Hening tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Reyna maupun pria asing itu. Mereka menyusuri jalan penuh bebatuan. Gemericik hujan terus menemani mereka kala itu. Sesekali Reyna mengintip siempunya payung hitam yang misterius. Hingga diamnya mereka tak menggubris lamunan untuk sampai ke rumah pria asing tersebut.
'Reyna, kamu harus pandai menjaga diri. Siapa tau ia pria jahat. Jangan sampai kamu terbuai,' batin Reyna menyadarkan dirinya kala itu.
Reyna menelan salivanya karena merasa tegang dengan keadaan yang berbeda. Ia mencoba mengamati perawakan pria itu, siapa tau mereka pernah bertemu. Dengan perawakan yang cukup ideal, memiliki tinggi kurang lebih 170 sentimeter.
Ia terlihat bisa menjadi idaman bagi wanita sebayanya. Belum lagi ia memiliki kulit sawo matang, dengan tangan-tangan yang lentik membuat Reyna seketika mulai tersipu. Sayang, ia tak bisa melirik muka dibalik bayang-bayang payung hitamnya.
"E-eh, maaf Tante. Tadi aku lihat an-eh Malvin cari Tante ke dalam," jawab Reyna kaku dan ibu Malvin hanya mengangguk. Mata mereka saling bertautan, Reyna berusaha mengalihkan pandangan karena merasa canggung sekali.Setelah lama bertapa, rasanya aneh sekali menjadi tamu untuk seseorang. Reyna masih terpaku karena malu. Sesekali ia melemparkan senyuman pada ibu Malvin untuk mencairkan suasana. Ia tidak memulai sepatah kata apapun dari mulutnya.Hanya menunggu pertanyaan yang keluar dari ibu Malvin. Rasanya benar-benar hal aneh bagi Reyna saat ini. Tak sengaja ujung mata Reyna menangkap gelagat ibu Malvin yang memperhatikannya. Ibu Malvin memperhatikan lagi Reyna secara jeli dan teliti.Sesekali ia melemparkan senyuman untuk membalas pesona yang terpancar. Baru kali ini ibu Malvin memperhatikan tamu sejeli ini. Menurutnya ada yang berbeda dari mimik Reyna mengenai pesonanya itu. Manik mata ibu Malvin tak
"Kamu bisa bilang enggak apa-apa tapi perut kamu jujur banget, Reyna. Udah yuk kita makan," ajak Ibu Malvin sambil menyodorkan sepotong pizza dan fried chicken ke depan Reyna. Reyna mengambil sepotong pizza itu dan-rasanya enak sekali. Mungkin karena efek kelaparan, Reyna merasa rasa ini sangat baru untuk lidahnya.Tampak matanya berbinar menunggu sepotong pizza lainnya ditawarkan oleh Ibu Malvin. Ia sangat malu sekali, tapi ia sangat kelaparan. Sehingga Malvin dengan suka cita membawakan satu box penuh pizza itu ke depan Reyna. Ia meyakinkan Reyna untuk menghabiskan makan malamnya. Reyna mulai terbiasa dengan suasana yang semula canggung menjadi nyaman karenanya."Makanya jangan malu-malu, habiskan aja Rey. Nanti Tante bisa pesen lagi kok. Tante udah kenyang banget ini, dan mata udah enggak bisa diajak kompromi kayanya, Tante duluan tidur enggak apa-apa 'kan?" tanya Ibu Malvin yang sedari tadi menahan kantuk karena tak mau melewatkan moment
Malam yang hening dengan semilir angin yang lembut membelai tubuh wanita bernama Reyna. Rasanya sudah tidak sabar menunggu hari esok. Semua orang telah tertidur lelap karena kelelahan untuk persiapan besok. Namun Reyna tetap antusias menunggu pagi yang indah tanpa merasa mengantuk. "Semoga esok akan menjadi langkah terakhir aku gagal menikah. Fyuh!" terangnya penuh harap. Ingin sekali Reyna tertidur walaupun hanya beberapa menit saja, tapi sulit sekali. Ia mencoba memutar lagu relaksasi untuk pengantar tidur. Membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Diiringi dengan suara musik, akhirnya wanita itu bisa terlelap dari segala penatnya. Mimpi-mimpi Reyna mulai muncul di benaknya. Semakin lama Reyna larut dalam ketenangan mimpi dalam tidurnya. Saking terlelapnya Reyna, mentari yang muncul dari ufuk timur tidak ia rasakan. Pagi yang tentram itu hilang, karena suara gaduh beberapa orang.
Reyna melirik ke sekitar untuk mencari sosok yang menjahilinya. Ia akhirnya menjadi kesal karena tidak mendapatkannya. Suasana semakin tegang karena hujan semakin deras. Angin kencang terus berhembus, dan diiringi gemuruh dari langit.Sehingga tetesan air hujan itu tak sengaja membasahi sebelah tubuhnya. "Hei ...," panggil seseorang tak kasat mata dengan parau sekali. Bulu kuduk Reyna semakin merinding mendengar bisikan seseorang. Tapi ia tidak berhasil menemukan wujudnya.Berkali-kali tubuh Reyna seperti merasakan dibelai oleh seseorang. Sayang dan nihil, perbuatan makhluk itu tidak berhasil Reyna tepis lebih cepat. Reyna merogoh ponselnya, harap-harap ia bisa mendapatkan ketenangan dan sedikit cahaya. Low battery, apes ponsel Reyna mati di saat Reyna membutuhkannya."Aku suka sekali baumu ...," bisik sosok itu semakin membuat Reyna merinding tak karu
Setelah kepergian makhluk tak kasat mata itu, tiba-tiba langit diterangi kembali oleh cahaya bulan. Termasuk hujan deras yang menghalangi jalan Reyna berhenti begitu saja.Malam yang semula riuh kini menjadi lebih tenang. Reyna memastikan kembali apa ada demit lain yang ingin mengganggunya. Melihat lagi tempat yang ia pijak, harap-harap gangguan sudah hilang bersama redanya hujan.'Fyuh, aman. Harus buru-buru balik sekarang juga! Mumpung situasinya aman,' batin Reyna menggerutu seiring menyalakan mesin motornya itu.VRROOOMMPergi secepat kilat menembus kabut yang mulai turun. Reyna berdecak kesal karena ada saja hal yang mengganggu langkahnya untuk pergi dari situ.Sepanjang perjalanan Reyna mencoba waspada karena masih ketakutan mendapati penampakan aneh itu. Kabut semakin tebal menutup jalanan Reyna, nyali wanita ini benar-benar diuji.Ia
Perkenalan singkatnya dengan Bara menjadi pertanda yang sangat buruk untuk Reyna. Kejutan kecil dari perkenalan teman beda dunianya selalu menghiasi persinggahan Reyna.Semenjak kejadian itu Reyna banyak sekali mendapatkan tanda-tanda dari makhluk halus yang tertarik dengan baunya. Reyna benar-benar terganggu dan risih oleh tingkah mereka sehingga ia banyak menarik diri dari dunia luar.Bahkan wanita ini tak bisa merasakan ketenangan hidup. Diamnya Reyna adalah kebisingan yang sesungguhnya. Reyna yang masih belum terbiasa selalu berhasil dibuat frustasi. Keheningan yang selama ini Reyna jaga akhirnya sirna.Pancingan Bara itu berhasil membuat Reyna melangkah lebih dekat bersamanya. Ketenangan dan iman Reyna mulai goyah karenanya. Sehingga Bara bisa memanggil seluruh temannya untuk mengganggu Reyna sesuka hati.Sampai-sampai Reyna sangat merindukan tidur nyenyak tanpa diganggu. Ketika ingin tert
Gelagat Reyna semakin lama semakin aneh. Setiap hari ibunya selalu melihat sikap asing Reyna. Ia terkadang mendapati putrinya sedang berbicara sendiri. Namun ia ragu untuk menegur anaknya itu.Ia tidak ingin anaknya merasa tidak nyaman dengan kekhawatiran yang berlebihan itu. Ibu Reyna mencoba berpikir positif atas tingkah anaknya. Bisa saja Reyna sedang ada kerjaan sebagai pemain peran dan dituntut untuk mendalami peran yang tersakiti mungkin?Wanita paruh baya itu membuang jauh praduga buruk yang bisa membuat Reyna sakit hati. Tapi tetap saja dihadapkan kembali akan pilihan yang membingungkan. Kalau ia tidak bertanya, ia tidak akan mengetahui apa yang sebenernya dialami Reyna. Dan jika ia bertanya bisa saja putrinya akan menutup diri lebih jauh. Perang batin terjadi begitu saja dalam sukma ibu Reyna. Antara ragu tapi ia masih perduli dengan kondisi anak semata wayangnya. Tidak ingin Reyna larut lagi seperti dulu karena perihal gagal menikah.Di sisi lain ia ju
"Bagaimana aku bisa yakin dengan kata-katamu? Jika suatu saat nanti kau akan meninggalkanku seperti yang lain?" tanya Reyna sendu. Reyna menunduk pilu, ia masih ragu dengan pilihannya itu. Sepintas ingatannya kembali pada masa lalu yang menyesakkan hati. Reyna tidak ingin masuk ke dalam lubang kesakitan untuk kesekian kali. Reyna memalingkan wajahnya yang gusar itu, karena tak ingin dilihat lemah oleh lawan bicaranya. Terseok-seok, Bara berusaha menenangkan kegusaran hati Reyna. Ia memeluk lembut Reyna yang dirundung sedih tak berakhir. Dan tak sengaja Bara diantarkan kembali pada kutukan yang terjadi pada calon suami Reyna. Ya, kutukan yang membuat sesiapapun bisa gila. Dimana hari kebahagiaan itu harus sirna karena kutukan Bahulaweyan. Berat rasanya menerima hal tersebut dengan akal sehat. Tapi inilah realita. Sehingga kutukan itu mengantarkannya pada Reyna dan tertaut hati pada hal yang tak laz