Kabar tentang Brian yang pulih jadi pria normal yang tampan pun mulai menyebar. Tak ayal para warga dan teman sebaya Athena yang dulu sempat menghina dan meremehkan Athena pun, jadi merasa sangat iri.
“Si juragan cacat itu teh ganteng pisan. Tinggi juga. Tadi saya gak sengaja liat pas dia nemenin si Athena lagi jalan di atas krikil batu alam buat terapi kaki,” kata seorang ibu berambut pendek mulai bercerita. “Mereka teh mesra banget, cocok lah. Ganteng sama cantik,” tambahnya.
Ayu yang saat itu sedang membeli ayam dan sayuran di tukang sayur keliling pun jadi mendadak tak nyaman. Telinganya panas.
“Si Athena udah hamil 8 bulan, kamu teh kapan mau nyusul?” tanya ibu-ibu yang lain, membuat Ayu semakin tidak nyaman.
“Saya sama mas Bima emang sepakat gak mau punya anak dulu, kok,” kilahnya sambil berusaha menyunggingkan senyum agar orang tidak menyangkanya tersinggung.
Walaupun, pada kenyataannya,
"Mas," panggil Athena yang entah sejak kapan jadi mulai berani bersikap manja kepada Brian.“Iya?” Brian menoleh sejenak ke arah Athena yang bersandar di pundaknya, sebelum akhirnya ia kembali fokus menonton TV.“Kata Emak aku, kalo lagi hamil besar itu harus banyak gerak biar lahirannya lancar, kamu mau gak temenin aku jalan-jalan? Disekitar sini aja, gak akan jauh-jauh, janji.”Brian diam sejenak.Ia mengambil segelas coklat hangatnya, menyesapnya pelan, sebelum akhirnya memusatkan seluruh perhatiannya pada Athena.“Tapi, kita baru beberapa hari sampe ke sini, harusnya istirahat aja.”“Kamu juga gak pernah jalan-jalan di sekitaran pedesaan, sekarang waktu yang cocok buat jalan-jalan. Mumpung masih pagi dan juga mumpung udaranya masuh seger,” kata Athena memelas pada Brian.Ditatap seprti itu, tentu saja Brian tidak tega jika harus menolak keinginan Athena.Brian mengulurkan tang
"Woy! Buka pintunya! Hutang lo bayar, setan! jangan kabur begini."Bunyi nyaring dari pintu yang ditendang secara kasar itu terdengar menggema.Tak ada yang membuka pintunya. Bima dan Ayu memilih bersembunyi di dalam kamar, tanpa berani mengeluarkan suara sedikit pun karena takut jika keberadaan mereka diketahui.“Woy! Jangan ngumpet, bayar hutang lo!"BRAKKKKBRAKKKKLagi, pintu ditendang dengan kasar. Kalimat-kalimat penuh sumpah serapah itu terus terdengar, membuat Ayu berdebar ketakutan, sementara Bima justru malah terlihat santai-santai saja."Nanti siang gue dateng lagi. Pelunasan harus ada hari ini juga, kalo gak ada, semua aset lo disita!"Setelah bunyi nyaring untuk yang terkahir kalinya, suara langkah kaki pun kemudian terdengar menjauh dan hilang.Hening.Ayu dan Bima menajamkan telinga mereka, memastikan apakah kiranya para petugas debt collector itu masih ada atau tidak, sampai akhirnya mereka p
Kadang waktu emang gak butuh penjelasanMengalir begitu sajaGak tau harus berhenti dimana sampe nanti tiba-tiba berhenti sendiriYang harus kamu pahami disiniMungkin aja waktu bisa berhentiTapi kamu gak bisa mengulanginya kembali(Kareniavorg)***Sebelum pulang ke rumah Adnan, Brian pun meminta agar Ismail menunjukkan di mana tempat usaha katering yang tengah di rintis oleh Bima dan ibunya untuk sekadar melihat seperti apa kiranya perkembangan usaha dari objek balas dendamnya."Itu tempat usahanya?" tanya Athena seraya menunjuk ke arah sebuah ruko yang cukup besar yang berada di pusat kota."Iya, Nona. Sebelumnya bukan itu tempatnya, tapi karena kita memberikannya pinjaman uang melalui tangan rentenir, dia jadi bisa beli ruko sebesar itu." Suara Ismail menjelaskan pelan-pelan kepada Athena.Athena mengangguk-anggukan kepalanya, lalu menoleh ke arah Brian.“Aku mau ruko itu jadi milik ak
Kamu tahu gak apa yang lebih menyakitkan dari sebuah patah hati?Tetap merasa rindu padahal sudah tak bisa memiliki(Dijual Suamiku)***“Mas,” panggil Athena seraya menepuk bahu Brian beberapa kali, mencoba membangunkannya.“Hmm?” gumam Brian yang masih memejamkan matanya karena rasa kantuk yang masih menggelayutinya.Athena tak langsung menjawab. Ia meringis kesakitan dan bergerak gelisah saat merasakan seolah isi perutnya diurut dengan sangat kasar. Rasanya sangat sakit.“Mas... sakit,” gumam Athena terputus-putus dengan suaranyang tercekat.Athena terus menepuk pundak Brian dan terus bergerak gelisah, sehingga sedetik kemudian Brian pun mulai mengerjapkan matanya, mengumpulkan seluruh nyawanya untuk bisa terbangun sepenuhnya.“Kenapa? Apanya yang sakit?” tanya Brian setelah tersadar dan menatap panik ke arah Athena yang terlihat begitu tersiksa menahan sakit
Tentu, aku tidak bisa dicintai oleh orang yang aku cintai.Aku cukup sedih.Tapi, jika kau tidak ada disampingku, aku pasti akan lebih sedih lagi.(Brian Atmaja)***“Mas… udahan nangisnya,” kata Athena menenangkan Brian yang terus saja terisak-isak, tanpa bisa berhenti.Ada terselip nada geli dalam suaranya, tapi melihat Brian yang begitu hangat seperti ini justru membuat Athena merasa jadi perempuan paling bahagia di dunia.“Perut kamu pasti sakit banget, kan? Terus bayinya kenapa belum bisa dibawa pulang? Kenapa harus dipasang infus sama oksigen, dia kenapa?” tanya Brian di sela-sela isakannya.Semua citra Brian yang terkenal kejam dan dingin itu langsung runtuh begitu saja, karena menangisi seorang bayi mungil yang terlelap di dalam tabung inkubator. Brian bahkan tidak merasa malu sama sekali karena menangis di depan Septi dan Ismail.“Aku baik-baik aja. Pe
"Hari ini aku harus pulang ke rumah dulu, gak apa-apa kalo kamu di sini di temenin sama septi aja?” tanya Brian.Saat itu, Brian terlihat begitu menikmati perannya sebagai ayah. Ia menggendong Valerie dengan metode kangguru, dimana ia bertelanjang dada dan menghantarkan hangat tubuhnya pada Valerie melalui kontak kulit.Dengan hati-hati dan penuh perhatian, ia mengarahkan nipple dot itu ke mulut mungil Valerie, agar bisa disesapnya dengan nyaman.“Gak apa-apa kok. Septi bisa jagain Valerie dan aku juga udah bisa jalan sendiri walaupun kadang luka jahitnya masih sakit,” jawab Athena tak keberatan sama sekali.“Tadi, kata dokter, katanya lusa kalo keadaan Valerie makin baik, dia bisa pulang."“Iya. Semoga aja secepatnya bisa pulang, aku pengen cepet-cepet bisa gendong dia sepuasnya.”“Mau gendong baby Valerie sekarang?” tawar Brian, setelah ia selesai memberikan setengah botol dot asi p
‘Berat badannya mulai naik, kesehatannya juga bagus. Dokter bilang, besok pun Valerie udah bisa dibawa pulang.’ Suara ceria Athena terdengar dari seberang telepon saat mengabarkan kondisi anaknya pada Brian.Brian tersenyum lemah mendengarnya. Setidaknya, mendengar suara Athena sedikit meredakan keresahan di hatinya.“Syukurlah. Tolong bisikan ke telinganya, kalau Papanya hari ini belum bisa datang menggendongnya karena harus pergi kerja,” kata Brian menimpali. Ia berusaha sangat keras untuk membuat suaranya jadi terdengar sangat ceria, walaupun sebenarnya perasaan Brian hari ini benar-benar kacau.‘Iya Papa, Valerie gak apa-apa, kok. Papa hati-hati di jalan. Nanti, kalo kerjanya selesai, temenin Valerie main. Valerie kangen digendong Papa,’ kata Athena menirukan nada bicara anak kecil.Brian terkekeh. “Pasti Mamanya, kan, yang kangen?” godanya. “Iya, Mama… iya. Nanti pulang kerja Papa ke sana.
“Barang-barangnya udah dimasukin semua, Septi?” tanya Athena. Dengan hati-hati , ia melangkahkan kakinya keluar kamar mandi, sementara Valerie terlihat lelap di atas tempat tidur dengan tubuh yang dibungkus kain bedong.“Sudah, bu. Urusan kepulangan juga udah saya urus di administrasi, bu. Kita tinggal meluncur pulang aja,” jawabnya lalu memaparkan dengan ceria.Septi seperti tak mengenal lelah. Ia mengangkat tas besar yang penuh berisi pakaian Athena dan juga perlengkapan Valeri tanpa memgeluh sama sekali.Melihat itu, membuat Athena jadi meringis dan tak enak hati.“Maaf ya, Septi. Pasti berat banget tas-nya, tapi mas Brian, pak Ismail bakal jemputnya di depat pintu gerbang rumah sakit.” Athena berucap penuh sesal, sementara Septi justru menanggapinya dengan senyuman lebar.“Gak apa-apa, bu. Saya ini anak Mapala yang sering banget buat agenda ke gunung, berat tas Cuma 15kg di jalan datar kayak gini mah ga