Share

Part 39 Sensitif

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-19 20:30:15

Dev mengambil tisu untuk menghapus air mata istrinya. Kamalia menahan isak tangis agar tidak terdengar oleh Mama mertua dan Ben.

Dipeluknya tubuh lelah itu erat. "Lia, kamu percaya, 'kan?"

Kamalia melepaskan pelukan. Menghapus air mata, menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. 

"Ayo, kita ditunggu sama Mama." Setelah tenang, Kamalia mengajak kembali ke ruang tamu.

Devin mengikuti meskipun pertanyaannya tadi tidak dijawab.

Bu Rahma memeluk putranya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Ben dengan malas melakukan hal yang sama.

Devin menunggu Kamalia, tapi istrinya diam saja. Ia malah sibuk bicara dengan Ben sambil mengeluarkan beberapa bungkus roti dan minuman.

"Kue tartnya di buka, Ben. Sekalian nyalain lilinnya," perintah sang Mama.

"Males aku, Ma," jawab Ben masa bodoh.

 <

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
dev g peka siih...lurus" aja pikirannya..ingat tuh mama dan adi sudah mengingatkan
goodnovel comment avatar
Nisra Icha
pengen ngambek juga,, tapi nggak punya alasan tuk ngambek.. .........
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
gak ada cerita persahabatan pria dan wanita tanpa melibatkan rasa, jd stop hny berdua dg wanita walau berkedok sahabat, ingat itu dev
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 40

    "Kalau Lia datang, kenapa tidak kau ajak main ke rumah tadi malam?" kata Adi."Dia masih kecapekan. Makanya langsung tidur.""Apa dia enggak marah lihat kita habis ngerayain ultahmu.""Sampai pagi tadi dia malas ngomong. Mama juga sempat nginterogasi karena melihatku hanya duduk berdua saja sama Imel waktu mereka datang.""Hati-hati aja kalau perempuan dah diam gitu," kata Galih yang duduk di hadapan Dev.Adi memandang Galih. "Hati-hati karena bakalan nganggur gitu, maksudmu?""Iyalah, alamat enggak dapat jatah."Wkwkwkkkk ....Benar-benar tidak tahu diri dua temannya itu. Tahu dirinya lagi resah malah dibuat candaan.Dev segera berdiri. "Aku lihat Kamalia dulu.""Pandai-pandailah kamu merayunya. Jika tidak, sampai anakmu lahir bakalan bujang lagi dirimu." Lagi-lagi Galih yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 41 Pengorbanan Dev

    Kamalia memperhatikan mall yang penuh dengan pengujung. Padahal ini bukan malam Minggu. Banyak anak muda nongkrong di kafe-kafe dan duduk di bangku koridor mall.Pria dengan tinggi badan 184 cm itu tidak melepaskan pegangan tangannya sejak keluar dari restoran tempat mereka makan tadi.Dengan sedikit dipaksa, akhirnya Kamalia mau diajak ke luar juga."Mau es krim?" Dev menawari ketika mereka lewat depan stand penjual ice cream.Tampak Kamalia berfikir sejenak. Antara mau tapi kenyang."Mau?" tanya Dev mengulang."Kalau ada rasa matcha aku mau.""Ayo!"Dev bertanya kepada seorang pelayan yang berpakaian seragam warna ungu dengan kombinasi warna kuning. Namun sayang, yang diinginkan Kamalia tidak ada."Mau rasa yang lain?"Kamalia menggeleng.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 32

    Kamalia memandang suaminya sebentar. Ada senyum di wajah segar itu. Akhirnya diambilnya ponsel dan menggeser icon warna hijau untuk menjawab panggilan."Halo, Assalamu'alaikum, Mbak.""Wa'alaikumsalam. Kamu di mana, Lia?""Aku ikut Dev di luar kota. Ada apa, Mbak?""Mbak ganggu kamu, enggak?"Kamalia duduk di tepi pembaringan. "Enggak. Memangnya mau ngomong apa?""Paman kemarin sore datang ke rumah. Istrinya sakit dan opname di rumah sakit. Dia butuh biaya, sampai nangis-nangis kemarin.""Kan anak-anaknya ada, sih, Mbak. Ngapain datang ke Mbak. Tidak ingat apa kalau selama ini sudah nyusahin kita.""Paman ingin kita membagi dua tanah yang sertifikatnya dikembalikan oleh Devin. Paman ingin menjual lahan itu untuk biaya berobat Bibi.""Memangnya Paman tahu kalau sertifikat sudah, Mbak,

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 33 Kesetiaan yang Di Uji

    "Devin Danendra," ucap Pak Hamdad sambil menyalami Dev yang duduk di ruang tamu rumah megahnya."Ini kali kedua kita bertemu, ya. Yang kemarin enggak sempat ngobrol. Ayo, silakan di minum tehnya." Ramah sekali Pak Hamdad menyambut Dev."Terima kasih, Om.""Imel sudah banyak cerita tentang kamu. Bagaimana sepak terjang kamu menggeluti perkebunan, properti, dan sekarang pergudangan ini. Hebat ya, usiamu baru tiga puluh tiga. Masih muda, tampan pula."Devin tersenyum. Tidak merasa tersanjung. Ia seperti biasa dengan pembawaan yang tenang. Seumur hidup yang dia ingat, hanya Kamalia yang membuatnya kadang tidak bisa tenang. Meski di depan istrinya menunjukkan sikap sok dingin."Soal perkebunan, saya hanya meneruskan usaha Papa saya, Om.""Tetap saja hebat, Dev. Bisa bertahan hingga sekarang. Imel cerita juga tentang keluargamu. Mamamu dosen, adikmu m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-20
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 34

    "Mau ke mana?" tanya Dev sambil menahan tubuh istrinya yang hendak berdiri setelah mereka selesai salat Subuh."Mau masak.""Kita beli saja nanti, ayo, sini!"Kamalia kembali duduk, mereka saling berhadapan."Ada apa?"Devin mencium, kemudian melepaskan mukena istrinya. Membingkai wajah Kamalia dengan tatapan mata, membawa tubuh itu ke ranjang hingga ... deritan ranjang kayu terdengar sepagi itu.Beberapa saat setelahnya, mereka masih berpelukan di bawah selimut. Menikmati kebersamaan di awal hari."Jam berapa, Mas?" tanya Kamalia yang tidur di lengan suaminya.Dev mengambil jam tangan di nakas. "Baru jam lima.""Enggak usah beli sarapan, Mas. Aku masih sempat kalau masak.""Tidak usah. Nanti kita beli nasi kuning di warung depan. Selama di sini tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-20
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 35 Maafkan

    Devin memarkir mobilnya tepat di depan lokasi bangunan. Tidak lama kemudian Galih mendekat. Dev turun dari mobil."Kamu langsung mau pulang apa mampir dulu nengok Cita ke rumah sakit?" tanya Galih."Aku sudah menengoknya kemarin malam. Mungkin aku telat balik ke sini. Ada yang mau aku urus di rumah," jawab Dev. Ya, memang harusnya sebelum Sabtu kemarin mereka pulang, karena Cita melahirkan akhirnya tertunda."Ya, enggak apa-apa. Biar ku-handle yang di sini. Untuk masalahmu dengan Imel, cari jalan penyelesaian yang terbaik, Bro. Kasihan Adi telah menjual tanahnya untuk memulai usaha ini.""Iya aku ngerti. Hari ini juga akan kutemui Pak Hamdad. Beritahu aku dimana alamat kantornya."Galih menyebutkan sebuah alamat. Devin mengangguk paham."Aku pergi dulu."Galih mengiyakan. Devin kembali ke mobil. Galih melambaikan tangan ke K

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 36

    "Mas, boleh enggak kalau malam ini aku nginap di rumah Mbak Eva?" tanya Kamalia setelah mereka hampir sampai di rumah Bu Wanti.Devin memandang istrinya. "Kenapa mesti nginap?""Ya, pengen saja.""Bukan karena ada masalah foto itu, 'kan?"Kamalia tersenyum. "Bukan.""Mas akan mundur dari join itu kalau kamu merasa tidak nyaman.""Kasihan sama Mas Adi. Dia bela-belain jual lahan untuk memulai usaha itu. Sudahlah enggak apa-apa Mas jalan terus. Aku percaya kalau Mas enggak akan macam-macam.""Bener?""Iya. Jika Mas benci pengkhianatan, berarti Mas tidak akan mengkhianati."Devin tersenyum kemudian menggenggam erat jemari istrinya.Kamalia memandang jauh ke barat dari kaca mobil, langit sore yang berwarna jingga. Ia rindu menikmati indahnya senja di kampung ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 37 Pelajaran Berharga dan Omelan Mama

    "Aku heran sama perempuan itu, enggak ada capeknya ngejar, Mas." Kamalia berkata sambil mengelap bibir suaminya dengan tisu."Apa sih enaknya ngejar suami orang? Yang dikejar juga mau-mau aja.""Bilang apa tadi?" tanya Dev sambil menarik perlahan lengan istrinya. Netranya menatap wajah polos Kamalia."Aku juga enggak tahu selama tiga bulan ini Mas ngapain aja sama dia. Buktinya Mas sampai nekat jadi tameng sampai kayak gini. Mas, enggak mikir sebelum bertindak. Kalau terjadi apa-apa pasti Mama, Ben, aku, dan anak ini yang kehilangan. Aku enggak habis pikir sama tindakan, Mas."Devin berusaha menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan istrinya, tapi rasa nyeri di perut membuatnya meringis menahan sakit."Mas refleks saja kemarin. Sumpah, tidak ada pikiran apapun. Cobalah, Lia tanya sama teman-teman Mas. Bagaimana keseharian di lokasi kerja. Bagaimana Mas menghindari

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21

Bab terbaru

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 120 Nostalgia (Ending)

    Nostalgia (Ending)Susana Bougenvilla sangat meriah dengan kehadiran kerabat dekat Bu Rahma. Dev mengadakan acara aqiqah untuk anak ketiganya.Teman-teman Dev dari kota juga datang bersama istri dan anak-anaknya. Kerabat dari Kamalia juga datang.Suara anak-anak riang berlarian di halaman vila. Cuaca tidak mendung juga tidak panas. Hawa tetap sejuk dan membuat nyaman.Mbak Mita yang menyukai anak-anak lebih telaten menjaga para keponakannya. Terlebih anaknya Ben yang usianya paling kecil, sering ketinggalan kedua sepupunya yang berlarian di taman yang penuh bunga bugenvil yang beraneka warna."Mas, udah punya dua anak cowok, ceweknya masih satu. Mau nambah lagi, nggak?" tanya Era. "Cukup tiga saja. Kasihan Kamalia," jawab Dev sambil tersenyum."Tapi sebenarnya masih mau lagi, kan?" goda Yaksa."Anak kan rezeki. Kalau di kasih lagi ya mau.""Awas aja kalau masih mau tapi bikinnya sama yang lain. Kan katanya kasihan sama Kamalia. Terus nanti bikin pula sama yang lain," seloroh Adi. Memb

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 119 Sunshine

    Menikahi Pria tak SempurnaSunshine Malam itu Dev dan Kamalia duduk di balkon kamar. Gaffi tidur ikut Mbak Mita dan suaminya, sementara Tisha sudah tidur pulas di ranjang mereka. Gadis kecil itu kelelahan setelah seharian bermain di pantai bersama kakak dan sepupunya."Kenapa tidak bilang sejak kemarin kalau kamu sedang hamil?" tanya Dev sambil merangkul pundak istrinya."Aku juga nggak tahu kalau hamil, Mas. Kemarin aku baru ingat kalau telat datang bulan. Waktu aku cek sudah tampak jelas garis duanya.""Mas bahagia, hanya saja cemas juga tiap kali menjelang persalinan anak-anak kita."Kamalia tersenyum sambil melingkarkan lengan di pinggang suaminya. Di sandarkan kepala di dada bidang Dev. "Yang penting Mas nemani waktu aku lahiran, itu saja sudah jadi mood booster buatku."Dev mengecup kening istrinya. Keduanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Di kejauhan terdengar debur ombak pantai yang menghantam batu-batu karang. 🌷🌷🌷Kamalia terbangun tepat jam empat pagi. Yang

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 118

    "Mas," panggil Amara lirih sambil menggoyangkan tubuh Ben tengah malam itu.Ben menggeliat sejenak sebelum membuka mata dan duduk. "Ya, ada apa.""Perutku tiba-tiba mulas. Di celana dalamku ada sedikit darah."Netra Ben langsung terbuka sempurna, kantuknya seketika hilang. Ia melihat kening Amara yang berpeluh."Tunggu, ya. Aku panggil Mama."Ben melompat dari atas tempat tidur. Ia bergegas untuk membangunkan mamanya.Sejenak kemudian Bu Rahma masuk ke kamar putranya. Sedangkan Ben bersiap mengganti baju dan mengambil tas berisi perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit."Sejak kapan Mara mulai mulas?" tanya Bu Rahma sambil mengusap perut menantunya."Baru saja, Ma.""Ya sudah, jangan panik. Kita ke rumah sakit sekarang. Mama ganti baju dulu. Ben, kamu hubungi Dokter Keni, kalau beliau ada di klinik kita ke klinik saja.""Ya, Ma."Kendaraan sepi di jam satu malam itu. Perjalanan ke rumah sakit jadi cepat dan lancar.Sesampainya di depan ICU, mereka sudah ditunggu dua orang perawat lak

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 117 Liburan

    "Ben, makin hari tambah bulat aja," seloroh Kamalia saat melihat adik iparnya masuk ke dapur di rumah mamanya pagi itu.Ben yang baru datang dari rumah mertuanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang berisi. "Jadi keenakan makan ngikutin selera makan Amara. Nantilah, sebulan lagi auto diet ketat. Oh, ya, kapan sampai?""Tadi malam jam sepuluh. Habisnya Mas Dev ngajak berangkat udah jam tujuh malam. Kata Mama, kamu dan Amara nginap di rumah mertua.""Iya, Bapak lagi sakit, makanya kami tidur di sana. Tapi sekarang sudah agak baikan. Cuman demam biasa.""Oh, Alhamdulilah.""Kenapa datang dadakan?""Kami dapat undangan pernikahan Imelda. Undangannya pun dadakan, karena mereka juga enggak ngadain pesta. Cuma ijab qobul aja.""Hmm, baguslah. Akhirnya nikah juga. Gaffi dan Thisa mana?""Habis sarapan kembali main di kamar sama papanya. Kalau Mama lagi belanja."Ben mengambil air minum di dispenser, kemudian duduk dan menghabiskan segelas air putih."Mau sarapan, enggak? Tadi Mbok Tini bik

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 116

    Kehamilan Amara disambut bahagia dua keluarga besar mereka. Nasehat demi nasehat diberikan kepada calon ibu muda itu.Amara sendiri masih tetap kuliah. Tapi dia sudah membatasi diri dengan kegiatan-kegiatan kampus di luar jam kuliah.Kebahagiaan Ben-Amara membuat iri sebagian mahasiswa. Apalagi untuk beberapa mahasiswi yang pernah mengidolakan Ben. "Katanya dulu kamu minum pil, Ra. Kenapa bisa hamil?" tanya Rensi saat mereka duduk di kantin."Iya. Cuman aku minumnya enggak teratur. Soalnya selalu pusing setelah minum pil itu.""Apa enggak kepikiran mau ganti pakai yang lain?""Rencananya mau ganti. Kutunda-tunda akhirnya keburu hamil.""Ya itu rezeki, Ra. Pak Dosen kelihatan bahagia banget gitu."Amara tersenyum sambil mengusap perutnya yang tengah hamil tujuh bulan. Ben memang sebahagia itu, kalau di rumah tak henti-hentinya dia menciumi calon buah hatinya yang masih ada di perut."Setelah kandunganku delapan bulan, aku akan ngambil cuti kuliah, Ren. Sementara aku ngambil cuti satu

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 115 Positif

    Setelah Kamalia beranjak ke belakang membawa mangkuk bekas makan Thisa, Ben berdiri lantas mendekati istrinya. "Ayo, kita ke kota untuk periksa," ajak Ben."Enggak usah, kayaknya aku hanya masuk angin," jawab Amara pelan."Sejak kita menikah, kamu belum haid, 'kan?" Ben jadi mengingat itu. Sebab selama sebulan ini mereka berhubungan tanpa halangan."Selama ini haidku memang enggak teratur." Pria itu mengangguk pelan kemudian kembali berdiri dan melangkah keluar vila. Amara termenung sambil memperhatikan Thisa bermain. Ia jadi teringat pil KB yang diminumnya. Padahal ia meminumnya hampir habis, tapi kenapa ia tidak datang bulan juga?"Ra, sini!" panggil Kamalia setelah turun dari mengambil sesuatu di kamarnya. Amara mendekat, Thisa ditinggal bersama Sawitri."Coba kamu test, kebetulan aku masih punya persediaan test pack."Kamalia memberikan test pack yang masih berbungkus utuh beserta cawan yang biasa dia gunakan untuk menampung urine.Amara memperhatikan cara penggunaannya."Ini

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 114

    Sabtu pagi Ben dan Amara berangkat ke rumah kedua kakaknya. Pria itu akan mengajak istrinya ke rumah Mita dan sorenya akan ke vila dan menginap di sana.Bu Rahma yang sebenarnya sangat kangen dengan kedua cucunya menolak ikut saat Ben mengajak. Beliau tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Beliau bisa pergi lain hari."Kita akan sampai berapa jam perjalanan, Mas?" tanya Amara."Kurang lebih dua jam.""Lumayan jauh, ya?""Nanti kalau sudah terbiasa ke sana, dua jam enggak akan lama."Mereka menikmati perjalanan sambil berbincang. Mengenai apa saja. Tentang kampus, saat keduanya dihadapkan sebagai dosen dan mahasiswi. Banyak yang akhirnya tergali tentang diri masing-masing. Jam sembilan mereka sampai di rumah Mita. Kebetulan dokter Nasir juga ada di rumah. Kedua suami istri itu sedang berkebun di pekarangan belakang ketika Ben dan Amara datang.Segera saja Mita belanja dan masak. Rencana awalnya siang nanti mereka akan kulineran ke luar. Berhubung adik dan iparnya datang, w

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 113 Tentang Kenangan

    "Hai, Ben," sapa Nindy sambil tersenyum ramah.Ben makin erat menggenggam tangan istrinya. Ia melangkah mendekat setelah gemuruh di dadanya mereda."Hai, juga.""Ayo, salim sama Om dan Tante." Nindy menyuruh putrinya untuk menyalami Ben dan Amara.Pria itu menunduk ketika tangan kecil terulur. Amara juga melakukan hal yang sama. Senyumnya merekah saat menyentuh pipi tembam anak Nindy. "Siapa namamu, cantik?""Chika, Tante." Ben memandang Nindy. "Umur berapa?""3,5 tahun.""Sebentar lagi masuk PAUD.""Ya.""Kenalin ini Amara, istriku."Nindy terkejut juga, meski tadi sudah mengira kalau wanita berhijab itu kekasih atau istri Ben.Amara menyalami wanita tinggi semampai di depannya. Ia sebenarnya heran karena sejak tadi wanita itu memperhatikannya."Aku Nindy."Amara mengangguk."Kapan menikah? Kenapa enggak ngundang?""Kami menikah Sabtu kemarin. Belum ada pesta, mungkin nanti setelah Amara wisuda.""Wisuda?""Iya, Mbak. Saya masih kuliah semester tiga." Amara yang menjawab.Nindy menj

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 112

    Amara melipat mukena setelah salat asar berjamaah dengan suaminya dan meletakkan di rak sudut kamar. Kemudian ia duduk di depan meja rias untuk menyisir rambut.Ben mengambil ponsel untuk melihat beberapa pesan masuk.Kamar Ben cukup besar daripada kamar Amara. Ditambah cat warna putih tulang yang menambah kesan luas pada ruangan.Ranjang king size diletakkan mepet ke dinding. Tidak diletakkan tepat di tengah seperti di kamar lainnya. Sepreinya baru dan wangi, warna biru terang dengan bordir bunga di tepinya. "Kapan ujian oral test, Mas?" tanya Amara sambil memandang Ben yang duduk di tepi ranjang."Malam ini kita mulai duluan," jawab Ben santai sambil menatap istrinya.Amara bisa menangkap maksud dari jawaban suaminya dan itu melenceng jauh dari maksud pertanyaan yang sebenarnya.Oral test mewajibkan mahasiswa mengerjakan ujian dengan melakukan tanya jawab langsung dengan dosen.Test itu akan dilakukan secara one by one. Dan ini menjadi ujian yang menegangkan bagi sebagian mahasiswa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status