Beranda / Romansa / Menikahi Pria (tak) Sempurna / Part 33 Arti Sebuah Kata-kata

Share

Part 33 Arti Sebuah Kata-kata

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-16 05:12:39

Sore itu Devin menemani Kamalia duduk di balkon kamar. Sambil memandang kabut yang turun dari pegunungan dan menyebar ke seluruh penjuru perkebunan. 

Dingin pun mulai terasa. Kamalia mengancingkan sweater warna abu-abu yang dipakainya. Sedangkan Devin memakai hoodie warna biru tua. Cuaca biasanya tidak sedingin ini.

Kamalia mendekat ke pagar balkon. Lampu-lampu di gudang sudah dinyalakan. Ia melihat gerobak bakso yang biasa suka datang ke gudang karena di pesan oleh para karyawan.

"Itu gerobak bakso Pak Anwar, 'kan?" tanya Kamalia kepada Devin.

Devin bangkit dan mendekati istrinya.

"Iya, kamu mau. Biar kutelepon Bik Siti, agar Pak Anwar disuruh kemari."

"Iya. Aku mau."

"Panggil Mas dulu kalau begitu."

Kamalia tersenyum sambil mengernyitkan dahi. Memandang Dev yang lurus melihat ke depan.

&nbs

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
lia sudah cinta nih m dev. dev jg sudah mulai ada rasa
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
Lia harus bahagia ya
goodnovel comment avatar
Nurlela
ceritanya makin seru,TPI sayang bacanya harus pakai koin,GK sprti novel tetangga yg bebas bacanya cuma di selang iklan sebentar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 34

    Setelah makan siang, Devin, Adi, Galih, dan Imelda berkumpul di rumah kontrakan mereka. Sambil membahas berbagai perencanaan untuk memulai bisnis."Yakin ini, Yaksa enggak usah diajak? Padahal kita butuh dana lagi ini," tanya Devin."Dianya yang enggak minat. Aku sudah tanya beberapa hari yang lalu. Katanya sudah terlalu banyak yang diurusnya," jawab Galih."Ngurusin sekretarisnya itu mungkin," sahut Adi yang disambut gelak tawa mereka kecuali Devin.Pria itu mengambil rokok milik Adi dan menyalakan."Tumben kehabisan, Bro, biasanya jadi gudang rokok," kata Galih."Ya, lupa beli tadi.""Tumben. Biasanya enggak pernah telat.""Kurangi, Bro. Biar istrimu lekas hamil," kata Galih."Biar enggak impo**n gitu, maksudmu," seloroh Adi.Galih tertawa. Imelda yang si

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-16
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 35 Bayang-bayang Pengkhianatan

    Kamalia mendesah pelan. Kecewa, beberapa kali telepon Devin tapi tidak dijawab. Apa sesibuk itu hingga tidak sempat mengangkat panggilan? Ponselnya pun tidak mungkin jauh darinya.Diletakkan ponsel di nakas, lantas berdiri dan keluar kamar."Belum tidur?" tanya Sumi saat Kamalia duduk disebelahnya. Ikut nonton TV."Baru jam delapan. Belum ngantuk. Apa Mbok Darmi sudah ke paviliun?""Sudah, baru saja. Aku mau bikin teh, mau dibuatin enggak?""Enggak usah. Aku minum air putih saja.""Bentar aku ambilin."Sumi ke dapur. Dengan cekatan ia membuat segelas teh dan mengambilkan air hangat buat Kamalia. Malam itu, mereka hanya tinggal berdua saja di vila.Baru saja memberikan air putih dan duduk di sofa. Ponselnya di atas meja berbunyi. Sumi segera melihat siapa yang menelepon."Lia, i

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 36

    Untuk mengisi waktu, Kamalia menyusun baju di ruang pakaian. Melihat koleksi jam tangan milik suaminya yang tersimpan di laci kaca yang tersekat-sekat berbentuk persegi. Jadi satu kotak cukup untuk meletakkan satu arloji.Jam tangan itu masih hidup semua. Bahkan mungkin ada yang jarang di pakai, atau tidak pernah dipakai sama sekali. Ada dua jam tangan couple, dengan tali dari kulit warna coklat dan yang satunya dengan tali stainless steel.Dia beli itu buat siapa?Kamalia mengambil satu jam tangan Rolex Submarine. Diperhatikan dengan seksama. Willy juga memiliki itu. Sama persis. Willy sering memakainya.Puas merapikan area jam tangan. Kamalia ke arah pakaian. Di hanger lemari yang jarang dibuka ada mantel tebal untuk dipakai saat musim dingin. Ada beberapa warna dan model.Di ruangan itu ataupun di ruang kerja yang dibersihkan empat bulan yang lalu tid

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 37 Sebuah Rasa

    "Kenapa ponselnya dibiarkan habis baterai? Bikin kepikiran saja," tanya Devin pelan."Iya, kelupaan tadi mau nge-charge."Kamalia segera berdiri dan meraih ponselnya. Membuka pesan masuk. Kemudian ia memandang ke arah Devin. Semua pesannya sudah terbaca semua."Kenapa Willy masih sering mengirim pesan?" tanya Dev mendekat."Hanya kadang-kadang saja, tanya kabar.""Mas tak suka," ucap Dev tegas.Kamalia memandang suaminya. Iya, Dev boleh bilang tidak suka. Tapi apa dirinya juga boleh bilang tidak suka ketika melarang pria itu kerja sama dengan Imelda, yang hanya sekedar teman. Bukan mantan seperti dirinya dan Willy."Bagaimana jika Mas mengganti nomermu?""Iya, enggak apa-apa," jawab Kamalia pelan dan keberatan sambil meletakkan ponsel di meja.Padahal dalam hati ia ingin sekali tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 38

    Kamalia tiduran sambil memandang layar ponselnya. Siapa tahu Devin akan menelepon siang itu. Ditunggu hingga selesai salat Zuhur, tapi tidak ada panggilan masuk.Yang ada malah pesan masuk dari teman-teman kuliah bertanya tentang kabarnya. Mereka bilang dapat nomer dari Willy.[Aku enggak nyangka kamu dah nikah, Lia. Sama orang lain pula.] Pesan dari Uci.[Tahu enggak, Willy patah hati banget saat cerita sama aku. Apalagi sekarang kamu lagi hamil, ya?] Pesan dari Vero.[Aku udah tiga bulan ini magang, Lia. Doain aku diangkat jadi karyawan tetap, ya.] Pesan dari Yana.Hanya Yana yang tidak banyak bertanya mengenai kehidupan pribadinya. Sementara yang lain sibuk bertanya mengenai keputusannya kenapa menikah dengan orang lain. Kenapa meninggalkan Willy yang kala itu sakit dan berjuang untuk mendapatkan restu orang tua.Sibuk juga Kamalia membalas s

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 39 Sensitif

    Dev mengambil tisu untuk menghapus air mata istrinya. Kamalia menahan isak tangis agar tidak terdengar oleh Mama mertua dan Ben.Dipeluknya tubuh lelah itu erat. "Lia, kamu percaya, 'kan?"Kamalia melepaskan pelukan. Menghapus air mata, menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan."Ayo, kita ditunggu sama Mama." Setelah tenang, Kamalia mengajak kembali ke ruang tamu.Devin mengikuti meskipun pertanyaannya tadi tidak dijawab.Bu Rahma memeluk putranya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Ben dengan malas melakukan hal yang sama.Devin menunggu Kamalia, tapi istrinya diam saja. Ia malah sibuk bicara dengan Ben sambil mengeluarkan beberapa bungkus roti dan minuman."Kue tartnya di buka, Ben. Sekalian nyalain lilinnya," perintah sang Mama."Males aku, Ma," jawab Ben masa bodoh.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 40

    "Kalau Lia datang, kenapa tidak kau ajak main ke rumah tadi malam?" kata Adi."Dia masih kecapekan. Makanya langsung tidur.""Apa dia enggak marah lihat kita habis ngerayain ultahmu.""Sampai pagi tadi dia malas ngomong. Mama juga sempat nginterogasi karena melihatku hanya duduk berdua saja sama Imel waktu mereka datang.""Hati-hati aja kalau perempuan dah diam gitu," kata Galih yang duduk di hadapan Dev.Adi memandang Galih. "Hati-hati karena bakalan nganggur gitu, maksudmu?""Iyalah, alamat enggak dapat jatah."Wkwkwkkkk ....Benar-benar tidak tahu diri dua temannya itu. Tahu dirinya lagi resah malah dibuat candaan.Dev segera berdiri. "Aku lihat Kamalia dulu.""Pandai-pandailah kamu merayunya. Jika tidak, sampai anakmu lahir bakalan bujang lagi dirimu." Lagi-lagi Galih yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 41 Pengorbanan Dev

    Kamalia memperhatikan mall yang penuh dengan pengujung. Padahal ini bukan malam Minggu. Banyak anak muda nongkrong di kafe-kafe dan duduk di bangku koridor mall.Pria dengan tinggi badan 184 cm itu tidak melepaskan pegangan tangannya sejak keluar dari restoran tempat mereka makan tadi.Dengan sedikit dipaksa, akhirnya Kamalia mau diajak ke luar juga."Mau es krim?" Dev menawari ketika mereka lewat depan stand penjual ice cream.Tampak Kamalia berfikir sejenak. Antara mau tapi kenyang."Mau?" tanya Dev mengulang."Kalau ada rasa matcha aku mau.""Ayo!"Dev bertanya kepada seorang pelayan yang berpakaian seragam warna ungu dengan kombinasi warna kuning. Namun sayang, yang diinginkan Kamalia tidak ada."Mau rasa yang lain?"Kamalia menggeleng.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19

Bab terbaru

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 120 Nostalgia (Ending)

    Nostalgia (Ending)Susana Bougenvilla sangat meriah dengan kehadiran kerabat dekat Bu Rahma. Dev mengadakan acara aqiqah untuk anak ketiganya.Teman-teman Dev dari kota juga datang bersama istri dan anak-anaknya. Kerabat dari Kamalia juga datang.Suara anak-anak riang berlarian di halaman vila. Cuaca tidak mendung juga tidak panas. Hawa tetap sejuk dan membuat nyaman.Mbak Mita yang menyukai anak-anak lebih telaten menjaga para keponakannya. Terlebih anaknya Ben yang usianya paling kecil, sering ketinggalan kedua sepupunya yang berlarian di taman yang penuh bunga bugenvil yang beraneka warna."Mas, udah punya dua anak cowok, ceweknya masih satu. Mau nambah lagi, nggak?" tanya Era. "Cukup tiga saja. Kasihan Kamalia," jawab Dev sambil tersenyum."Tapi sebenarnya masih mau lagi, kan?" goda Yaksa."Anak kan rezeki. Kalau di kasih lagi ya mau.""Awas aja kalau masih mau tapi bikinnya sama yang lain. Kan katanya kasihan sama Kamalia. Terus nanti bikin pula sama yang lain," seloroh Adi. Memb

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 119 Sunshine

    Menikahi Pria tak SempurnaSunshine Malam itu Dev dan Kamalia duduk di balkon kamar. Gaffi tidur ikut Mbak Mita dan suaminya, sementara Tisha sudah tidur pulas di ranjang mereka. Gadis kecil itu kelelahan setelah seharian bermain di pantai bersama kakak dan sepupunya."Kenapa tidak bilang sejak kemarin kalau kamu sedang hamil?" tanya Dev sambil merangkul pundak istrinya."Aku juga nggak tahu kalau hamil, Mas. Kemarin aku baru ingat kalau telat datang bulan. Waktu aku cek sudah tampak jelas garis duanya.""Mas bahagia, hanya saja cemas juga tiap kali menjelang persalinan anak-anak kita."Kamalia tersenyum sambil melingkarkan lengan di pinggang suaminya. Di sandarkan kepala di dada bidang Dev. "Yang penting Mas nemani waktu aku lahiran, itu saja sudah jadi mood booster buatku."Dev mengecup kening istrinya. Keduanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Di kejauhan terdengar debur ombak pantai yang menghantam batu-batu karang. 🌷🌷🌷Kamalia terbangun tepat jam empat pagi. Yang

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 118

    "Mas," panggil Amara lirih sambil menggoyangkan tubuh Ben tengah malam itu.Ben menggeliat sejenak sebelum membuka mata dan duduk. "Ya, ada apa.""Perutku tiba-tiba mulas. Di celana dalamku ada sedikit darah."Netra Ben langsung terbuka sempurna, kantuknya seketika hilang. Ia melihat kening Amara yang berpeluh."Tunggu, ya. Aku panggil Mama."Ben melompat dari atas tempat tidur. Ia bergegas untuk membangunkan mamanya.Sejenak kemudian Bu Rahma masuk ke kamar putranya. Sedangkan Ben bersiap mengganti baju dan mengambil tas berisi perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit."Sejak kapan Mara mulai mulas?" tanya Bu Rahma sambil mengusap perut menantunya."Baru saja, Ma.""Ya sudah, jangan panik. Kita ke rumah sakit sekarang. Mama ganti baju dulu. Ben, kamu hubungi Dokter Keni, kalau beliau ada di klinik kita ke klinik saja.""Ya, Ma."Kendaraan sepi di jam satu malam itu. Perjalanan ke rumah sakit jadi cepat dan lancar.Sesampainya di depan ICU, mereka sudah ditunggu dua orang perawat lak

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 117 Liburan

    "Ben, makin hari tambah bulat aja," seloroh Kamalia saat melihat adik iparnya masuk ke dapur di rumah mamanya pagi itu.Ben yang baru datang dari rumah mertuanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang berisi. "Jadi keenakan makan ngikutin selera makan Amara. Nantilah, sebulan lagi auto diet ketat. Oh, ya, kapan sampai?""Tadi malam jam sepuluh. Habisnya Mas Dev ngajak berangkat udah jam tujuh malam. Kata Mama, kamu dan Amara nginap di rumah mertua.""Iya, Bapak lagi sakit, makanya kami tidur di sana. Tapi sekarang sudah agak baikan. Cuman demam biasa.""Oh, Alhamdulilah.""Kenapa datang dadakan?""Kami dapat undangan pernikahan Imelda. Undangannya pun dadakan, karena mereka juga enggak ngadain pesta. Cuma ijab qobul aja.""Hmm, baguslah. Akhirnya nikah juga. Gaffi dan Thisa mana?""Habis sarapan kembali main di kamar sama papanya. Kalau Mama lagi belanja."Ben mengambil air minum di dispenser, kemudian duduk dan menghabiskan segelas air putih."Mau sarapan, enggak? Tadi Mbok Tini bik

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 116

    Kehamilan Amara disambut bahagia dua keluarga besar mereka. Nasehat demi nasehat diberikan kepada calon ibu muda itu.Amara sendiri masih tetap kuliah. Tapi dia sudah membatasi diri dengan kegiatan-kegiatan kampus di luar jam kuliah.Kebahagiaan Ben-Amara membuat iri sebagian mahasiswa. Apalagi untuk beberapa mahasiswi yang pernah mengidolakan Ben. "Katanya dulu kamu minum pil, Ra. Kenapa bisa hamil?" tanya Rensi saat mereka duduk di kantin."Iya. Cuman aku minumnya enggak teratur. Soalnya selalu pusing setelah minum pil itu.""Apa enggak kepikiran mau ganti pakai yang lain?""Rencananya mau ganti. Kutunda-tunda akhirnya keburu hamil.""Ya itu rezeki, Ra. Pak Dosen kelihatan bahagia banget gitu."Amara tersenyum sambil mengusap perutnya yang tengah hamil tujuh bulan. Ben memang sebahagia itu, kalau di rumah tak henti-hentinya dia menciumi calon buah hatinya yang masih ada di perut."Setelah kandunganku delapan bulan, aku akan ngambil cuti kuliah, Ren. Sementara aku ngambil cuti satu

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 115 Positif

    Setelah Kamalia beranjak ke belakang membawa mangkuk bekas makan Thisa, Ben berdiri lantas mendekati istrinya. "Ayo, kita ke kota untuk periksa," ajak Ben."Enggak usah, kayaknya aku hanya masuk angin," jawab Amara pelan."Sejak kita menikah, kamu belum haid, 'kan?" Ben jadi mengingat itu. Sebab selama sebulan ini mereka berhubungan tanpa halangan."Selama ini haidku memang enggak teratur." Pria itu mengangguk pelan kemudian kembali berdiri dan melangkah keluar vila. Amara termenung sambil memperhatikan Thisa bermain. Ia jadi teringat pil KB yang diminumnya. Padahal ia meminumnya hampir habis, tapi kenapa ia tidak datang bulan juga?"Ra, sini!" panggil Kamalia setelah turun dari mengambil sesuatu di kamarnya. Amara mendekat, Thisa ditinggal bersama Sawitri."Coba kamu test, kebetulan aku masih punya persediaan test pack."Kamalia memberikan test pack yang masih berbungkus utuh beserta cawan yang biasa dia gunakan untuk menampung urine.Amara memperhatikan cara penggunaannya."Ini

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 114

    Sabtu pagi Ben dan Amara berangkat ke rumah kedua kakaknya. Pria itu akan mengajak istrinya ke rumah Mita dan sorenya akan ke vila dan menginap di sana.Bu Rahma yang sebenarnya sangat kangen dengan kedua cucunya menolak ikut saat Ben mengajak. Beliau tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Beliau bisa pergi lain hari."Kita akan sampai berapa jam perjalanan, Mas?" tanya Amara."Kurang lebih dua jam.""Lumayan jauh, ya?""Nanti kalau sudah terbiasa ke sana, dua jam enggak akan lama."Mereka menikmati perjalanan sambil berbincang. Mengenai apa saja. Tentang kampus, saat keduanya dihadapkan sebagai dosen dan mahasiswi. Banyak yang akhirnya tergali tentang diri masing-masing. Jam sembilan mereka sampai di rumah Mita. Kebetulan dokter Nasir juga ada di rumah. Kedua suami istri itu sedang berkebun di pekarangan belakang ketika Ben dan Amara datang.Segera saja Mita belanja dan masak. Rencana awalnya siang nanti mereka akan kulineran ke luar. Berhubung adik dan iparnya datang, w

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 113 Tentang Kenangan

    "Hai, Ben," sapa Nindy sambil tersenyum ramah.Ben makin erat menggenggam tangan istrinya. Ia melangkah mendekat setelah gemuruh di dadanya mereda."Hai, juga.""Ayo, salim sama Om dan Tante." Nindy menyuruh putrinya untuk menyalami Ben dan Amara.Pria itu menunduk ketika tangan kecil terulur. Amara juga melakukan hal yang sama. Senyumnya merekah saat menyentuh pipi tembam anak Nindy. "Siapa namamu, cantik?""Chika, Tante." Ben memandang Nindy. "Umur berapa?""3,5 tahun.""Sebentar lagi masuk PAUD.""Ya.""Kenalin ini Amara, istriku."Nindy terkejut juga, meski tadi sudah mengira kalau wanita berhijab itu kekasih atau istri Ben.Amara menyalami wanita tinggi semampai di depannya. Ia sebenarnya heran karena sejak tadi wanita itu memperhatikannya."Aku Nindy."Amara mengangguk."Kapan menikah? Kenapa enggak ngundang?""Kami menikah Sabtu kemarin. Belum ada pesta, mungkin nanti setelah Amara wisuda.""Wisuda?""Iya, Mbak. Saya masih kuliah semester tiga." Amara yang menjawab.Nindy menj

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 112

    Amara melipat mukena setelah salat asar berjamaah dengan suaminya dan meletakkan di rak sudut kamar. Kemudian ia duduk di depan meja rias untuk menyisir rambut.Ben mengambil ponsel untuk melihat beberapa pesan masuk.Kamar Ben cukup besar daripada kamar Amara. Ditambah cat warna putih tulang yang menambah kesan luas pada ruangan.Ranjang king size diletakkan mepet ke dinding. Tidak diletakkan tepat di tengah seperti di kamar lainnya. Sepreinya baru dan wangi, warna biru terang dengan bordir bunga di tepinya. "Kapan ujian oral test, Mas?" tanya Amara sambil memandang Ben yang duduk di tepi ranjang."Malam ini kita mulai duluan," jawab Ben santai sambil menatap istrinya.Amara bisa menangkap maksud dari jawaban suaminya dan itu melenceng jauh dari maksud pertanyaan yang sebenarnya.Oral test mewajibkan mahasiswa mengerjakan ujian dengan melakukan tanya jawab langsung dengan dosen.Test itu akan dilakukan secara one by one. Dan ini menjadi ujian yang menegangkan bagi sebagian mahasiswa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status