Dermaga tepi pantai."Clara, Clara..."Sean dengan baju masih basah terus memandangi pantai, terus memanggil nama Clara."Apa kalian menyelamatkan wanita, kurang lebih umurnya 25 tahunan, dan setinggi ini." Sean menghentikan petugas evakuasi, menayakan ciri -ciri Clara."Tuan, anda tenang dulu,silahkan periksa keadaanmu dengan petugas terlebuh dulu." Jawab petugas evakuasi cemas melihat keadaan Sean yang penuh dengan luka."Periksa?" Tanya Sean kesal."Saat masalah menyangkut nyawa ini, masih harus melakukan hal - hal menyulitkan yang berbelit - belit?" ucap Sean dalam hati wajahnya terlihat tidak senang dengan jawaban petugas."Tim evakluasi disini terlalu tidak profesional, jika mengandalkan mereka, tidak tahu kapan baru bisa menyelamatkan gais nakal itu." Tambah Sean berjalan meninggalkan petusa."Tuan, tempat pemeriksaan dan pendaftaran ada di sana!" Teriak petugas yang melihat Sean berjalan di arah yang berbeda."Kringgg...kringg." Suara telefon yang dipinjam Sean dari tim medis.
"Waktu berlalu satu hari.. jika semakin di tunda..kemungkinan kecil untuk dia selamat.." Sean memandangi matahari yang sudah akan tenggelam."Aku akan mencarinya sekali lagi!" Sean begegas menaiki helikopter kembali." Tuan, belum makan apapun sepanjang hari, tubuh Tuan tidak akan mampu bertahan!" Vino cemas melihat Tuanya sangat pucat."Sealin itu, luka di tubuh Tuan sudah terendam air laut, dan akan meradang, jika tidak ditangani segera akan infeksi!" Tambah Vino semakin cemas."Kalau begitu beri tahu, apa lagi yang bisa aku lakukan?" Sean sudah berdiri diatas helikopter."Apalago yang harus aku lakukan agar dia bisa kembali..." Sean menatap Vino dengan meneteskan air mata, Sean sangat putus asa."Pip......." Sinyal dari kapal lain."Kapten kapal nomor 1 melaporkan bahwa mereka berhasil menyelamatkan dua orang..." Lapaoran dari tim penyelamat."Salah satunya adalah orang asia." Tambah Laporan Tim penyelamat."...." Sean tertegun, mendengarkan dengan seksama."Tapi namanya tidak coc
"Ngeeekkkk..." Sean membuka pintu kamar tidur."Sean ka...kamu mau mandi juga ya?" Tanya Clara melihat Sean masuk, sembari menutupi badan bugilnya dengan tangan."A, apakah kau ingin aku membantumu melepaskan pakaian?" Clara mendekati Sean memandangnya dengan wajah malu memerah."Cupppp...emuuah." Sean mencium bibir clara tanpa berkata - kata."Aku ...ingin memberitahumu satu hal..." Ucap Sean melepaskan Ciumanya."AKu menyukaimu!" Ucap Sean dengan nada tinggi."Ternyata ada hari dimana ahirnya menyatakan cinta juga." Clara tersenyum bahagia."Ta...tapi ada satu syarat!" Ucap Sean kikuk."Bisakah kamu... ketika aku sudah menyukaimu, kamu tidak boleh menyukai orang laian...." Sean menundukan pandanganya dengan ekspresi sedih."?". Clara diam penuh pertanyaan.Ingatan Clara."Itu aku harus melihat bagaimana kamu memperlakukan aku." Ucap Sean."Ahhh sudahlah, aku hanua merasa sedikit tersentuh olehmu, mungkin dalam beberapa hari akan tersentuh dengan orang laian, kamu harus berusaha leb
Hari sudah menunjukan paginya, Clara berdiri melihat pemandangan luar didekat Jendela kamarnya, dirinya masih menggunakan piyama tidur. "Apa yang sedang kamu lihat?" Tanya Sean sembari memeluk Clara dari belakan g. "Muuuuaaachhhhh,,," Sean mencium bibir istrinya dari belakang sembari memeluknya dengan mesra. "Selamat pagi..." Sapa Sean. "Aku melihat kerah pelabuhan sana, apakah mereka perlu pertolongan... sepertinya banyak memakan korban...' Ucap Clara menunjuk kerah keluar. "Tidak ada tanda - tanda perubahan cuaca yang tiba - tiba di laut, dan bahkan pelaut berpengalaman pun lengah." Jawab Sean masih memeluk Clara dari belakang dengan erat. "Untungnya, kamu sudah kembali..." Sean mencium leher Clara dengan lembut. "Yayasan pendidikan luar negri memiliki dana khusus yang didedikasikan untuk keadaan darurat, aku kira bisa digunakan disini." Ucap Clara dengan berfikir. "ckit..." Sean menggigit telingga Clara. "Hei." Tertiak Clara kaget. "Apa setelah aku menyatakan cinta aku tid
Beberapa hari kemudian, Vila keluarga Rendy."Ting....tong...ting...tong." Suara bel berbunyi."Ngekk, siapa?" Istri rendi membukakan pintu utama." Ya tuhan, senang melihatmu sehat - sehat saja, aku bener - benar tahut setngah mati keteika mendengar kabar tentangmu!" Icha Istri dari Rendy terkejut sekaligus seng melihat kedaan Clara dan Sean."Kakak Icha..." Sapa Clara."Semuanya sudah berlalu, saat ini itu memang cukup menakutkaan, tapi semuanya baik- baik saja sekarang, jangan khawatri..." Clara mengandeng tangan Icha berjalan menuju dalam rumah."Aku tidak tahu siapa yang hampir deptesi saat kembali?" Tanya Sean menggoda Clara."Hwekkkk..." Clara menjulurkan lidah mengejek Sean, yang tersenyum jahil."Lihat mereka, Bukankah ada sesuatu yang berbeda?" Tanya Icha kepada Suaminya Rendi dengan menyenggol tangan rendy."Aku rasa mereka lebih dekat." Jawab Rendy menoleh kearah istrinya."Terakhir kali mereka datang, mereka hanya perduli pada satu sama lain saja, tetapi mereka tidak meng
" Jika identitasku terungkap... apa keluarga Sean masih mengizinkan Sean bersama dengan orang biasa sepertiku..." Ucap Clara dalam hati memandang Asisten kedua sean dengan tatapn sedih."Jangan khawarie." Sean memegang tangan Clara."Sean berkasud jangan khawatir, asisten tadi ganya salah mengenali orang saja...." Ucap Clara dalam hati."Ya." Jawab Clara singkat."Mari duduk sebentar." Sean menarik Clara duduk di sofa, meyenderkan kepala Clara ke bahunya."Tetapi tak tahu mengapa, setelah mendengarkan kata - katanya , tiba - tiba merasa bahwa apapumn yang terjadi di masa depan, aku tidak takut lagi.." Ucap Clara dalam hati."Karena kalimat berikutnya darinya" Jangan khawatir, adalah aku " Clara." Tambah Clara memejamkan mata bsejenak.Kediaman Clara."Ahirnya Ayah kekluar juga, kamu sudah lama di jalanan, kenapa masih gagal?" Tanya Clara mengambil makanan di piring meja makan."Sering berjalan di tepi sungai, apa sepatu tidak basah?" Jawab Ayah Clara."Makanlah lebih banyak, apa yang
"Tok..tok, layanan kamar." CLara mengetuk kamar berjalan masuk."Sudah kembali." Sean menyapa Clara sembari berdiri." Ya...Tap...tap" Jawab Clara singkat dengan berjalan berjalan Sean."Cup...." Clara mencium Sean."Apa kamu sedang bahagaia hari ini?" Tanya Sean dengan wajah masam."Ya." Jawab Clara singkat." Hari ini kamu seperti kelinci, apa yang kamu lakukan, panen worter?" Tanya Clara tersenyum manis."Dimana anting - anting yang kuberikan padamu itu? kenapa aku tidak pernah melihat kamu memakainya." Tanya Sean sembari memegang kedua telingga Clara."Mengapa Sean tiba - tiba membahar anting anting itu? Apa dia telah menyadari sesuatu?" Ucap Clara dalam hati. dirinya tertegun sejenak."Ahhhh, Sean lepaskan." Clara terkejut, Sean tiba - tiba mengendongnya, mengangkat Clara di atas pangkuanya."Anting - anting itu mahal, aku tidak memakainya karena takut hilkang..." Jawab Clara menghindari tatapan Sean."Apa yang kamu takutkan, aku banyak uang, pakailah , aku ingin lihat." Sean me
"Apa yang kamu pikirkan? sampai membuatmu tertawa sebahagia ini?" Sean beranjak dan merangkak diatas tubuh Clara. "Aku tidak mau beritahu kamu memiliki, kemampuan coba saja tebak." Jwab Clara dengan tersenyum. "Kita lihat saja, apa nanti kamu tetap tidak mau mengakui?" Sean tersenyum licik. "Uhhhhhh...kamu...ahhhhh...kamu curang." Sean memegang tangan Clara mencium leher Clara dengan lembut membuat Clara tidak bisa menahan desahanya. "Seannnn, berhenti....ahhhh." Clara mencoba menronta melepaskan Sean yang semakin membara. "Tidak ini, hukuman untuk istri yang terus menggodaku." Sean semakin ganas, menciumi Clara berjlan perlahan hingga punya kenikmatanya. "Ahhhh....hemmmmzzhhhh," Tubuh Clara semakin panas. "Sayang, aku mulai ya." Sean memberika aba - aba, kenikmatan syurga dunia. "Heeemmmzz....ahhh." Clara mengangguk tersipu malu. Malam yang panas terlewati, Clara tidur di pelukan Sean. "Malam tahun baru nanti, saat siang aku ingin pulang menemani ayah, dia sedndirian...moho