Beranda / Pernikahan / Menikahi Pria Lumpuh / 2. Pertemuan Yang Tak diinginkan

Share

2. Pertemuan Yang Tak diinginkan

Penulis: Kareniavorg
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-09 19:32:40

Thena tak pernah berani membayangkan kebahagiaan dalam kehidupannya yang menyedihkan ini, tapi kesengsaraan yang tak berujung bukankah terlalu berlebihan? Seolah kehidupan yang menyengsarakan saja tidak cukup, Tuhan justru membuat Thena harus menghadapi kesedihan bertubi-tubi seperti ini.

"Antarkan nona ini pulang dulu," kata Ismail seraya menoleh ke arah salah satu pria tinggi besar yang sebelumnya menjemput Thena dan Bimo.

"Baik, pak. Ayo nona ikuti aku," sahut pria asing itu lalu kemudian meraih bahu Thena dan menggiringnya pergi.

Namun Thena menepisnya. Ia menatap penuh protes ke arah Bimo-

"Mas, ini ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba kayak gini?"

Helaan napas berat terdengar dari Bimo. Ia kemudian tersenyum hangat dan menghampiri Thena, seraya mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala Thena.

Ini pertama kalinya Bimo bersikap selembut ini, dan hal ini membuat Thena sempat membeku dan tersihir untuk beberapa saat.

"Kamu pulang duluan aja, ya? Aku ada urusan pekerjaan yang harus dibicarain sama pak Mandor dulu," jawabnya berbohong.

"Pekerjaan apa?" tanya Thena bingung. Sebab, ia bahkan tak mengerti dengan sikap Bimo.

Tadi dia menyeretnya kasar, lalu tiba-tiba jadi bersikap selembut ini. Bimo bahkan mengubah panggilannya jadi 'Aku-kamu'... sangat aneh.

"Eng... ini rahasia, tapi nanti aku ceritain semuanya ke kamu, aku janji. Sekarang kamu pulang duluan aja, ya? Kamu kan katanya kurang sehat."

Bimo merangkul pundak Thena lalu menuntun dan meyakinkannya untuk ikut pria asing itu dan segera pulang.

"Hati-hati di jalan... aku pulang setelah selesai," seru Bimo melambaikan tangannya mengiringi Thena yang pergi di antarkan oleh mobil itu.

Di detik berikutnya, ekspresi wajah Bimo berubah. Ia kembali memasang wajah datar, lalu kemudian bergegas masuk ke dalam rumah.

"Gimana, pak Mandor? Perempuan tadi itu namanya Thena... Thena Salindri. Dia cantik, kulitnya putih, badannya juga bagus. Kalo tuan Brian membelinya, tuan Brian bisa ngejual dia lagi ke tempat pelacuran. Dia pasti bakal laku dengan harga yang lebih mahal dan-"

Bimo tak menyelesaikan kalimatnya, ketika Ismail meliriknya tajam.

"Tuan Brian akan membayar 3 Milyar, sesuai dengan jumlah total hutangmu."

"4... saya mau 4 Milyar, karena saya juga mau diuntungkan. Saya butuh uang untuk kebutuhan hidup dan lainnya," cetus Bimo bernegosiasi.

"Kau ini diberi hati malah minta jantung," desis Ismail marah.

Ia mendelik tajam, lalu kemudian melirik kembali ke arah Brian untuk sekadar menemukan tuannya itu berbicara padanya menggunakan bahasa isyaratnya-

(Berikan saja uang sesuai harga yanng dia minta. Perempuam itu harus jadi miliku, Ismail.)

Mengerti semua kalimat itu, Ismail pun menganggukan kepalanya.

"Oke, Bimo. Karena tuanku menyukai barang yang kau tawarkan, jadi tuanku akan membayar dengan harga yang sesuai dengan yang kau minta. Dalam waktu dekat aku akan menjemputnya, jadi kau pastikan barang yang kau jual itu dalam kondisi bagus, dan kau tidak boleh menyentuhnya ataupun menyetubuhinya. Kalau itu terjadi, kau harus membayar mahal."

"Iya, terserah. Pokoknya jadi 4 Milyar, kan? Deal?" Seru Bimo dan dengan begitu bersemangat mengulurkan tangannya.

"Deal," sahut Ismail seraya menerima uluran tangan itu.

***

Suara derit pintu rumah yang reyot itu membuat Thena berjingkat bangun dari pembaringannya, dan dengan tertatih-tatih segera keluar dari kamarnya.

"Mas... kamu pulang?" suara Thena langsung menyapa begitu ia mendapati Bimo baru saja selesai menutup pintu.

Thena melirik jam dinding yang menunjukan pukul 7 malam, membuatnya jadi semakin mengerutkan kening menatap penuh tanya ke arah Bimo.

"Kamu lama banget di rumah orang kaya itu, sebenarnya ada apa? Pekerjaan apa yang kamu bilang itu? "

"Hei... tenang dulu. Ayo duduk dulu, biar aku jelasin."

Dengan lembut, Bimo meraih tangan Thena dan mengajaknya untuk duduk di sebuah kursi bambu yang ada di salah satu sudut ruangan.

"Dengar, kamu tahu kan aku punya banyak hutang?"

Thena mengangguk.

"Nah, sebenarnya aku menemui tuan Brian dan pak Mandor itu buat bicara soal hutang. Tuan Brian mau aku kerja di rumahnya, makanya aku ajak kamu ke sana karena tuan Brian dan pak Mandor katanya harus tahu siapa aja anggota keluarga yang harus aku tanggung." Bimo memaparkan panjang lebar.

Walaupun awalnya terlihat ragu, tetapi pada akhirnya Thena pun menghilangkan keraguannya.

"Hutangnya berapa? Apa uang yamg selalu kamu ambil dari aku itu masih gak cukup? Apa tetep gak cukup buat ngelunasin hutangnya?"

"Gaji kamu cuma 20 ribu sehari mana cukup? Buat judi aja aku harus pinjem duit ke si Brian itu, sampe akhirnya hutangnya membengkak. Mana mungkin bisa dilunasi kalo ngandelin uang kamu aja," pungkas Bimo sedikit emosi.

Beberapa kali ia menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan untuk sekadar menekan emosinya agar tidak meledak-ledak. Sebab, Bimo takut rencananya hancur jika ia hilang kendali.

Sudah sejauh ini, tidak mungkin ia mengacaukannya hanya karena emosi sesaat.

"Hutangnya berapa juta? Kalo kamu kerja sama tuan Brian, apa hutangnya bakal lunas? Atau-"

Cup

Thena menjeda kalimatnya saat tiba-tiba Bimo mengecup bibirnya singkat.

"Jangan banyak tanya, ya? Aku pusing," ujar Bimo tenang.

Kemudian ia meraih dagu Thena, dan kembali mengecup bibir itu. Hanya kecupan ringan, tapi lambat-laun, kecupan singkat itu mulai berubah jadi ciuman panas.

Bimo menyapu lembut bibir Thena. Melumat dan memagut bibir itu dengan rakus, seperti orang yang begitu kehausan.

"M-Mas," cicit Thena di sela-sela ciuman Bimo padanya.

Kemudian, Thena mengerang saat tangan Bimo menyelusup masuk ke dalam dasternya dan perlahan meraba perutnya.

Tangan Bimo terus meraba, dan mulai bergerak meraba ke atas, sampai-

"Mas!" Thena mengerang dan tersentak saat tangan Bimo menangkup dadanya.

Seolah tak peduli, Bimo tetap menggerayangi tubuh Thena. Ia terus melumat bibir Thena dengan penuh nafsu.

Tubuhnya membara.

"Kita pindah ke kamar," kata Bimo setelah menyudahi ciuman panasnya.

Napas keduanya terengah-engah, sama-sama kehabisan napas.

Thena menarik napas dalam-dalam, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, lalu kemudian menghembuskan napasnya pelan.

"Aku gak bisa, mas. Aku gak bisa berhubungan sama kamu dulu," tolak Thena dengan takut-takut karena khawatir Bimo akan kembali mengamuk dan menyiksanya lagi.

"Kenapa?" tanya Bimo seraya menundukan kepalanya untuk beralih menelusuri leher jenjang Thena dan meninggalkan bekas merah di sana.

"Aku... baru keguguran...." Thena menjawab dengan tersenggal-senggal, disela-sela erangannya karena kegiatan Bimo yang masih menciumi lehernya.

Mendengar itu, Bimo pun seketika mematung di tempatnya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersadar dan menjauhkan dirinya dari Thena.

"O-Oh, iya. Aku lupa, sori."

Bimo tersenyum simpul, lalu bangkit berdiri dan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Thena yang termangu di tempatnya.

Sepeninggalnya Bimo, Thena menghembuskan napas kasar dan menyandarkan punggungnya pada dinding rumahnya yang berupa anyaman bambu itu untuk sekadar kembali meratapi nasibnya.

"Harusnya lima bulan kedepan aku bisa melahirkan, tapi Tuhan mala mengambil bayinya," gumam Thena nelangsa.

Dadanya kembali berdenyut, mengingatkan Thena kalau janin yang selama 4 bulan ini dikandungnya sudah tiada dan bahkan tak bisa ia makamkan dengan layak.

Bab terkait

  • Menikahi Pria Lumpuh   3. Malam Kelabu

    Bimo babak belur. Tulang pipinya bengkak dan membiru akibat bogem mentah dari pria kekar dengan badan penuh tato sampai ke area lehernya itu. Sudut bibirnya Bimo lebam dengan sisa-sisa darah yang mengering di sana. Ya, pagi-pagi sekali Bimo dijemput paksa oleh Ismail dan beberapa anak buah Brian dengan alasan yang tidak diketahui oleh Bimo. "Tuan... Ampun, tuan. Saya teh gak bohong. Saya cuma cium Thena, itu pun terpaksa karena saya panik Thena banyak tanya soal apa yang saya lakukan di rumah tuan. Jadi, demi buat dia bungkam, saya cium dia. Sumpah, saya gak nyentuh dia lebih daripada itu." Dengan bertelanjang dada dan kedua tangan yang diikat ke belakang, ia bersimpuh dan menatap penuh permohonan pada pria yang berada di hadapannya. Brian Atmaja. Dengan air wajahnya yang tanpa ekspresi dan tatapan mata yang dingin itu, dia duduk di kursi rodanya. Rahangnya terlihat bengkok ke samping seperti orang yang terkena stroke. Ia mengangkat tangannya dan membuat gerakan yang tidak bisa di

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Menikahi Pria Lumpuh   4. Istri yang dijual suaminya

    "Cantik," puji Bimo pada Thena yang terlihat sedang mematut dirinya di depan cermin yang menempel di lemari lapuknya. Thena yang sedang membubuhkan lipstik di bibirnya itu pun seketika jadi menunduk malu. Ini pertama kalinya Bimo memuji kecantikannya, dan ini membuat Thena menjadi malu sekaligus senang. "Itu baju dari Mamah?" tanya Bimo dengan wajah yang terlihat lebih sumringah dari sebelum-sebelumnya. "Iya, kemarin Mamah ngasih ke aku. Kenapa? Gak cocok ya dipake sama aku?" tanya Thena yang tiba-tiba merasa tidak percaya diri. "Aku gak bilang gitu, kenapa jadi gak pede, hm? kamu makin cantik pake baju itu, cocok banget." Thena semakin tersipu malu. "Kata Mama, hari ini pak Mandor mau beli barang kamu itu, jadi katanya aku harus dandan cantik. Kamu gak pake baju bagus, mas?" Bimo tersenyum lebar lalu menggeleng kuat. "Aku kayaknya gak perlu pake baju bagus. Duitnya gak cukup buat beli dua baju baru, jadi aku beli buat kamu aja." "Oh... jadi ini pake uang kamu?" "Uang aku sama

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Menikahi Pria Lumpuh   5. Kemalangan

    Dibawah guyuran hujan, Thena terduduk lemas di paving blok area halaman rumah Briant. Ya, Thena sudah dijual pada seorang pria cacat bernama Briant. Bimo benar-benar ingin menyaingi Tuhan. Berani-beraninya dia membuat alur kehidupan yang menyengsarakan bagi Thena. Dengan hebatnya, pria bajingan itu menjual Thena pada seorang pria cacat yang bahkan tidak sudi membiarkan Thena menginjakkan kaki ke dalam rumahnya. "Tuan, apa tidak sebaiknya dia dibawa masuk? di luar hujan deras, dia bisa sakit," ucap Ismail yang berbicara pada Briant menggunakan suara dan juga gerakan tangannya sebagai bahasa isyarat. (Tidak boleh. Biarkan dia di luar dulu. Dia bekas pria bejat itu, biarkan air hujan membersihkan kotoran di seluruh tubuhnya) , kata Briant menggunakan bahasa isyarat. Gerakan tangannya begitu penuh penekanan, tanda bahwa pria itu sedang dipenuhi oleh amarah. "Tapi, tuan. Dia bisa sakit. Lagipula si Bimo itu sudah berkata bahwa dia tidak menyentuh istrinya sama sekali," ungkap Ismail.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Menikahi Pria Lumpuh   6. Pernikahan Kontrak

    Uang itu memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.Kebahagiaan memang tidak bisa dibeli oleh uang, tapi jika tidak punya uang, maka kamu tidak bisa apa-apa.Itulah mengapa aku benci dengan fakta bahwa hidup jangan bergantung pada uang.-Gea Athena***"Gimana cara mandinya?" tanya Thena polos Untuk sejenak, Surti mengerjapkan matanya beberapa kali, merasa sedikit terpana dengan pertanyaan Thena. "O-Oh... mandinya? I-Ini pake ini," ucap Surti seraya menunjuk ke arah shower. "Puter kerannya yang ini, nanti airnya bakalan keluar." lanjutnya. "Terus, itu yang kayak bak mandi itu buat apa? apa gak bisa diisi terus mandinya pake gayung?" "Aduh gusti," seru Surti menepuk keningnya tak habis pikir. "Padahal penampilan Nona teh udah kayak Walanda, tapi kenapa harus hidup susah. Bener kata pak Mandor, selama ini Nona teh hidupnya salah tempat." Thena tidak menjawab. Ia memilih beranjak masuk ke dalam Shower Enclosure, lalu melirik ke arah Surti, seolah-olah mengatakan 'Aku ingin ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Menikahi Pria Lumpuh   7. Takdir menyakitka

    "Sudah, sudah. Tolong hentikan tangisanmu itu Nona Thena. Hidup dengan tuanku gak seburuk itu," desis Ismail jengkel. "Nona nangis karena fisik tuan Briant yang cacat, iya? Itu gak usah dipikirin. Nona cuma jadi istri tuan Briant sampe tuan Briant selesai sama tujuannya, toh selama pernikahan juga tuan Briant gak akan nyentuh Nona." Thena tak menjawab. Ia tetap terisak-isak pedih di atas tempat tidurnya. "Buat apa menangis seperti itu? Seharusnya malah Nona bahagia karena dengan menikahi tuanku, Nona bakal hidup bagaikan ratu selagi Nona jadi seorang penurut. Nona mau apa? uang banyak? Mobil? baju bagus? Atau sebidang tanah? tuan Briant bisa ngasih itu semua buat Nona kalo Nona mau." Namun, Thena masih saja diam, membuat Ismail jadi gemas sendiri. "Seharusnya Nona tahu betul, kalo gak menjawab ucapan orang yang usianya lebih tua itu sama dengan gak sopan," sarkasmenya. Seketika, Thena pun menghentikan isak tangisnya. "Maaf, pak mandor," sesalnya. Beberapa kali, ia menyeka air mat

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Menikahi Pria Lumpuh   8. Membiasakan Diri

    Dengan hati-hati, Ismail mendorong kursi roda Brian untuk masuk ke dalan kamar mandi lalu kemudian ia pun membiarkan Brian di dalam kubikel shower.(Keluarlah. Aku bisa sendiri,) ucap Brian dengan bahasa isyarat."Baik tuan," sahut Ismail dengan ucapan verbal, lalu kemudian mengangguk untuk memberikan tanda pada Brian bahwa dia mengiyakan perintah majikannya itu.Tanpa menunggu lama, Ismail pun melenggang pergi keluar dari kamar mandi dan menutup kembali pintunya dengan rapat-rapat.Tak ada yang perlu Ismail khawatirkan karena kamar mandi itu sudah dirancang khusus untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik Brian yang tak sempurna.Sementara itu, sepeninggalnya Ismail, Brian perlahan menggerakan dagunya dan membuatnya kembali ke posisi normalnya.Perlahan, Brian memijat rahangnya yang terasa pegal karena harus mempertahankan posisi bengkoknya untuk waktu yang lama."Aku harap semua sandiwara melelahkan ini bisa segera berak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Menikahi Pria Lumpuh   9. Belenggu Brian

    Sudah hampir sepekan Athena terkurung di dalam kamar ini, kamar mewah bernuansa putih di karpet lembutnya, di ranjang, juga di semua furniture-nya.Kamar ini dibuat dengan ukuran yang sangat luas dan bahkan melebihi ukuran rumah bedeng yang ditinggali oleh Athena dengan Bima. Namun, sekaligus kemewahan yang ia dapatkan di rumah mewah milik Brian ini, tetap saja Athena tak merasa bahagia.Surti setengah jam yang lalu masuk, membawa nampan makanan, meletak- kannya di meja. Lalu tanpa berkata apa-apa pergi dan mengunci kembali pintu itu dari luar.Dan selama setengah jam yang panjang itu pula, Athena mencoba setengah mati untuk tidak melirik pada nampan yang sangat meng- goda itu. Perutnya keroncongan, dan dia merasa haus. Dia belum makan dari siang karena berpikir untuk membuat dirinya kelaparan. Setidaknya, ia lebih memilih mati karena kelaparan daripada harus dijadian pelacur atau dijual ke pria hidung belang.Aroma makanan itu terasa begitu menggoda,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Menikahi Pria Lumpuh   10. Hukuman Athena

    Athena dikurung di kamarnya dengan pintu yang sengaja dikunci dari luar oleh Surti. Dua orang pengawal bahkan berjaga di sana, tak membiarkan satu celah pun bisa membuat Athena kembali kabur."Di mana dia? Terus dokternya bagaimana?" tanya Ismail pada Surti dengan wajah dinginnya."Di dalam kamar, sudah di amankan. Bu dokter udah aku bayar. Udah aku bebaskan dan dibiarkan pulang," jawab Surti memaparkan.Ismail meremas kantong obat yang dibawanya itu, lalu dengan emosi dia masuk dengan kasar ke kamar Athena untuk sekadar melayangkan tatapan tajamnya pada Athena yang terduduk menangis di tepi tempat tidurnya."Kenapa kamu berbuat begitu, Nona? Padahal hanya tinggal duduk manis dan diam merasakan semua kemewahan ini saja, tapi tetap membantah? Ckckck... apa kemewahan ini masih kurang?" cibir Ismail.Athena diam.Ia tak berani menjawab, sehingga yang dilakukannya saat ini hanya menangis terisak-isak, tak mampu mengeluarkan barang sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26

Bab terbaru

  • Menikahi Pria Lumpuh   113. Balas dendam pertama

    Hari Senin pagi, Athena begitu semangat melangkahkan kakinya memasuki lift VIP khusus para eksekutif perusahaan.Hari ini sangat menyenangkan bagi Athena karena ia berangkat bekerja diantar oleh Reza. Pria itu bahkan datang pagi-pagi sekali untuk sekadar menjemput Athena. Bahkan,Reza begitu telaten menyuapi Valerie, membuat Athena merasa benar-benar punya pasangan yang cocok untuk dirinya dan ayah yang baik untuk anaknya."Morning, Bu Aleah. Anda sepertinya sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya." Suara Brian menyapa.Sontak, saat itu Athena menoleh ke belakang, untuk sekadar mendapati Brian yang tersenyum tipis ke arahnya.Ah, sial memang. Saking larutnya dalam rasa senang, Athena bahkan sampai tidak melihat keberadaan Brian.“O-Oh… morning pak Brian,” sahut Athena sedikit terbata. Ia berdeham sejenak sebelum akhirnya ia menetralkan raut wajahnya kembali menjadi terlihat tanpa ekspresi."Diantar oleh suami, bu?" ta

  • Menikahi Pria Lumpuh   112. Kencan pertama

    You Hate When People See You Cry Because You Want To Be That Strong Girl. At The Same Time, Though, You Hate How Nobody Notices How Torn Apart And Broken You Are.(Anonymous)***“Baba, pon unyi.” (Papa, handponenya bunyi.) Suara menggemaskan itu terdengar, disusul dengan langkah kecil Valerie yang datang menghampiri Andreas dengan sebuah ponsel yang digenggam erat oleh tangan mungilnya.Andreas dan Athena yang saat itu sedang duduk di ruang tamu membicarakan soal bisnis pun akhirnya menoleh ke arah Valerie yang berjalan sedikit limbung ke arah mereka.“Oh, iya beneran bunyi. Makasih ya?” Andreas menyahut senang seraya meraih tubuh mungil Valerie untuk duduk dipangkuannya.Ia mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya padangdan matanya tertuju ke arah Athena.“Ada apa?” tanya Athena.Andreas tak langsung menjawab. Ia menutup lubang spiker

  • Menikahi Pria Lumpuh   111. Penerimaan

    "Kak Andre," panggil Athena ragu. Ia bersandar pada daun pintu ruang praktek Andreas di klinik pria itu.“Ada apa?” sahut Andreas bertanya, setelah ia selesai membungkus semua obat-obatan racikannya.“Eng… itu… aku mau tanya… apa dokter Reza… suka ngerayain ulang tahun?” tanya Athena dengan suara yang sedikit terbata-bata.Mendengar itu, Andreas pun seketika mengulum senyumnya dan berbalik menatap Athena dengan kedua alis yang sengaja naikkan sebelah, berniat menggoda Athena.“Apa ini artinya kamu mau memberikan lampu hijau pada penantian Reza selama ini?”Athena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba saja merasa malu dan canggung kalau harus mengakui niatannya.“Eng.. iya, aku pikir kata-kata kakak juga ada benernya. Mulai dari hari ini aku mau buka hati aku buat dokter Reza. Apa kakak tahu di mana dokter Reza biasanya ngerayain ulang tahun?”

  • Menikahi Pria Lumpuh   110. Quarter life crisis

    “Minum obat anda, tuan.” Suara Ismail menegur Brian yang masih saja keras kepala tak mau meminum obatnya sama sekali.Brian masih tetap memilih terus berbaring lemah di atas tempat tidurnya, sambil terus mendiamkan demam menggorogoti tubuhnya lebih lama lagi.“Berhenti mengoceh, Ismail. Suaramu membuat kepalaku makin sakit,” protes Brian seraya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya.“Tuan, kan, harus mengurus perusahaan. Belum lagi proyek bersama perusahaan Hilton. Kalau anda masih terbaring lemah seperti ini, bu Aleah Dominique pasti akan marah besar. Anda tahu sendiri bagaimana murkanya beliau seperti apa?"Brian diam. Ia enggan menjawab ucapan Ismail dan memilih tetap memejamkan matanya.Pada akhirnya Ismail hanya bisa menghela napas berat dan mengembalikan botol pil obat anti depresan juga obat demam Brian itu ke dalam laci nakas."Ah, ternyata tuan sudah tak punya semangan hidup. Padahal saya

  • Menikahi Pria Lumpuh   109. Kakak laki-laki

    "Brian Atmaja bercerai," ucap Andreas membaca headline dari berita online yang ia baca di ponselnya. “Ckckck... jaman sekarang berita perceraian orang-orang kaya lebih banyak dimuat di media berita, darpada informasi saham atau apapun yang lebih pending,”lanjutnya berkomentar.Sementara Athena tampak termenung mendengar kabar itu. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Sebab, untuk sekadar bergembira pun ia tak mampu. Hatinya sudah terlanjur kosong untuk sekadar memberikan reaksi soal Brian.“Kamu gak mau ketawa gitu?” tanya Andreas seraya menoleh ke arah Athena.Athena menggeleng cepat.“Gak deh makasih. Gak peduli juga hidup mereka berantakan atau apa pun juga, kecuali kalo mereka sengsara karena perbuatanku, barulah aku senang." Sudut bibir Athena berkedut, menyunggungkan senyum miring untuk beberapa saat.Andreas terbahak, lalu mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusap gemas puncak kepala Athena.&ldq

  • Menikahi Pria Lumpuh   108. Biarkan aku mengetuk hatimu

    Tak ada banyak yang aku harapkan.Cukup dengan melihatmu setiap pagi menyajikan senyum dan ucapan selamat pagi tiap kali aku bangun tidur pun, aku sudah bahagia.Ah, andai semua harap tentangmu bisa jadi nyata, Aleah.(Reza Zanuardi)***"Atas nama ibu Aleah Dominique?" suara seorang kurir langsung menyapa begitu Athena membuka pintu mansion Andreas.Bukannya langsung menjawab, Athena justru mengerutkan keningnya bingung dengan segala tanya di kepala-Dia tahu alamat ini dari mana? batin Athena.“Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa?”tanya Athena akhirnya, alih-alih menanyakan pertanyaan yang sebelumnya sempat terlintas di kepalanya.“Oh, ini ada kiriman bunga dan kotak hadiah untuk ibu Aleah Dominique atas nama pengirim Reza Zanuardi,” jawabnya ringan seraya mengulurkan rangkaian bungan mawar-bunga baby birth dan tulip ungu itu kepada Athena.Sedangkan Athena sudah

  • Menikahi Pria Lumpuh   107. Keputusan besar

    "Aku gak mau pisah, please...." Mona bersimpuh di kaki Brian. "Aku bisa dihukum mati kalo orang tuaku tahu aku hamil sama orang lain."Surat gugatan cerai itu sudah Brian berikan pada Mona. Sudah ia tanda tangani juga, dan hanya tinggal menunggu Mona untuk menanda tanganinya juga, tapi perempuan itu malah membuat segalanya jadi terhambat."Jangan mempersulit keadaan, Mona. Tanda tangani saja," tukas Brian yang tak memperdulikan bagaimana Mona begitu memohon dengan sungguh-sungguh kepadanya.Perempuan itu bahkan memeluk erat kaki Brian dan tak melepaskannya sekalipun sudah beberapa kali Brian melepaskan tautan tangan Mona dari sana."Aku hamil Brian, jangan ceraikan aku. Kalo kita cerai aku harus gimana? Anakku pasti akan hidup tanpa ayah, Brian. Aku mohon... jangan ceraikan aku."Dengan wajah yang berurai air mata, Mona mendongak menatap Brian dengan tatapan memelas. Ia memohon belas kasihan Brian.Helaan napas berat kemudian terdengar dari

  • Menikahi Pria Lumpuh   106. Usaha Reza

    "Ngapain?" ketus Athena saat mendapati Reza dan sepeda motornya yang sudah terparkir di depan pintu keluar lobi kantor.Namun, seolah tak terpengaruh dengan wajah dingin dan ucapan Athena yang ketus, Reza justru memamerkan senyum manisnya pada Athena.“Bukan apa-apa sih. Tadi,aku isi bensinnya full tank. Jok belakang juga kosong,kayaknya seru kalo bonceng kamu,” ujar Reza dengan senyuman manis yang tak pernah sekalipun luntur dari wajahnya, menciptakan dua lesung pipit yang terlihat tak kalah manis menghiasi kedua pipinya.Sial memang.“Saya nunggu kakak saya datang jemput,” sahut Athena menolak secara halus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain,menghindari untuk melihat betapa senyuman manis Reza yang benar-benar mengganggunya.“Andreas ada jadwal OP di rumah sakit, jadi gak mungkin jemput.”“Nanti pasti sebentar lagi pak Lukman bakal jemput ke sini,” kata Athena masih terus mengutarakan

  • Menikahi Pria Lumpuh   105. Testpack

    "Tuan tadi kelihatan dingin pada nona Aleah, kenapa?" tanya Ismail begitu ia selesai membantu Brian untuk merebahkan dirinya ke atas tenpat tidur."Karena dia bukan Athena," jawab Brian ringan. "Dia mirip Athena, makanya aku ingin terus melihatnya. Tapi, setelah Athena ditemukan, aku gak lagi mau melihat Aleah. Aku sudah punya tempat tujuan ke mana aku harus melepas rinduku pada Athena," lanjutnya.Mendengar jawaban itu, Ismail pun mengangguk-nganggukan kepalanya."Silakan minum obatnya," ucap Ismal seraya mengulurkan obat anti depresan untuk Brian.Ya, depressi Brian kembali parah setelah ia sangat terpukul dengan penemuan mayat Athena dan Valerie."Aku gak mau minum obat." Brian mendorong pelan uluran tangan Ismail, menghalaunya agar tak memberikan obat itu lagi."Tapi, sakit tuan bisa makin parah kalau gak minum obat.""Aku ingin mati, Ismail... aku cuma ingin pergi," racau Brian membuat Ismail seketika menghembuskan napas be

DMCA.com Protection Status