"Sean?" Tanya Clara memasuki Perpustakaan."Kenapa, apa ada yang tidak lancar?" Tanya Clara."Ti...tidak hanya saja sedikit lelah, hanya ingin menenangkan diri sebantar." Jawab Sean."Turun dan makan sedikit, supaya semangat kembali." Clara menarik tangan Sean."Iya," Jawab Sean singkat."Sebentar lagi akan segera berganti tahun, dirumah sudah disiapkan pangsit, aku juga sidah membantu membungkusnya, demi aku harus makan beberapa ya." Ucap Clara berjalan bergandengan tangan dengan Sean."Oke." Jawab Sean singkat."Ayahnya mengirim gadis nakal ini untuk berpura - pura menjai pengantinku, apa itu demi lukisan, atau masih ada tujuan lain." Sean masi berfikir tentang Ayah Clara serta hubungan dengan Mamanya."Siuuuuuuu..dor...siuuuu..dor." Suara kembang api yangs cantik di atas langit."Ahhhh, kembang apinya sudah mulai, Sean lihatlah kembang apinya sangat indah." Ucap Clara dengan gembira." Apa yang harus aku ragukan..,' Ucap Sean dalam hati melihat kepolosan dan ketulusan Clara."Muuua
"Ram pasti kamu taghu bagaiaman rasanya jika ada orang yang memiliki satu tujuan denganmu? dia adalah kekasihmu, juga ada teman kerja yang baik." Sean menundukan kepalanya. "Tidak perlu kamu berbuat apa, dia akan selalu berada disampingmu, membuatmu selama hidup merasa tenang, bahkan asalkan hanya ada dia, semua menjadi lebih semangat." Tambah Sean dengan tersenyum sayu. "Jadi tidak peduli, apapun yang terjadi, aku akan mempercayainya."Sean membayangkan wajah Clara dengan semangat. "Maka kamu harus ingat, jika suatu hari kamu akan membayar untuk kepercayaan hari ini, janganlah membencinya." Rama menjawab dengan ekspresi sedih mendngar jawaban Sean. "Aku sudah mengerti." Sean menjawab dean mantap. Vila Sean, Sean memasuki kamar. "Kamu sudah pulang." Sapa Clara yang rebahan dia atas tempat tidur. "Wahhhhh!" Clara teriak kagum melihat Sean memberikan sebuket bungga mawar merah yang indah. "Ini...ini untuku?' Tanya Clara dengan wajah berbunga - bunga. "Kuberikan pada bintang keber
"Mungkin disini bisa mengetahui mengenai hubungan Ayah Clara dan Mama." Sean dengan serius mencari sebuah petunjuk di rak buku. "Eh, apa ini rak buku yang kamu pakai saat kecil? kenapa seperti anak gadis?" Tanya Clara mendekari sebuah rak bergaya perempuan berwarna merah jambu. "Dibuat ibuku untuk adiku nanti." Jawab Sean melihat Clara. "Kamu masih punya adik?" Tanya Clara. "Aku seharusnya memiliki seorang adik perempuan... jika bukan karena Ayah kampret itu memiliki wanita laian dan anak di luar sana...." Sean menghela nafas panjang. "Seharusnya?" Tanya Clara. "Ini adalah Kepala pelayan keceplosan , berkata seharusnya aku memiliki adik perempuan..." Ucap Sean kembali mencari - cari petunjuk. "Lalu tidak melanjtkan lagi, aku tebak sepertinya menyadari bahwa Ayah kampret telah berselingkuh, jadi tidak ingin punya anak." Tambah Sean masih melanjutkan mencari. "Jika Sean memiliki seorang adik perempuan, dia pasti akan berubah menjadi kakak bodoh yang sangat menyayangi adiknya..."
"Panti Asuhan Malaikat, dengan berjejer sepasang foto berjejer bertulis " Cisela dan Casila". Tulisan di dalam dokumen yang berada di tangan Sean."Ini adalah dokumen panti asuhan?" Ucap Sean mememperhatikan dokumen dengan seksama."Foito sebelah kanan tidak salah, pasti foto masa kecil gadis nakal itu, sedangkan sebelah kiri adalah foto Gisel." Tambah Sean."Ternyata mereka adalah kembar Gisel bukan anak kandun dari Cokro, tapi anak adopisi." Ucap Sean masih melihat dokumen yang ada di tanganya."Foto copy beberapa isi dokumn ini, lalu letakan dokumen ini sepeti semula, jangan sampai membiarkan Cokro menyadari bahwa kita telah melihatnya." Sean memberikan dokumen kepada Vino."Baik." JAwab vino patuh.Restoran." Sean aku sudah memesan beberapa makanan kesukaanmu." Sapa Ayah mertua Sean dengan memperlihatkan hidangan yang sydah penuh di meja depannya." Ayah terimakasih banyak." JAwab Sean berjlana menuju tempat duduk."Sup Ayam restoran ini lumayan eank, aku akan menyuruh mereka un
"Kenapa , apa kamu ada masalah?' Tanya Clara khawatir melihat sikap Sean."......" Sean terdiam tanpa kata."?" Clara terdiam penuh dengan tanya tanya."Jika dipikir-pikir , sifat gadis ini sangat gembira dan terbuka , cantik, suka memakai rok, suka dengan anak kecil , ini suam persis dengan Mama." Ucap Sean dalam hati masih terdiam memandangi Clara. "Dan yang membuat kaget adalah dia juga memiliki bakat melukis , jangan - jangan di turunkan oleh Mama.' Tambah Sean."Ada apa dengan Sean? Aku dapat merasakan, bahwa dia tam[ak diselimuti kesedihan yang luar biasa...' Ucap Clara dalam hati sembari melihat Sean." disaat seperti ini pasti dia memerlukan sebuah pelukan." Ucap Clara dalam hati sembari mendekati Sean."Plak!!1" Sean menepis dengan kasara tangan Clara."Kamu...kamu apa yang kamu lakukan?' Tanya Sean dengan raut muka kaget."Sean dia, kenapa dia menepis tanganku dengan kasar." Ucap CLara dalam hati masih menapat Sean dengan sedih." Aku butuh sendirian." Ucap Sean dengan nada
Di dalam mobil yang terparkir di halaman."Kak Vino, mobil ini apa baru di perbaiki atau baru diisi bensin, kenapa baunya seperti ini?" Tanya Clara sembari mwnutup hidung dan mulutnya." Tidak kok." Jawab vino menoleh kerah Clra."Mungkin ini karena aku tidak istirahat dengan benar, sedikit sensitif... tidak apa - apa , berangkata saja." Ucap CLara mengipas - ngipas tanganya di depan hidungnya.Kantor amal."kak Gisel, Tuan Sean sudah datang!" Ucap asisten Clara."Kenapa?" Tanya Clara."Kenapa dia datang? bukanya dari pagi dia sudah menghindariku." Ucap Clara terkejut."?" Claar terdiam melihat Sean sudah berada di ruanganya."Apa yang kamu lakukan?" Tanya Clara melihat Sean tanpa kata memegang tangan CLara."Clebbb." Sean menusuk jari Clara menggunakan jarum." Aduh, sakit!' Teriak Clara kaget."Kenapa kamu tiba - tiba menusuku?" Tanya Clara memegang jarinya yng terasa sakit."Asal berikan ini pada rekan medis, maka akan mengetahui hubunganku dengan gadis nakal ini... sebelum ini,
Ruang kerja kantor Sean." Bos , mengenai proyek yang di buat oleh arsistektur , sebentar lagi kita akan mengambilnya." Ucap Asisten Sean sembari menyuguhkan coklat hangat di mejanya."Iya." Jawab Sean singkat."Konferensi pers nanti siang kan? persiapkanlah dengan baiak, naskah media juga serahkan dan biarkan departemen hubungan masyarakat memeriksanya." Sean mememijat kepalanya yang teraa pusing."Baik, selain itu, tender untuk lahan baru di ekata panatai telah disiapkan dan telah dikirim ke emailmu, total ada tiga bagaian." Ucap Asisten." Bsik, nanti akan akun lihat." Jawab Sean.Villa Sean."Hari ini Nyonya Muda pulang lebih awal , pererti terlihat tidak bersemangat." Ucap slah satu pelayan yang meyapa Sean."Aku akan pergi melihatnya." Jawab Sean berjalan menuju kamar tidur.Di kamar tidur Clara duduk din depan kanvas terdiam melukis sesuatu."Sadarlah! jika benar dia adalah adikmu..." Ucap Sean terpana melihat cantik dan anggunya wanita di depanya."Kamu sudah pulang, hari in
"Pergi malakanlah, belakangan ini kamu sepetiny tidak makan dengan baik." Sean membelai rampbut Clara dengan lembut."Ini semua karna anakmu membuat aku sekacau ini, tunggu dia lahir ,aku harus menyuruhmu mengganti popoknya hingga kamu pusing..." Ucap Clara dlaam hati dengan wajah kesal."Idiot ini, kapan baru bisa menyadarinya." Tamanbah Clara melihat Sean meninggalkanya."Jika begini pasti kelihatan kan?" Tanya Clara dalam hati meletakan kotaka anggurnya di meja Sean."Kenapa?" Clara kaget melihat Sean tiba - tiba berdiri."Ada masalah di kantor.." Jawab Sean dengan berlari menuju pintu keluar.Kantor, Ruang kerja Sean." Kamu jangan khawatir, kami telah melakukan rencana lain sebelumnya, mengenai solusi setelah standar disahkan, hanya perlu lebih..." Jawab Seoarang laki - laki panik, yang duduk di depan meja Sean."Uang bukanlah masalah, yang jadi maslah adalah bagaimana aliran tender bisa bocor, agar tender tidak bocor, kit bagi menjadi tiga bagaian yang masing - masing sudah tert
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku