Beranda / Romansa / Menikahi Pria (tak) Sempurna / Part 37 Pelajaran Berharga dan Omelan Mama

Share

Part 37 Pelajaran Berharga dan Omelan Mama

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-21 23:39:08

"Aku heran sama perempuan itu, enggak ada capeknya ngejar, Mas." Kamalia berkata sambil mengelap bibir suaminya dengan tisu.

"Apa sih enaknya ngejar suami orang? Yang dikejar juga mau-mau aja."

"Bilang apa tadi?" tanya Dev sambil menarik perlahan lengan istrinya. Netranya menatap wajah polos Kamalia.

"Aku juga enggak tahu selama tiga bulan ini Mas ngapain aja sama dia. Buktinya Mas sampai nekat jadi tameng sampai kayak gini. Mas, enggak mikir sebelum bertindak. Kalau terjadi apa-apa pasti Mama, Ben, aku, dan anak ini yang kehilangan. Aku enggak habis pikir sama tindakan, Mas."

Devin berusaha menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan istrinya, tapi rasa nyeri di perut membuatnya meringis menahan sakit.

"Mas refleks saja kemarin. Sumpah, tidak ada pikiran apapun. Cobalah, Lia tanya sama teman-teman Mas. Bagaimana keseharian di lokasi kerja. Bagaimana Mas menghindari

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Keluarga Dev orang baik² semua, sayang sama Kamila
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
iyaa capek lia ngadepin cwe rada" Dev..peka lah mulai skrg.
goodnovel comment avatar
Tiodora Hutapea
semangat thor....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 38

    Jam dua siang Dev dan Kamalia berada di ruang praktek dokter obgyn. Tadi seorang perawat membatunya membuat apoitment dengan dokter Zizi.Kamalia berbaring di ranjang pemeriksaan sedangkan Dev duduk di kursi roda.Dari layar mereka dapat melihat bayi yang mulai terbentuk."Janin, ibu, beratnya sudah 290 gram dengan panjang 16,5 sentimeter. Ini coba lihat, jenis kelaminnya juga sudah bisa dideteksi." Dokter Zizi menggerakkan tranduser di perut Kamalia.Dev melihatnya dengan takjub. Itu calon anaknya. Seorang suster yang menemani juga ikut memperhatikan."Ingin tahu enggak, baby-nya laki apa perempuan? Atau pengennya jadi surprise saja nanti?" Dokter Zizi memandang Kamalia dan Ben secara bergantian. Suami istri itu juga saling tatap."Kasih tahu saja, Dok. Biar kami tidak pernasaran.""He's a baby boy."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 39 Pengakuan Dev

    Mobil yang dikendarai Ben melaju membelah lalu lintas kota. Disebelahnya Dev duduk bersandar dengan kaki setengah selonjor. Di bangku tengah ada Mama dan Kamalia.Dev menelepon Adi dan Galih, mengabari bahwa ia telah pulang ke rumah mamanya. Dan urusan kerjaan dipasrahkan kepada mereka. Tidak tahu juga kapan Dev bisa datang lagi ke proyek.Aplikasi pesan dilihatnya. Ada beberapa pesan masuk dari nomer yang sama.[Maaf, maaf banget, Dev. Dikarenakan diriku kamu terluka seperti itu.][Bagaimana keadaanmu? Aku enggak bisa tenang karena telah membuatmu celaka.][Kamu sudah baikan, 'kan, Dev?][Bagaimana cara aku bisa menebus salahku?]Dan masih beberapa pesan lagi yang malas dia baca. Dev menekan titik tiga pojok kanan atas dan clear chat semua pesan Imelda.Diletakkan begitu saja ponsel di dashboard.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 40

    "Soal asmara dari dulu kamu ini penuh misteri. Kita berteman dari SMA, Dev. Hesty juga khawatir sama Lia. Dia yatim piatu dari kecil, udah gitu punya paman malah tega manfaatin dia. Kasihan banget hidupnya. Kemarin Hesty sampe nangis ingat istrimu."Dev diam sambil memandang ke luar jendela."Jaga istrimu baik-baik. Pasti sekarang ia terluka melihatmu bertaruh nyawa untuk perempuan lain yang ia tahu sedang mengincarmu.""Iya. Terima kasih, Ton. Nanti kalau mau pulang aku kabari dulu.""Oke, yang penting kamu sembuh dulu.""Ya."Panggilan selesai bersamaan dengan Kamalia yang masuk kamar dan membawa setumpuk baju bersih. Dev segera menghampiri."Sini biar Mas yang nyusun di lemari.""Enggak usah. Biar kutaruh sendiri."Kamalia meletakkan baju di atas tempat tidur. Kemudian menyu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 41 Sweet Moment

    "Loh, siapa yang metik bunga mawar Mama ini. Habis Maghrib kemarin masih ada." Bu Rahma mengamati pot bunga mawarnya yang tinggal batang dan daunnya saja di pojok teras.Dev santai memandang sang Mama. Sementara Kamalia menatap suaminya."Padahal baru berbunga lagi, setelah lama enggak mau ngembang. Kamu ya, Ben, yang metik?" tanya Bu Rahma pada Ben yang siap berangkat kuliah bareng dirinya."Yaelah, Ma, buat apa jomlo metik bunga. Mau dikasihkan ke siapa coba," jawab Ben santai.Mbok Tini yang mendengar dari teras samping menahan senyum. Ingat tadi malam Dev minta gunting dan pergi ke luar rumah."Loh, kamu putus sama si Nindi?""Udah dua bulan yang lalu, Ma. Masa anak ngenes Mama enggak peka."Dev tertawa dan Kamalia tersenyum mendengar ucapan adik iparnya."Mama doain dapat gantinya," jawab cepat sang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 42

    "Tadi Mama bilang, besok Mas di antar Pak Gino untuk kontrol ke rumah sakit." Kamalia memberitahu setelah mereka selesai salat Isya dan duduk di tepi ranjang."Padahal Mas udah bisa nyetir sendiri. Mas mikirnya besok kita bisa pergi berdua saja.""Mama udah telepon Pak Gino tadi. Dituruti saja daripada Mama marah."Dev mengiyakan. Kemudian mendekati istrinya. "Mobil sudah ada, kita bisa liburan lusa.""Apa enggak terlalu cepat. Mas baru kontrol besok. Kita dengar dulu apa hasil pemeriksaan dokter."Pria itu tidak menanggapi ucapan istrinya. Justru ia mulai membuka mukena yang dipakai Kamalia. Meletakkan begitu saja di lantai. Kemudian mencium istrinya."Jangan bilang tidak, Mas udah kangen banget ini.""Matiin lampunya.""Tidak usah.""Aku malu dengan perut besar begini."&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 43 Reuni

    "Mas, juga mau, 'kan ngenterin aku reuni?"Dev tidak menjawab, diraihnya jemari Kamalia dan segera diajak turun.Jarak rumah dan rumah sakit umum hanya ditempuh dengan perjalanan dua puluh menit.Pak Gino menunggu di parkiran, sementara Dev dan Kamalia berjalan melewati lorong untuk menuju ruang praktek dokter umum, dr. Teguh. Kemarin Bu Rahma sudah bikin apoitment untuk Dev.Di depan ruang praktek telah menunggu beberapa pasien. Dev mengambil tempat duduk di bangku tunggu paling pinggir. Tangannya masih menggenggam jemari istrinya."Kenapa, Mas, enggak ngizinin aku reuni?" tanya Kamalia pelan."Lihat situasi dulu. Kalau Mas longgar nanti Mas anterin."Kamalia tersenyum. "Terima kasih.""Hmm."🌷🌷🌷Gerimis turun menjelang senja. Dev duduk di balkon dekat dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 44

    Perumahan itu tidak kalah asri dengan lingkungan tempat tinggal Bu Rahma. Bedanya di lingkungan rumah Willy pagarnya menjulang tinggi-tinggi. Seolah kesan individualisme-nya sangat kentara.Kamalia menyuruh Dev berhenti di rumah nomer 19-A. Kebetulan di depan pagar sudah ada dua mobil yang terparkir. Dan pintu pagar telah terbuka.Devin dan Kamalia turun dari mobil. Baru sampai depan pagar, Yana berlari menyambutnya. Memeluk erat Kamalia. Netra mereka berkaca-kaca."Terima kasih ya, Mas. Telah nganterin best friend saya datang ke sini," ucap Yana sambil menyalami Dev.Pria itu tersenyum ramah.Di sana telah hadir beberapa orang yang langsung memeluk Kamalia, ketika wanita itu selesai mengucap salam.Willy yang ngobrol dengan salah satu teman segera berdiri. Rona wajahnya menjelaskan apa yang ada dihatinya. Antara bahagia dan terluka.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 45 Holiday

    Tepat jam tiga sore mereka memasuki kamar Hotel Crown. Dev memilih lantai sembilan dengan kamar deluxe room.Mahal tidak apa-apa asalkan membuat nyaman istrinya. Apalagi Kamalia terlihat sangat lelah setelah menempuh perjalanan dua jam dari rumah Willy."Capek, ya? Sini Mas pijitan." Dev mendekati istrinya yang tengah berbaring."Jangan dipijit, Mas. Diusap-usap saja kayak gini." Kamalia memberikan contoh dengan mengusap sendiri pinggangnya.Dev melakukan seperti yang Lia contohkan. Pertama diajak bicara masih nyambung, lama-lama suaranya tidak terdengar. Ternyata Kamalia telah terlelap.Setelah menyelimuti kaki istrinya Dev segera membuka koper untuk mengambil baju ganti karena ia ingin mandi lebih dulu.Tepat jam empat lebih tiga puluh menit Kamalia terbangun. Itu pun setelah dibangunkan Dev karena harus salat ashar.&

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25

Bab terbaru

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 120 Nostalgia (Ending)

    Nostalgia (Ending)Susana Bougenvilla sangat meriah dengan kehadiran kerabat dekat Bu Rahma. Dev mengadakan acara aqiqah untuk anak ketiganya.Teman-teman Dev dari kota juga datang bersama istri dan anak-anaknya. Kerabat dari Kamalia juga datang.Suara anak-anak riang berlarian di halaman vila. Cuaca tidak mendung juga tidak panas. Hawa tetap sejuk dan membuat nyaman.Mbak Mita yang menyukai anak-anak lebih telaten menjaga para keponakannya. Terlebih anaknya Ben yang usianya paling kecil, sering ketinggalan kedua sepupunya yang berlarian di taman yang penuh bunga bugenvil yang beraneka warna."Mas, udah punya dua anak cowok, ceweknya masih satu. Mau nambah lagi, nggak?" tanya Era. "Cukup tiga saja. Kasihan Kamalia," jawab Dev sambil tersenyum."Tapi sebenarnya masih mau lagi, kan?" goda Yaksa."Anak kan rezeki. Kalau di kasih lagi ya mau.""Awas aja kalau masih mau tapi bikinnya sama yang lain. Kan katanya kasihan sama Kamalia. Terus nanti bikin pula sama yang lain," seloroh Adi. Memb

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 119 Sunshine

    Menikahi Pria tak SempurnaSunshine Malam itu Dev dan Kamalia duduk di balkon kamar. Gaffi tidur ikut Mbak Mita dan suaminya, sementara Tisha sudah tidur pulas di ranjang mereka. Gadis kecil itu kelelahan setelah seharian bermain di pantai bersama kakak dan sepupunya."Kenapa tidak bilang sejak kemarin kalau kamu sedang hamil?" tanya Dev sambil merangkul pundak istrinya."Aku juga nggak tahu kalau hamil, Mas. Kemarin aku baru ingat kalau telat datang bulan. Waktu aku cek sudah tampak jelas garis duanya.""Mas bahagia, hanya saja cemas juga tiap kali menjelang persalinan anak-anak kita."Kamalia tersenyum sambil melingkarkan lengan di pinggang suaminya. Di sandarkan kepala di dada bidang Dev. "Yang penting Mas nemani waktu aku lahiran, itu saja sudah jadi mood booster buatku."Dev mengecup kening istrinya. Keduanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Di kejauhan terdengar debur ombak pantai yang menghantam batu-batu karang. 🌷🌷🌷Kamalia terbangun tepat jam empat pagi. Yang

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 118

    "Mas," panggil Amara lirih sambil menggoyangkan tubuh Ben tengah malam itu.Ben menggeliat sejenak sebelum membuka mata dan duduk. "Ya, ada apa.""Perutku tiba-tiba mulas. Di celana dalamku ada sedikit darah."Netra Ben langsung terbuka sempurna, kantuknya seketika hilang. Ia melihat kening Amara yang berpeluh."Tunggu, ya. Aku panggil Mama."Ben melompat dari atas tempat tidur. Ia bergegas untuk membangunkan mamanya.Sejenak kemudian Bu Rahma masuk ke kamar putranya. Sedangkan Ben bersiap mengganti baju dan mengambil tas berisi perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit."Sejak kapan Mara mulai mulas?" tanya Bu Rahma sambil mengusap perut menantunya."Baru saja, Ma.""Ya sudah, jangan panik. Kita ke rumah sakit sekarang. Mama ganti baju dulu. Ben, kamu hubungi Dokter Keni, kalau beliau ada di klinik kita ke klinik saja.""Ya, Ma."Kendaraan sepi di jam satu malam itu. Perjalanan ke rumah sakit jadi cepat dan lancar.Sesampainya di depan ICU, mereka sudah ditunggu dua orang perawat lak

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 117 Liburan

    "Ben, makin hari tambah bulat aja," seloroh Kamalia saat melihat adik iparnya masuk ke dapur di rumah mamanya pagi itu.Ben yang baru datang dari rumah mertuanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang berisi. "Jadi keenakan makan ngikutin selera makan Amara. Nantilah, sebulan lagi auto diet ketat. Oh, ya, kapan sampai?""Tadi malam jam sepuluh. Habisnya Mas Dev ngajak berangkat udah jam tujuh malam. Kata Mama, kamu dan Amara nginap di rumah mertua.""Iya, Bapak lagi sakit, makanya kami tidur di sana. Tapi sekarang sudah agak baikan. Cuman demam biasa.""Oh, Alhamdulilah.""Kenapa datang dadakan?""Kami dapat undangan pernikahan Imelda. Undangannya pun dadakan, karena mereka juga enggak ngadain pesta. Cuma ijab qobul aja.""Hmm, baguslah. Akhirnya nikah juga. Gaffi dan Thisa mana?""Habis sarapan kembali main di kamar sama papanya. Kalau Mama lagi belanja."Ben mengambil air minum di dispenser, kemudian duduk dan menghabiskan segelas air putih."Mau sarapan, enggak? Tadi Mbok Tini bik

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 116

    Kehamilan Amara disambut bahagia dua keluarga besar mereka. Nasehat demi nasehat diberikan kepada calon ibu muda itu.Amara sendiri masih tetap kuliah. Tapi dia sudah membatasi diri dengan kegiatan-kegiatan kampus di luar jam kuliah.Kebahagiaan Ben-Amara membuat iri sebagian mahasiswa. Apalagi untuk beberapa mahasiswi yang pernah mengidolakan Ben. "Katanya dulu kamu minum pil, Ra. Kenapa bisa hamil?" tanya Rensi saat mereka duduk di kantin."Iya. Cuman aku minumnya enggak teratur. Soalnya selalu pusing setelah minum pil itu.""Apa enggak kepikiran mau ganti pakai yang lain?""Rencananya mau ganti. Kutunda-tunda akhirnya keburu hamil.""Ya itu rezeki, Ra. Pak Dosen kelihatan bahagia banget gitu."Amara tersenyum sambil mengusap perutnya yang tengah hamil tujuh bulan. Ben memang sebahagia itu, kalau di rumah tak henti-hentinya dia menciumi calon buah hatinya yang masih ada di perut."Setelah kandunganku delapan bulan, aku akan ngambil cuti kuliah, Ren. Sementara aku ngambil cuti satu

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 115 Positif

    Setelah Kamalia beranjak ke belakang membawa mangkuk bekas makan Thisa, Ben berdiri lantas mendekati istrinya. "Ayo, kita ke kota untuk periksa," ajak Ben."Enggak usah, kayaknya aku hanya masuk angin," jawab Amara pelan."Sejak kita menikah, kamu belum haid, 'kan?" Ben jadi mengingat itu. Sebab selama sebulan ini mereka berhubungan tanpa halangan."Selama ini haidku memang enggak teratur." Pria itu mengangguk pelan kemudian kembali berdiri dan melangkah keluar vila. Amara termenung sambil memperhatikan Thisa bermain. Ia jadi teringat pil KB yang diminumnya. Padahal ia meminumnya hampir habis, tapi kenapa ia tidak datang bulan juga?"Ra, sini!" panggil Kamalia setelah turun dari mengambil sesuatu di kamarnya. Amara mendekat, Thisa ditinggal bersama Sawitri."Coba kamu test, kebetulan aku masih punya persediaan test pack."Kamalia memberikan test pack yang masih berbungkus utuh beserta cawan yang biasa dia gunakan untuk menampung urine.Amara memperhatikan cara penggunaannya."Ini

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 114

    Sabtu pagi Ben dan Amara berangkat ke rumah kedua kakaknya. Pria itu akan mengajak istrinya ke rumah Mita dan sorenya akan ke vila dan menginap di sana.Bu Rahma yang sebenarnya sangat kangen dengan kedua cucunya menolak ikut saat Ben mengajak. Beliau tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Beliau bisa pergi lain hari."Kita akan sampai berapa jam perjalanan, Mas?" tanya Amara."Kurang lebih dua jam.""Lumayan jauh, ya?""Nanti kalau sudah terbiasa ke sana, dua jam enggak akan lama."Mereka menikmati perjalanan sambil berbincang. Mengenai apa saja. Tentang kampus, saat keduanya dihadapkan sebagai dosen dan mahasiswi. Banyak yang akhirnya tergali tentang diri masing-masing. Jam sembilan mereka sampai di rumah Mita. Kebetulan dokter Nasir juga ada di rumah. Kedua suami istri itu sedang berkebun di pekarangan belakang ketika Ben dan Amara datang.Segera saja Mita belanja dan masak. Rencana awalnya siang nanti mereka akan kulineran ke luar. Berhubung adik dan iparnya datang, w

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 113 Tentang Kenangan

    "Hai, Ben," sapa Nindy sambil tersenyum ramah.Ben makin erat menggenggam tangan istrinya. Ia melangkah mendekat setelah gemuruh di dadanya mereda."Hai, juga.""Ayo, salim sama Om dan Tante." Nindy menyuruh putrinya untuk menyalami Ben dan Amara.Pria itu menunduk ketika tangan kecil terulur. Amara juga melakukan hal yang sama. Senyumnya merekah saat menyentuh pipi tembam anak Nindy. "Siapa namamu, cantik?""Chika, Tante." Ben memandang Nindy. "Umur berapa?""3,5 tahun.""Sebentar lagi masuk PAUD.""Ya.""Kenalin ini Amara, istriku."Nindy terkejut juga, meski tadi sudah mengira kalau wanita berhijab itu kekasih atau istri Ben.Amara menyalami wanita tinggi semampai di depannya. Ia sebenarnya heran karena sejak tadi wanita itu memperhatikannya."Aku Nindy."Amara mengangguk."Kapan menikah? Kenapa enggak ngundang?""Kami menikah Sabtu kemarin. Belum ada pesta, mungkin nanti setelah Amara wisuda.""Wisuda?""Iya, Mbak. Saya masih kuliah semester tiga." Amara yang menjawab.Nindy menj

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 112

    Amara melipat mukena setelah salat asar berjamaah dengan suaminya dan meletakkan di rak sudut kamar. Kemudian ia duduk di depan meja rias untuk menyisir rambut.Ben mengambil ponsel untuk melihat beberapa pesan masuk.Kamar Ben cukup besar daripada kamar Amara. Ditambah cat warna putih tulang yang menambah kesan luas pada ruangan.Ranjang king size diletakkan mepet ke dinding. Tidak diletakkan tepat di tengah seperti di kamar lainnya. Sepreinya baru dan wangi, warna biru terang dengan bordir bunga di tepinya. "Kapan ujian oral test, Mas?" tanya Amara sambil memandang Ben yang duduk di tepi ranjang."Malam ini kita mulai duluan," jawab Ben santai sambil menatap istrinya.Amara bisa menangkap maksud dari jawaban suaminya dan itu melenceng jauh dari maksud pertanyaan yang sebenarnya.Oral test mewajibkan mahasiswa mengerjakan ujian dengan melakukan tanya jawab langsung dengan dosen.Test itu akan dilakukan secara one by one. Dan ini menjadi ujian yang menegangkan bagi sebagian mahasiswa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status