Bab 3 : Menolak bulan madu?"Sayang, kau semakin cantik saja. Aku mencintaimu," ucap Alex sembari mengarahkan bibirnya pada Tira.Namun, Tira menutupi wajah Alex dengan kedua tangannya kemudian berbisik ke telinga Alex, "Sabar, nanti aku akan berikan apa yang kau mau. Ini bukan waktunya, sayang." Tira langsung bangkit dengan posisi berdiri. Sementara Alex masih tidur terlentang di lantai."Sayang ... kenapa kau membuat aku semakin penasaran?" kata Alex sedikit berteriak.Tira mendengar suara dari pintu, Ia pastikan jika yang Ia dengar itu adalah seseorang yang membuka kunci. Tira yang takut namun harus berpura-pura santai, langsung melambaikan tangannya pada Alex saat Ia berdiri di daun pintu untuk memastikan pintunya tidak di kunci."Dadah, Sayang. Bergegaslah, kita akan sarapan!" Ucap Tira pada Alex.Tira pun langsung pergi setelah menutup pintu kamarnya. Saat keluar dari kamar, Tira langsung mencari keberadaan ayahnya pagi itu. Ia mencari ke seluruh penjuru ruangan hingga Ia berpap
Bab 4 : Curiga.Tira terkejut karena seseorang menegurnya setelah Ia melemparkan sepatu pada pria yang Ia duga sebagai mata-mata musuh yang mengincarnya. Karena Tira adalah salah satu dari anggota club motor gede di kota itu.Saat Tira menoleh, Ia dapati Alex yang tengah membelalakan matanya. Ia heran, karena Tira sebelumnya tidak pernah bertindak demikian."Tira, sepatu kamu, bukannya kau sangat sayang pada semua barang-barangmu? Bahkan, kau rela jalan kaki tanpa sepatu itu saat melewati kubangan air. Tapi kenapa kau lempar?" tanya Alex yang yang masih menatap Tira keheranan."Itu ... karena pria tadi ... mengintip. Ya, dia mengintip saat aku tengah ada di tolilet. Aku harus menjaga milikku yang kini sudah menjadi milikmu." Jawab Tira terbata-bata.Alex langsung memeluknya dan meminta maaf karena Ia pikir, dirinya lalai dalam menjaga Tira."Nggak papa, Mas. Aku baik-baik aja kok," kata Tira yang lega karena Alex mempercayai alasannya.Karena Alex tengah membelikan perhiasan, Ia langs
Bab 5 : Keberadaan Tira.Setelah dua hari, Tisa dibawa oleh Alex ke rumhnya sesuai dengan titah Bu Sani. Alex sungguh tak sabar ingin meminta hak-nya.Sementara bagi Tisa, hari itu adalah hari yang sangat Ia takutkan. Ia membayangkan jika Alex akan merenggut keperawanannya. Sungguh, Ia membayangkan hal yang paling Ia takutkan dalam hidupnya.Bu Sani sudah menyiapkan kamar di lantai atas untuk Alex dan Tira. Bu Sani sungguh antusias saat Ia menyambut kedatangan Tira."Selamat datang, Tira. Kamu adalah satu-satunya menantu keluarga Andara. Ibu senang sekali hari ini," ucap Bu Sani saat menyambut kedatangan Tira.Pak Joni dan Bu Sani menyambut keduanya dengan sajian makan siang yang sudah tersaji di meja makan. Walaupun Tira merasa canggung, tapi Ia berusaha untuk menjalankan perannya. Semuanya hanya demi satu unit motor gede seharga rumah.Tisa melempar senyum kala diajak makan bersama. Ia sadar, mungkin untuk beberapa hari ke depan, Ia harus memainkan karakter Tira seapik mungkin. Sa
Bab 6 : Berubah setelah menikahTira disekap di sebuah ruangan mewah. Hanya saja, Ia tak bisa menikmati kemewahan itu karena Ia tak lebih dari seorang tawanan. Ya, Tira diculik dan sepertinya akan dirudapaksa."Dia masih pingsan?" tanya seseorang di luar ruangan tempat Tira disekap."Iya, Bos. Dia masih pingsan akibat obat bius. Mungkin, besok pagi baru dia akan sadar kembali.""Baiklah! Jaga dia baik-baik. Dan kabari aku jika ada hal yang dia butuhkan!" Seorang pria berkharisma dengan rambut panjang di ikat rapih, memakai jas berwarna hitam yang Ia tenteng di tangan kanannya terlihat gagah. Pria itu juga lekas memakai kaca mata hitam kemudian pergi setelah memberikan anak buahnya perintah.***Sementara itu, matahari pagi sudah menerobos masuk melalui celah kecil kamar Tira. Ya, rumah mewah dan mertua baik adalah idaman setiap wanita. Namun, tidak dengan Tira karena sedari semalam Ia tak bisa tidur dengan nyenyak hingga dirinya malah tidur di sofa.Alex membuka matanya karena ada se
Bab 7 : Pergi dengan amarahSemua pasang mata melihat pada Tira sampai Tira merasa tak enak hati saat ponsel itu bergetar dalam genggaman tangannya."Bukan siapa-siapa kok," jawabnya pada Bu Sani. Ia buru-buru menyimpan ponselnya ke dalam tas. Namun, dering ponsel itu lagi-lagi berdering dan Tira memutuskan untuk mematikan ponselnya saja.'Maaf, aku pasti akan jelaskan semuanya nanti. Tunggu aku,' batinnya. Tira langsung memasukan ponsel ke tas kecil yang Ia bawa. Ia memang berusaha berlatih seperti Tira yang lebih feminim dan mengurangi memakai celana jeans yang sangat disukainya, Karena Ia tak mau mengacaukan semuanya.Makan pagi itu berjalan dengan sangat menegangkan bagi Tira. Namun, Ia berusaha terlihat santai dengan menyeruput teh hijau hangat yang disiapkan Ibu mertuanya.Pak Joni berpamitan pada semuanya untuk pergi ke kantor. Ia menaruh harapan tinggi pada Tira, mengingat Alex sangat pemalas dalam bekerja. Ia berharap, setelah menikah dengan Tira, putranya itu bisa berubah.S
Bab 8 : Perubahan sikapBu Mira terkejut mendengar perkataan suaminya yang dinilai kasar. Tidak sepantasnya Pak Arya mengatakan hal itu. Ia maju satu langkah kemudian menarik tangan Pak Arya yang masih memegangi telepon."Ada apa?! Katakan! Aku harus tau apa yang sedang terjadi? Kedua anakku pergi gara-gara kau! Pasti gara-gara kau!" Pekiknya pada Pak Arya. Bu Sani menjatuhkan dirinya, lemas karena takut kehilangan kedua putrinya."Diam saja! Kau tidak akan mengerti!" Pak Arya kembali mengetikan sesuatu pada ponselnya, seperti memerintah seseorang. Namun, kali ini Ia hanya memerintah lewat pesan karena jika bicara lewat telepon, jelas Bu Sani akan mengetahui apa yang sebenatnya terjadi.Bu Sani masih duduk di lantai. Memanjangkan kakinya, raut wajah putus asa ia tunjukan tak lain agar suaminya segera membereskan semuanya."Bangun! Aku akan segera menyelesaikannya! Tunggu saja!" Kata Pak Arya sembari melihat ke arah Bu Sani yang masih duduk di lantai.Bu Sani berdiri kemudian menatap t
Bab 9 : Tisa ketahuanPada bagian depan kotak yang dibungkus pelastik hitam itu, tak ada nama pengirimnya di sana. Bahkan setelah Tira membulak balikan kotaknya, tetap saja ia tak menemukannya.'Aku nggak boleh buka kotak ini. Gimana kalo ini ada hubungannya dengan Tira atau bahkan aku? Bisa gawat jika aku membuka kotak ini di depan mereka berdua.' Batinnya.Tiba-tiba saja, Tira memegangi kepalanya. Kemudian memejamkan matanya sejenak dan merebahkan tubuhnya di kursi yang Ia duduki sekarang."Kamu kenapa?" tanya Alex khawatir. Ia langsung mendekat pada Tira dengan sigap."Apa jangan-jangan dia hamil?" Celetuk Bu Sani yang tentu saja membuat Tira mual mendengarnya.Tira langsung membuka matanya lalu kembali duduk. Ia menyilangkan tangannya pada Ibu kemudian berlari ke arah kamar dengan membawa kotak itu.Sementara itu, Bu Sani hanya melihat heran dengan sikap Tira yang malah tiba-tiba seperti itu. Bu Sani pun melihat ke arah Alex yang malah duduk memperhatikan ke arah dimana Tira tadi
Nab 10 : Terbongkarnya identitas.Ceklek!Pintu kamar mandi terbuka dan dari sana Alex muncul dengan hanya mengenakan handuk yang Ia gunakan untuk menutupi sebagian tubuhnya."A ...!" Jerit Tira dengan lantang. Sontak saja Tira terkejut melihat Alex yang hanya memakai handuk saja. Tira menutupi matanya dengan kedua tangan dan membalikan badannya saat melihat pemandangan tak biasa. Namun, diam-diam dia membayangkan apa yang Ia lihat. Kulit putih bersih dengan proporsi tubuh kekar di bagian tangan juga perut yang berbentuk persegi bagai roti sobek membuatnya terdiam membisu. 'Nyaris sempurna,' batinnya.Sementara itu, Alex segera memakai pakaian yang buru-buru Ia ambil dari lemarinya. Buru-buru juga Ia pakai celana ketat karena terkejut dengan teriakan Tira."Sudah! Aku sudah ganti baju. Lagian, kenapa kamu nutupin mata sih? Bukannya kita suami istri? Ah, aneh sekali," ucap Alex tampak heran namun Ia langsung merapihkan rambiutnya yang basah."It-itu .. itu karena aku belum terbiasa."
Bab 54 : Malam paling indah menjadi bumerang“Perusahaan Ayahmu bangkrut akibat ulahnya sendiri, Tisa.”“Apa maksud Om?” tanya Tisa bingung dengan apa yang dikatakan olehPak Joni. Pak Joni seolah tak salah dalam hal ini. Pak Joni malah menyalahkan Ayahnya.“Iya, Sa. Ayahmu korupsi di perusahaan kami. Para Investor menarik semua dana yang mereka berikan dan berpindah ke perusahaan Om.”“Benarkah? Apa Om punya buktinya?”Pak Joni langsung mengambil beras dari runagannya dan memberikannya pada Tisa. Tisa melihat memang benar apa yang dikatakan oleh Pak Joni saol Ayahnya itu. “Jika Ayah korupsi, lalu uangnya kemana? Kami nggak pernah loh Om, liat uang segeda ini.”“Entahlah soal itu. yang jelas, Ayahmu sering berurusan dengan Mommy Queen yang seorang Bandar obat-obatan terlarang.”Tisa semakin tercengang mendengarnya. Tubuhnya lemas saat mengetahui soal itu. sedikitpun Ia tak percaya namun itu bukan tanpa bukti. Bukti-bukti foto juga ditujukan oleh Pak Joni. Ingin sekali Tisa percaya pada
Bab 53 : Apa yang terjadi?Tisa mengepalkan tangan di bawah meja dan ingin sekali melayangkan beberapa pukulan pada waita iblis itu. Namun, Ia tak mau gegabah karena bisa saja nyawa Ibunya dalam bahaya jika Ia melakukan tindakan seenaknya.Tisa masih bisa menahannya hanya demi keselamatan Ibunya saja. Bahkan Ia tak menyangka kalau Ayahnya mengenal sosok Mommy Queen.“Lepaskan istriku!” pekik Pak Arya dengan tegas. Nada suaranya menggema di ruangan vvip itu. amarahnya memuncak pada saat Mommy Queen menghinanya. Pak Arya menegaskan jika dirinya tak bisa dipermainkan.“Kau menyayanginya?” tanya Mommy Queen dengan ekspresi mengolok Pak Arya.“Bukan urusanmu! Dia Ibu dari anak-anakku! Tak ada alasan bagiku untuk tidak menyayanginya! Urusanmu bukan dengannya, tapi denganku! Lepaskan dia!”“Ha ha ha, siapa kau? Yang berani memerintah Mommy Queen. Tidak semudah itu, Arya dwi pangga!” jawab Mommy Queen dengan manik mata penuh dendam membara. Entah apa yang terjadi pada mereka di masa lalu.“K
Bab 52 : Sang penolong. Dalam suasana kerisauan soal Ibunya yang tiba-tiba saja diculik Mommy Queen, ada tamu yang datang ke Rumah Pak Arya. Pak Arya juga masih memejamkan matanya dan Ia belum tau kalau istrinya diculik. Tisa berinisiatip untuk membukakan pintu, sementara Tira menunggu di Sofa. Ia juga penasaran, siapa yang datang ke Rumahnya. Detik berikutnya, Tisa terkejut melihat kedatangan Alex yang begitu tiba-tiba sekali. Tisa langsung mempersilahkan masuk dengan harapan Alex membawa kabar gembira bagi keluarganya. Namun, saat Alex masuk ke Rumah Tira malah berekspresi sebaliknya dari Tisa. Yah, mungkin karena alex yang menunjukan banyak perubahan siakap padanya. Makanya, Tira merasa kecewa dengan Alex. Kali ini, Alex ditemani oleh Rendi saat datang ke Rumah mereka. “Mau ngapain? Bukannya kita udah nggak akan bisa bersatu? Bukannya keluarga kamu menginginkan Tisa?” tanya Tira bernada sinis pada Alex juga menatap tak suka ada Tisa. Tisa hanya menatap sekilas pada Tira. Ia j
Bab 51 : Penculikan IbuTisa terbengong. Takut salah bicara pada Tira. Di lubuk hatinya, Ia masih menyisakan sedikit rasa cinta untuk Alex. Namun, Ia berusaha menutupinya karena takut Tira terluka."Kok nanya aku?" Ucap Tisa dengan nada candaan saat Tira bertanya pendapatnya soal keinginan Pak Joni dan Bu Sani."Iyalah! Mereka mau kau yang jadi menantunya. Gimana?""Mana bisa aku kepikiran hal seperti itu? Ah! Kau ini!" Tisa menyikut Tira, ingin menegaskan jika dirinya tak punya perasaan sedikitpun pada Alex."Baiklah kalau kau tak suka, ya nggak papa. Yang jelas, aku rasa Alex juga sudah tas cinta padaku. Apalagi, setelah aku kembali.""Apa? Kau merasa Alex seperti itu? Berengsek sekali jika sampai hal itu benar adanya. Lihat saja nanti! Aku akan berikan dia pelajaran jika sampai Ia tak menikahimu. Kau tenang saja, ya?"Tira tak menjawab lagi. Di pikirannya sekarang hanya menginginkan satu hal yaitu kembali menadapatkan perhatian Alex seperti sebelumnya.Tira malah insecure dengan pe
Bab 50 : Tau semuanya.Tisa dan Tira duduk di ruang tamu setelah Alex memersilahkan mereka untuk masuk. Sementara itu, Alex pun segera memberitahukan Ibunya jika Tisa dan Tira berkunjung ke rumah mereka.Saat Alex memanggil Ibunya, Bibi membawa sesuatu dari dapur dengan ekspresi kebingungan saat melihat kedua orang wanita cantik dengan penampilan yang berbeda."Silahkan," kata Bibi sembari menyajikan makanan kecil juga minuman di atas meja.Tira hanya membalas senyum pada Bibi, sementara Tisa diam tak bereaksi apa-apa. Saat ingin menegur pun Tisa menahannya. Ia tak ingin menunjukan kedekatannya dengan anggota keluarga Alex. Ia terlalu takut rasa itu kembali hadir, Ia juga menyadari kalau rasa yang baru saja hadir itu akan musnah seketika hanya karena kebodohan Tira.Detik berikutnya, Bu Sani tiba di ruang tamu. Tisa melihat wanita paruh baya itu lemas di atas kursi roda. Manik matanya berkaca-kaca saat Bu Sani memandangi Tisa. Tisa mencoba membuang tatalannya dan memilih melihat ke ar
Bab 49 : Maaf, aku khilaf!Tisa terbengong mendengar ucapan dari Tira. Ia tak menyangka kalau Tira akan mengatakan hal yang membuatnya gagu apalagi saat Tira seolah memaksanya.Tisa belum menjawab ajakan Tira. Ia hanya mengambilkan makanan dan meletakannya di pangkuan Tira yang sebagian tubuhnya masih ditutupi selimut tebal."Makanlah yang banyak. Buktikan pada Ayah juga kalau kau serius mau membantunya. Jika aku punya cara lain untuk membantu Ayah, aku pasti akan lakukan. Hanya saja, kau tau kan sifat Ayah itu sangat keras. Ia bahkan sampai tega membentak dan memukul jika kita sampai salah langkah.""Bukan itu, Sa. Aku hanya ingin menagih janji Alex padaku. Sebuah janji yang tak akan pernah mungkin aku hapus begitu saja.""Janji?" Lagi-lagi Tisa tertegun, pikirannya menerka apa yang menjadi ganjalan Tira."Tisa, aku bisa saja melepaskan Alex dan bisa juga mencari pria yang jauh lebih kaya juga mapan. Aku mampu melakukannya. Tapi ..," Tira tak melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menu
Bab 48 : RumitPak Arya mencengkram pergelangan tangan Tira dan menariknya hingga Tira ada di belakang Pak Arya. Pak Arya juga melentikan jari telunjuknya pada Alex, pertanda memperingati Alex."Aku larang kau temui anakku! Jangan harap kau bisa menemuinya lagi!" Ucap Pak Arya langsung menyeret Tira masuk ke dalam rumahnya.Alex masih berdiri di sana. Menatap nanar kepergian Tira dan juga Pak Arya. Namun, ada keanehan dalam hatinya. Ia sama sekali tak takut akan ancaman Pak Arya. Ia tak takut jika tak akan bertemu lagi dengan Tira karena hatinya kini samar setelah semua yang Ia lewati bersama Tisa.Walaupun Tisa tomboy, Alex tetap merasakan getaran rasa saat bersama dengan Tisa. Entah perasaan apa itu, entahlah. Alex juga belum tau pasti.Alex pun pergi setelah Pak Arya dengan tegas mengusirnya dari pelataran rumahnya. Ia juga masuk ke dalam mobil dan pergi.Sementara itu di dalam rumah, Tira berusaha melepaskan gengaman tangan bapaknya yang kasar. Saat tangan Ayahnya terlepas, ia jat
Bab 47 : Dilematis.Pak Baroto mematikan roko yang baru saja Ia nyalakan. Tangannya meraih pinggang Tira yang mungil setelah itu didudukannya di atas pangkuannya.Tatapan bengis Tira berikan padanya. Tira tak sudi jika harus melayani si tua bangka tak tau diri itu."Ayolah, sayang! Aku ingin mencicipi keperawananmu." Bisik Pak Baroto yang membuat Tira semakin mual dengam ucapannya.Tira memutar otak dan mempunyai sebuah ide berilian. "Okay! Aku mau lima miliar dulu. Gimana? Keperawananku mahal, Dad!" Jawab Tira langsung menghindar agar Pak Baroto penasaran padanya.Tatapan Pak Baroto pada Tira semakin liar. Ia mulai tak sabar dan langsung mengeluarkan ponselnya. Dikirimnya sejumlah uang yang Tira inginkan. Namun setelah itu, barulah Tira mnjalankan rencananya."Om, aku mau ke dapur dulu. Mau buat teh, biar Om puas dan menikmati malam ini." Tira pergi tanpa menunggu persetujuan dari Pak Baroto. Ia membuat minuman itu di pantri hotel dan setelah itu langsung menyajikannya dengan mesra.
Bab 46 : Wanita malamAlex tergugu saat melihat wanita yang Ia cintai ada di hadapannya namun dalam bentuk lain. Alex memindai ke arah Tira tanpa Tira sadari. Bermesraan seperti wanita nakal. Merayu pria yang menjadi clien dari perusahaannya."Sayang, kau naik saja ke atas." Bisik pak Broto yang suara bisikannya masih bisa didengar jelas oleh Alex. Alex pun berpikir hal lain saat Tira bersikap nakal dan tak tau malu."Tira!" Sapa Alex denan suara tegasnya.Tira mendongak, Ia tak percaya jika Alex yang merupakan satu-satunya pria yang Ia inginkan dalam hidupnya malah memergokinya layaknya seorang wanita nakal.Kedua manik mata Tira langsung mengeluarkan air mata yang berada di ujung matanya saja. Matanya menunjukan jika Iantak berdaya. Tira masih memberikan kode pada Alex, berharap Alex peka dan bisa menolongnya.'Kenapa kamu diam, Ra?' Batin Alex yang melihat Tira malah mundur satu langkah, menjauh dari meja."Kau kenal dia?" Tanya Pak Broto sembari mengarahkan pandangannya pada Tir