"Waktu berlalu satu hari.. jika semakin di tunda..kemungkinan kecil untuk dia selamat.." Sean memandangi matahari yang sudah akan tenggelam."Aku akan mencarinya sekali lagi!" Sean begegas menaiki helikopter kembali." Tuan, belum makan apapun sepanjang hari, tubuh Tuan tidak akan mampu bertahan!" Vino cemas melihat Tuanya sangat pucat."Sealin itu, luka di tubuh Tuan sudah terendam air laut, dan akan meradang, jika tidak ditangani segera akan infeksi!" Tambah Vino semakin cemas."Kalau begitu beri tahu, apa lagi yang bisa aku lakukan?" Sean sudah berdiri diatas helikopter."Apalago yang harus aku lakukan agar dia bisa kembali..." Sean menatap Vino dengan meneteskan air mata, Sean sangat putus asa."Pip......." Sinyal dari kapal lain."Kapten kapal nomor 1 melaporkan bahwa mereka berhasil menyelamatkan dua orang..." Lapaoran dari tim penyelamat."Salah satunya adalah orang asia." Tambah Laporan Tim penyelamat."...." Sean tertegun, mendengarkan dengan seksama."Tapi namanya tidak coc
"Ngeeekkkk..." Sean membuka pintu kamar tidur."Sean ka...kamu mau mandi juga ya?" Tanya Clara melihat Sean masuk, sembari menutupi badan bugilnya dengan tangan."A, apakah kau ingin aku membantumu melepaskan pakaian?" Clara mendekati Sean memandangnya dengan wajah malu memerah."Cupppp...emuuah." Sean mencium bibir clara tanpa berkata - kata."Aku ...ingin memberitahumu satu hal..." Ucap Sean melepaskan Ciumanya."AKu menyukaimu!" Ucap Sean dengan nada tinggi."Ternyata ada hari dimana ahirnya menyatakan cinta juga." Clara tersenyum bahagia."Ta...tapi ada satu syarat!" Ucap Sean kikuk."Bisakah kamu... ketika aku sudah menyukaimu, kamu tidak boleh menyukai orang laian...." Sean menundukan pandanganya dengan ekspresi sedih."?". Clara diam penuh pertanyaan.Ingatan Clara."Itu aku harus melihat bagaimana kamu memperlakukan aku." Ucap Sean."Ahhh sudahlah, aku hanua merasa sedikit tersentuh olehmu, mungkin dalam beberapa hari akan tersentuh dengan orang laian, kamu harus berusaha leb
Hari sudah menunjukan paginya, Clara berdiri melihat pemandangan luar didekat Jendela kamarnya, dirinya masih menggunakan piyama tidur. "Apa yang sedang kamu lihat?" Tanya Sean sembari memeluk Clara dari belakan g. "Muuuuaaachhhhh,,," Sean mencium bibir istrinya dari belakang sembari memeluknya dengan mesra. "Selamat pagi..." Sapa Sean. "Aku melihat kerah pelabuhan sana, apakah mereka perlu pertolongan... sepertinya banyak memakan korban...' Ucap Clara menunjuk kerah keluar. "Tidak ada tanda - tanda perubahan cuaca yang tiba - tiba di laut, dan bahkan pelaut berpengalaman pun lengah." Jawab Sean masih memeluk Clara dari belakang dengan erat. "Untungnya, kamu sudah kembali..." Sean mencium leher Clara dengan lembut. "Yayasan pendidikan luar negri memiliki dana khusus yang didedikasikan untuk keadaan darurat, aku kira bisa digunakan disini." Ucap Clara dengan berfikir. "ckit..." Sean menggigit telingga Clara. "Hei." Tertiak Clara kaget. "Apa setelah aku menyatakan cinta aku tid
Beberapa hari kemudian, Vila keluarga Rendy."Ting....tong...ting...tong." Suara bel berbunyi."Ngekk, siapa?" Istri rendi membukakan pintu utama." Ya tuhan, senang melihatmu sehat - sehat saja, aku bener - benar tahut setngah mati keteika mendengar kabar tentangmu!" Icha Istri dari Rendy terkejut sekaligus seng melihat kedaan Clara dan Sean."Kakak Icha..." Sapa Clara."Semuanya sudah berlalu, saat ini itu memang cukup menakutkaan, tapi semuanya baik- baik saja sekarang, jangan khawatri..." Clara mengandeng tangan Icha berjalan menuju dalam rumah."Aku tidak tahu siapa yang hampir deptesi saat kembali?" Tanya Sean menggoda Clara."Hwekkkk..." Clara menjulurkan lidah mengejek Sean, yang tersenyum jahil."Lihat mereka, Bukankah ada sesuatu yang berbeda?" Tanya Icha kepada Suaminya Rendi dengan menyenggol tangan rendy."Aku rasa mereka lebih dekat." Jawab Rendy menoleh kearah istrinya."Terakhir kali mereka datang, mereka hanya perduli pada satu sama lain saja, tetapi mereka tidak meng
" Jika identitasku terungkap... apa keluarga Sean masih mengizinkan Sean bersama dengan orang biasa sepertiku..." Ucap Clara dalam hati memandang Asisten kedua sean dengan tatapn sedih."Jangan khawarie." Sean memegang tangan Clara."Sean berkasud jangan khawatir, asisten tadi ganya salah mengenali orang saja...." Ucap Clara dalam hati."Ya." Jawab Clara singkat."Mari duduk sebentar." Sean menarik Clara duduk di sofa, meyenderkan kepala Clara ke bahunya."Tetapi tak tahu mengapa, setelah mendengarkan kata - katanya , tiba - tiba merasa bahwa apapumn yang terjadi di masa depan, aku tidak takut lagi.." Ucap Clara dalam hati."Karena kalimat berikutnya darinya" Jangan khawatir, adalah aku " Clara." Tambah Clara memejamkan mata bsejenak.Kediaman Clara."Ahirnya Ayah kekluar juga, kamu sudah lama di jalanan, kenapa masih gagal?" Tanya Clara mengambil makanan di piring meja makan."Sering berjalan di tepi sungai, apa sepatu tidak basah?" Jawab Ayah Clara."Makanlah lebih banyak, apa yang
"Tok..tok, layanan kamar." CLara mengetuk kamar berjalan masuk."Sudah kembali." Sean menyapa Clara sembari berdiri." Ya...Tap...tap" Jawab Clara singkat dengan berjalan berjalan Sean."Cup...." Clara mencium Sean."Apa kamu sedang bahagaia hari ini?" Tanya Sean dengan wajah masam."Ya." Jawab Clara singkat." Hari ini kamu seperti kelinci, apa yang kamu lakukan, panen worter?" Tanya Clara tersenyum manis."Dimana anting - anting yang kuberikan padamu itu? kenapa aku tidak pernah melihat kamu memakainya." Tanya Sean sembari memegang kedua telingga Clara."Mengapa Sean tiba - tiba membahar anting anting itu? Apa dia telah menyadari sesuatu?" Ucap Clara dalam hati. dirinya tertegun sejenak."Ahhhh, Sean lepaskan." Clara terkejut, Sean tiba - tiba mengendongnya, mengangkat Clara di atas pangkuanya."Anting - anting itu mahal, aku tidak memakainya karena takut hilkang..." Jawab Clara menghindari tatapan Sean."Apa yang kamu takutkan, aku banyak uang, pakailah , aku ingin lihat." Sean me
"Apa yang kamu pikirkan? sampai membuatmu tertawa sebahagia ini?" Sean beranjak dan merangkak diatas tubuh Clara. "Aku tidak mau beritahu kamu memiliki, kemampuan coba saja tebak." Jwab Clara dengan tersenyum. "Kita lihat saja, apa nanti kamu tetap tidak mau mengakui?" Sean tersenyum licik. "Uhhhhhh...kamu...ahhhhh...kamu curang." Sean memegang tangan Clara mencium leher Clara dengan lembut membuat Clara tidak bisa menahan desahanya. "Seannnn, berhenti....ahhhh." Clara mencoba menronta melepaskan Sean yang semakin membara. "Tidak ini, hukuman untuk istri yang terus menggodaku." Sean semakin ganas, menciumi Clara berjlan perlahan hingga punya kenikmatanya. "Ahhhh....hemmmmzzhhhh," Tubuh Clara semakin panas. "Sayang, aku mulai ya." Sean memberika aba - aba, kenikmatan syurga dunia. "Heeemmmzz....ahhh." Clara mengangguk tersipu malu. Malam yang panas terlewati, Clara tidur di pelukan Sean. "Malam tahun baru nanti, saat siang aku ingin pulang menemani ayah, dia sedndirian...moho
Suasana hening di meja makan."Setelah mengetahui namaku, kena[a tiba - tiba sifatnya berubah drastis? apa tidak puaa dengan identitasku atau ada sebab lain." Ucap Sean dalam hati melihat gerak - gerik Ayah Clara."Numpang tanya, Sup bakso ini, tadi anda mengatakan bahwa sup ini adalah resep rahasia dari keluarga?" Tanya Sean membuka perbincangan."Apanya yang resep rahasia, hanya belajar dari seseorang guru lukis saja." Jawab Ayah Clara masih meneruskan makanya tidak memperhatikan Sean."Tadi sepertinya bukan berkata seperti itu... apa yang disembuyikanya..:" Ucap Sean dalam hati tidak puas mendengar jawaban Ayah Clara."Sudah selesai makan , aku pergi cuci piring." Clara mengemasi piring yang berserakan.'Aku bantu kamu ya." Tanya Sean yang ikut berdiri."Kamu adalah tamu, masalah ini biarkan dia saja yang mengerjakan." Ayah Clara meraih tangan Sean."Baiklah.." Jawab Sean.Ayah Clara berjalan bersama Clara menuju dapur membawa piring kotor."Tadi katanya menantu, sekarang menjadi t
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku