Share

Bab 41: Resep Tambah Cinta

Penulis: HarunaHana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-31 23:32:47

Sore itu menjadi hari kelabu bagi Kalila. Seiring dengan tergelincirnya matahari di balik cakrawala, ia harus melihat Farhan tergeletak di sisi utara tempat parkir RS Sardjito. Tempat parkir itu ada di lantai tujuh, langsung beratap langit yang saat itu berwarna jingga kemerahan. Angin bertiup cukup kencang meriapkan ujung jilbab dan bagian bawah roknya. Ketika Kalila mendekat, seorang pria dengan pistol di tangan juga melakukan hal yang sama.

Pria itu bertubuh tinggi tegap dengan rambut lurus dan dibiarkan sedikit memanjang. Ia berkulit cokelat gelap dengan manik mata cokelat terang. Sebuah tahi lalat ada di sisi kiri hidungnya yang bangir. Sementara kakinya terayun cepat, pistol di tangan pria itu terus terarah pada laki-laki yang menindih Farhan.

Laki-laki yang menindih Farhan juga berpostur tinggi tegap. Ia memakai hoodie hitam dengan gambar samurai di bagian punggung. Pada pipi kiri pria itu, terdapat bekas luka sayat yang membentuk huruf X. Kalila menatap ngeri wajah kaku pri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 42: Ancaman

    Koridor rumah sakit sepi. Hampir tengah malam, tidak ada pengunjung yang menengok rekan atau saudara yang sakit selarut ini. Sesekali perawat masuk ke kamar pasien, mungkin karena ada keluhan atau hal mendesak lainnya. Andromeda meninggalkan dua anggotanya di depan pintu kamar Farhan. Mereka baru datang lewat waktu magrib sehingga masih bugar dan rapi, kontras dengan keadaannya yang mirip layangan lusuh tersangkut pohon selama berhari-hari. Kepalan tangan Andromeda meninju pelan lengan salah satu anggotanya yang berjaga di ujung koridor. Ia berbincang sesaat sebelum meneruskan langkah menuju food court. Ia butuh kop untuk meredam kecamuk pikiran dan sedikit mengurangi letih di tubuhnyai. "Markas kosong tanpa jejak." Laporan komandan tim pemburu berdengung di kepala Andromeda saat ia berada di dalam lift. Kepalanya menatap lurus ke arah pintu lift sementara kedua tangan tersimpan di saku celana. Sendiri di dalam kotak besi itu membuatnya leluasa berpikir tanpa obrolan orang lain. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 43: Ancaman (2)

    Meninggalkan rumah sakit yang lengang, Andromeda memacu motor menembus dinginnya dini hari, menuju kantor. Dikenakannya jaket kulit dan sarung tangan hitam untuk melindungi tubuh dari gigitan suhu rendah kota gudeg pada akhir-akhir musim kemarau. Ketika tiba di kantor, dilihatnya kepala tim pemburu keluar dari pantry dengan mug putih yang menyebarkan aroma kopi panas di tangan. Penampakan pria berambut cepak dengan luka gores di salah satu alisnya itu tidak kalah berantakan dengan Andromeda. “Kopi, Ndan?” tawarnya dengan suara lelah. Raut muka pria itu tidak kalah kusut dengan Andromeda. Andromeda menggeleng. “Makasih, Ya. Ada yang bisa kamu laporkan?” Sebenarnya Andromeda tidak ingin menanyakan apa pun karena otaknya sudah ruwet, tetapi ia tidak bisa mengontrol saraf mulutnya untuk tidak mengatakan hal itu. Setiap bertemu anak buahnya, Andromeda akan refleks bertanya. Lelaki yang dipanggil Arya itu mengangguk kemudian mengajak Andra ke ruang kerjanya. “Kami sudah dapatkan sali

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 44: Tidak Ada Jalan Lain

    Salah satu anggota tim IT mengirim rekaman suara ke perangkat lunak pendeteksi pemilik suara. Sekian menit Andromeda dan polisi berambut gondrong itu menunggu komputer selesai memindai. Lalu, layar menampilkan sosok pemilik suara. Seorang pria berkulit cokelat dengan hidung sedang dan tatap mata tajam. Ada tahi lalat di dagu dan dekat telinga kanan. Sebuah nama tertulis di bawah foto si pemilik suara jernih dan tenang itu. Petugas IT beralih ke sistem penyimpan data. Kursor terarah ke file Atamdeva's dalam dalam hitungan detik ratusan foto terpampang di layar. Andromeda menunjuk salah satu foto yang kemudian diperbesar. "Jadi dia orang kepercayaan Kaivan Atmaveda?" "Kalau melihat foto ini memang begitu, Ndan " "Bagaimana dengan telepon yang saya terima semalam?" Layar kembali menampilkan foto dua laki-laki beda usia. "Orang kepercayaan Airlangga Atmaveda." "Ada masalah apa Prof. Wisnu dengan Airlangga?" "Agak berat." Kursor beralih ke file kasus Atmaveda. "Prof. Wisnu menemuka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 45: Perseteruan dengan Miranti

    Otot wajah Farhan yang semula menegang, tiba-tiba melunak. Ia tersenyum. "Kamu mengkhawatirkanku, Lila?”"Astaga." Andromeda mengambil notes dari saku celana dan membantingnya ke lantai. "Ini bukan saatnya bermesraan, Kawan!" Andromeda mengerang lalu menatap sengit Farhan. “Kutu busuk! Kampret goreng!” Ia tidak tahan untuk mengumpat."Ma-maaf." Kalila tertunduk malu. Ia menarik tangannya karena bermaksud kembali ke balkon. "Tidak usah pergi." Farhan meraih tangan Kalila dan menahannya agar tetap di samping ranjang. "Di sini saja, Lila. Kamu boleh mendengar pembicaraan kami. Kalau suatu hari terjadi sesuatu padaku dan Papa, kamu tahu apa yang harus dilakukan." Andromeda melengos. Wajahnya kembali memanas. Farhan yang sok romantis, dia yang malu. Sialan! Benar-benar sialan! Sepertinya ia harus segera pergi. Ia bisa sesak napas kalau lebih lama bersama Farhan dan Kalila."Aku akan buatkan surat pernyataan pembubaran LSM dan pengunduran dirimu dan Prof. Wisnu. Kamu tinggal membacakan."

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 46: Secangkir Kopi untuk Miranti

    Sialan! Andromeda menepukkan kedua telapak tangannya, memanggil anak buahnya. "Ambilkan piring. Aku mau makan,” perintahnya pada salah satu anggotanya."Nggak makan Mbak Miranti saja, Ndan?"Andromeda melotot. "Makan kamu kayaknya lebih enak." Anak buahnya lari terbirit-birit ke pantry untuk mengambil piring dan gelas. Kalau Andromeda mengatakan akan memakan mereka, itu artinya dia sangat kesal. Jangan sampai berada di dekat Andromeda saat pria itu sedang jengkel. Setelah makan siang yang terlalu awal, Andromeda meminta izin pada perawat untuk menemui Wisnu. Ketika melewati ruang makan, ia melirik Miranti yang mengacuhkannya seolah Andromeda adalah kuman penyakit yang harus disingkirkan. Andromeda mengurungkan niat untuk menyapa Miranti, khawatir tujuan utamanya ke rumah Wisnu gagal. Ia akan kembali mencoba mengobrol jika urusan dengan Wisnu sudah selesai. Andromeda berdiri di ambang pintu, mengetuk tiga kali, kemudian duduk di kursi di samping ranjang. “Bagaimana kondisi Anda, P

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 47: Kedatangan Gea

    Wisnu menjadi orang pertama yang diingat Miranti saat terjaga. Ia mengusap leher yang terasa pegal lalu menggerakkannya ke kiri dan ke kanan. Lalu, dilihatnya perawat tertidur di sofa dengan posisi duduk. Kaki perawat itu selonjor sementara punggungnya bersandar di sofa dan kepalanya di bahu sofa. Miranti menghela napas. Semua lelah dan mengantuk, termasuk dirinya. Sampai-sampai ia tidak ingat halaman novel yang terakhir dia baca. Setelah meregangkan tubuh dengan menautkan jemari lalu menariknya ke atas, Miranti ke kamar Wisnu dan pria itu juga sedang terlelap. Miranti mendekat, mengecek tarikan napas Wisnu dan ia lega karena kondisi Wisnu cukup stabil dan tidak lagi mengkhawatirkan. "Lila." Miranti yang akan melangkah keluar kamar berhenti kemudian berbalik. Ditatapnya paras pucat dan lelah milik Wisnu. Mata pria itu terpejam dan tarikan napasnya teratur. Miranti mulai berpikir kalau ia mungkin mengalami halusinasi, seolah-olah mendengar Wisnu memanggil Kalila. Ia pun kembali men

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 48: Perseteruan dengan Gea

    Gea terdiam sesaat. Kedua matanya mengerjap lalu ia tersenyum masam. Ia seperti tidak sedang bicara dengan Miranti yang peduli dan empati. Yang ia hadapi saat ini adalah manusia jutek dan tak tahu adab dalam bicara. "Jangan marah karena Mas Haiyan lebih memilih aku, bukan Kalila." Gea menebak sumber sikap tak bersahabat dan tuduhan sepihak Miranti. Meski ia dan Miranti juga berteman baik, tetapi tidak sedekat hubungan Miranti dan Kalila. "Aku tidak terlalu peduli tentang hal itu." Miranti meneguk kopinya dan membiarkan latte art memudar bercampur dengan kopi. Kedua alis Gea sedikit berkerut. Gea berpikir, memangnya, apa lagi yang membuat Miranti muntab kalau bukan pernikahannya dengan Haiyan? "Ada hal yang jauh lebih penting ketimbang urusan romansa remeh-temeh seperti itu." Miranti berdiri kemudian mendekati seorang polisi yang duduk di salah satu sudut beranda. "Maaf, bisakah Anda tinggalkan kami berdua?" "Maaf, Mbak, tidak bisa. Mbak Miranti juga harus kami pastikan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 49: Mimpi yang Menyakitkat

    Kalila berlari sekencang mungkin, menginjak tanah berbatu-batu kecil. Sisi kanan dan kiri jalan setapak itu dipenuhi belukar yang tumbuh di sela pepohonan. Sinar matahari menembus melewati sela-sela dedaunan ditingkahi kesiur angin yang sesekali berembus pelan. Napas Kalila terengah dan kakinya ngilu-ngilu, tetapi ia tak berhenti walau sejenak. Detak jantungnya sudah tak karuan. Bayangan Wisnu dan Farhan diseret orang-orang tak dikenal mengisi rongga kepalanya. Kalila sebenarnya tidak tahu di mana dirinya berada. Ia hanya ingat seseorang menghentikan mobil yang ditumpanginya bersama Farhan dan Wisnu. Tiba-tiba Toyota Expander berwarna hitam menyalip dari sisi kanan dan mendadak berhenti di depan mereka dengan posisi melintang disusul turunnya lima orang bertopeng dan bersenjata.. Kalila tidak mengenal tempat itu. Jalan yang mereka lewati sudah beraspal, tetapi di sisi kiri dan kanannya seperti hutan atau mungkin kebun, entahlah Kalila tidak terlalu mengerti. Ada jalan setapak yang ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16

Bab terbaru

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 72: Pertarungan

    Bibir Andromeda melengkung lalu mendekati meja. Ia membungkuk lalu duduk bersila hingga tubuhnya dan Kaivan berada dalam satu garis lurus. Mulutnya masih terkatup rapat sementara otaknya sibuk menakar kekuatan Kaivan dan permainan yang mungkin disiapkannya. Baru saja tubuh Andromeda berada di atas tatami, dinding di samping kirinya tiba-tiba bergeser lalu dua lelaki tegap berjas dan berkacamata hitam keluar dari balik dinding dan berdiri dua meter di belakang Andromeda. “Saya kira kita akan bicara empat mata.” Tatap tajam Andromeda menerobos rongga mata Kaivan. “Rupanya Anda tak seberani yang saya kira. Anda tak lebih dari seekor kecoa.” Andromeda tersenyum meremehkan. Kai tertawa. “Ternyata benar kata orang, Anda polisi bermulut besar.” Pria itu berdecak. “Toh, Anda juga tidak datang sendiri, bukan?” Hiasan gantung di belakang Kaivan tiba-tiba tergulung. Dinding di belakangnya menjelma layar lebar yang memperlihatkan orang-orang Andromeda di sekitar rumah Kaivan. “Saya hitung, ad

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 71: Pertaruhan

    “Kamu yakin negosiasi dengan Kaivan akan berhasil?” Farhan menatap lurus-lurus Andromeda. Seharian ini Farhan harus ikut Andromeda koordinasi terakhir dan simulasi beberapa rencana yang akan mereka lakukan dan itu membuat otak dan fisik Farhan sangat letih, lebih capek dari mengajar selama berjam-jam di depan kelas. Sorot mata pria itu meredup dan digelayuti kekhawatiran juga ketakutan. Musuh mereka bukan kaleng-kaleng, bukan penjahat kelas teri. Andromeda mengangguk yakin. Diseruputnya sisa kopi di dalam gelas. “Aku punya kartu As Kaivan dan Atmaveda grup. Dia tidak akan berkutik di depanku.” “Dia tidak sebodoh yang kamu kira, Da.” “Dia memang tidak bodoh. Tapi aku juga bukan polisi ingusan.” Andromeda menatap keluar jendela ruang kerjanya yang masih dibiarkan terbuka. Diambilnya pulpen dari kemeja kemudian memutar-mutarnya. “Aku pastikan, dia bertemu lawan sepadan.” Pandangan Andromeda kembali tertuju pada Farhan. “Kamu tidak perlu khawatir, Kawan. Semua sudah aku hitung.” Ia be

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 70: Dalam Pelukan Farhan

    halo, hola, readers. Maaf baru update lagi. Kondisi kesehatan dan adanya projek lain membuat saya sedikit menunda waktu update. Semoga teman-teman masih bersedia mengikuti cerita ini. Salam hangat dari Farhan dan Kalila :-) *** Pergi. Mendadak dada Kalila terasa sesak mendengar kata itu. Kepalanya tertunduk dan tangannya meremas tepi rok. Apa saat itu hampir tiba? Kenapa terburu-buru mengurus balik nama rumah dan mobil? Ia anak tunggal. Tidak akan terjadi konflik rebutan harta warisan dengan siapa pun. Tidak mungkin ia akan berebut dengan Farhan. Lagi pula, setahu Kalila harta Wisnu hanya rumah ini dan isinya. Pria itu lebih banyak bersedekah ketimbang menyimpan uang untuk diri dan keluarganya. Wisnu tidak pernah membeli sesuatu berlebih. Semua hanya seperlunya dan kalau benar-benar dibutuhkan. Wisnu tidak akan membeli barang baru jika yang lama masih bisa dipakai. Seandainya ia membeli barang baru, maka barang lama akan ia berikan pada orang lain. First in first out. Begitu prin

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 69: Jatuh Cinta Setiap Hari

    Selepas salat Asar, Farhan melajukan Expander menuju makam. Tanah pekuburan itu sebenarnya terletak di belakang kompleks, tetapi untuk memasukinya harus memutar keluar dulu dari gerbang kompleks kemudian belok kiri memasuki jalan kampung di pertigaan pertama setelah pintu keluar kompleks. Makam itu digunakan oleh warga dua kompleks perumahan dan penduduk di pemukiman belakang kompleks sehingga pintu masuknya berada di depan jalan yang bisa dilewati warga dari ketiga wilayah itu. Sebelum ke makam, Kalila meminta Farhan ke florist yang letaknya lima ratus meter dari pertigaan di mana mereka akan berbelok. "Mama paling suka kalau aku ajak jalan sore-sore." Suara Wisnu terdengar renyah dan hangat. Bibirnya tidak henti menyunggingkan senyum seolah ia benar-benar akan bertemu sang istri yang telah lama terpisah jarak. Farhan menoleh, tersenyum kemudian kembali menatap jalanan. Ia bisa merasakan kegembiraan Wisnu. Andai bisa, dia pun akan mengunjungi makam Mamak dan Bapak sesering mungk

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 68: Keinginan Tersembunyi Wisnu

    Ucapan Wisnu memaku tubuh Kalila. Seperti ada dua tangan yang tiba-tiba keluar dari lantai kemudian memegang erat kakinya sehingga tidak bisa melangkah. Main? Aku main? Dari mana Papa mendapat kata itu? Apakah Bang Farhan telah mengadu pada Papa dan menyebut main setiap kali aku keluar rumah? “Lila nggak pernah pergi main atau nongkrong, Pa.” Kalila menggeser sedikit tubuhnya kemudian duduk di kursi, agak jauh dari Wisnu. Ditatapnya paras sang papa dengan pandangan tak terima. Memang, kadang sepulang meliput, wawancara, atau mengambil foto, ia mampir ke kafe. Biasanya ia akan membuat janji dengan Miranti dan mereka akan mengobrol. Namun, bukan itu tujuan kepergiannya. Apalagi setelah menikah. Jangankan main, hanya ke kampus atau ke kosan Miranti saja Farhan sudah sangat rewel. “Syukurlah kalau kamu tidak melakukannya.” Wisnu menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ia tahu, Kalila masih ingin bebas. Ia khawatir Kalila melupakan kewajibannya sebagai istri karena terlalu asyik dengan Mir

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 67

    Farhan membiarkan Andromeda pergi tanpa mengantarnya sampai keluar rumah. Kepalanya terlalu penuh dengan berbagai lintasan pikiran dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Ia memilih menyalakan laptop dan membuka data bisnis gelap keluarga Atmaveda. Sampai saat ini ia masih tak habis pikir, dari kota yang katanya paling nyaman dan ngangeni ini, hidup bos mafia yang puluhan tahun menjalankan bisnis ilegal tanpa tersentuh hukum. “Kaivan dan Airlangga tetap akan kami seret ke penjara. Tapi kamu tahu, mereka sangat rapi dalam menyembunyikan kejahatan. Tidak akan mudah membekuk mereka, Kawan.” Ucapan Andromeda kembali terngiang di kepala. Waktu itu, Farhan keberatan jika harus bernegosiasi dengan Kaivan karena itu artinya, ia menukar bukti kejahatan Kaivan dengan nyawanya. Setelah negosiasi, ia dan Wisnu harus diam padahal mereka tahu ada kejahatan besar sedang berlangsung. Farhan tidak bisa membayangkan kehidupan macam apa yang akan dijalaninya ketika harus menyembu

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 66: Seperti Layang-Layang

    Andromeda menatap sengit Farhan sebelum kembali melihat ke arah halaman. “Coba ingat baik-baik, apa ada kata membunuh dalam kalimatku? Apa aku memintamu membunuh anak Kaivan?” Andromeda menekan earpiece di telinga kanannya. Dialihkannya perhatian pada Farhan. “Tuhan memberi otakmu, tolong dipakai untuk mikir yang bener, bukan cuma mikirin Kalila.” “Sial!” Farhan meraih dan mencengkeram kedua lengan Andromeda. Lantas, salah satu kakinya maju ke depan, lalu ia berbalik dan sedikit membungkuk. Diangkatnya tubuh Andromeda dan membantingnya ke lantai perpustakaan yang beralas permadani dari Iran. “Kutu kupret busuk!” Andromeda meringis seraya berusaha bangun. Ia tidak menduga kalau Farhan akan semarah itu. Dielusnya bagian punggung yang sedikit ngilu. “Aku akan balas nanti setelah kamu benar-benar sembuh.” Dilayangkannya tinju ke wajah Farhan yang dengan tangkas berhasil ditangkis pria itu. “Ingat, aku mengalah, bukan kalah!” ujarnya geram. “Berhenti mengejekku atau aku akan melakukan

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 65: Rencana Terakhir

    Farhan terbangun karena dering tak biasa terdengar dari ponselnya. Sebelum bangun, ia menoleh. Kalila masih pulas, tidur dengan kepala di atas lengan Farhan. Dengan hati-hati Farhan mengangkat kepala Kalila agar ia bisa menarik tangannya kemudian meletakkan kembali di atas bantal. Menyibak selimut, Farhan turun cepat-cepat dari ranjang, mengambil ponsel yang ia simpan di atas rak seraya melirik jam dinding. Jam dua dinihari. Sepagi ini sahabatnya sudah menghubungi. "Seperti tidak ada waktu lain saja." Farhan bergumam pelan sambil mengacak rambut. Kumbang JantanSiap-siap rencana kedua.Jam sembilan aku ke rumahmu. Berdiri di samping rak, perhatian Farhan masih tertuju pada layar ponsel meski pesan yang baru saja ia baca sudah dihapus. Hari ini ia berencana menyusun rencana penelitian untuk diajukan ke Dikti dan PIMNAS. Ada beberapa tema penelitian yang sudah lama mampir di kepalanya dan Farhan berharap tahun ini ada salah satu dari tema-tema itu yang bisa ia mulai. Namun, panggila

  • Menikahi Perjaka Tua Teman Kantor Papa   Bab 64: Kepergok Papa

    Sambil mengayunkan kaki menuju mobil, diam-diam Kalila tersenyum geli mengingat raut muka Andromeda. Ia masih sempat melihat ke halaman sebelum melajukan mobil meninggalkan kosan Miranti. Memasuki rumah lewat garasi, Kalila masuk kamar untuk mencuci tangan dan kaki. Setelah itu, ia menemui Wisnu dan berbincang sejenak sebelum akhirnya pergi ke dapur. Farhan tidak ada di teras belakang dan kamar. Kalila berpikir pasti pria itu sedang menyiapkan makan malam. "Makasih sudah masak, Bang." Kalila mencium tangan Farhan yang baru saja menata potongan wortel, brokoli, dan kentang rebus di piring. Di meja sudah ada sepiring tempe goreng dan sambal tomat. Dapur dipenuhi aroma kaldu dari panci yang berada di atas kompor. "Puas banget perginya." Farhan tersenyum melihat raut bahagia pada wajah Kalila meski jejak rasa lelah terlihat cukup jelas. Kekhawatiran Kalila seketika lenyap melihat sambutan Farhan. Dibalasnya senyum Farhan lalu mengambil gelas di rak. "Mumpung Miranti masih di sini." Ka

DMCA.com Protection Status