, ia menyesal karena telah berselingkuh sampai menikah dengan Cella. Ia pikir, bercerai dengan Melani akan memudahkan dirinya me
Nama itu nampak tak asing di telinga Saraswati. Seperti pernah mendengarnya. Ia berusaha mengingat-ingat siapa gerangan wanita yang bernama lengkap Melani Wira Atmaja?"Tadi karyawan saya menyampaikan katanya kalian ingin membeli ruko yang di sebelah cafe saya, ya?" Pertanyaan Melani membuyarkan lamunan Saraswati. Bella dan Helena serempak menganggukkan kepala. Mereka memang berencana ingin membeli ruko yang berada di samping cafe ini. Rencananya ruko tersebut akan dibuat usaha butik. "Benar, Mbak. Kami memang berniat membelinya jika harganya cocok," jawab Helena tersenyum simpul. Melani manggut-manggut, kemudian wanita itu langsung menawarkan harga. Bella dan Helena tidak menyangka kalau harga yang ditawarkan Melani sesuai keinginannya. Mereka pikir, harga dua ruko tersebut sangat mahal. Kalau sesuai harga yang ditawarkan Melani, Bella maupun Helena langsung menyanggupi. Meskipun mereka merasa heran, kenapa Melani menjual dua ruko itu di bawah harga pasaran?"Mbak Melani maaf, apa g
Cella semakin bingung mendengar pertanyaan dari wanita yang di seberang telepon sana. Apa mungkin itu adalah istri pertama papanya?"Aku anak kandung papa Toni dari istri pertamanya. Sekarang katakan padaku, di mana papa Toni? Aku ingin bicara padanya." Tanpa memikirkan resikonya, Cella mengatakan yang sejujurnya. Padahal jika Cella tahu, kalau dulu wanita itulah yang merebut Toni dari mamanya, mungkin Cella tidak sembrono mengatakan siapa dirinya sebenarnya. "Apa? Jadi kamu anaknya si Saraswati itu?" Suara seseorang yang berada di ujung telepon mengejek kejujuran Cella. Namun, sedikit pun Cella tidak merasa cemas jika kejujurannya ini akan membuat Toni sangat marah."Iya. Aku anaknya. Bahkan beberapa hari kemarin aku sempat tinggal di rumah papa Toni." Cella seolah sengaja ingin memberitahu tentang kedekatannya dengan Toni. Wanita bernama Friska itu sangat geram mendengar pengakuan yang disampaikan anak tirinya. Friska mengepalkan kedua telapak tangan. Amarahnya sudah naik ke atas u