" Jika identitasku terungkap... apa keluarga Sean masih mengizinkan Sean bersama dengan orang biasa sepertiku..." Ucap Clara dalam hati memandang Asisten kedua sean dengan tatapn sedih."Jangan khawarie." Sean memegang tangan Clara."Sean berkasud jangan khawatir, asisten tadi ganya salah mengenali orang saja...." Ucap Clara dalam hati."Ya." Jawab Clara singkat."Mari duduk sebentar." Sean menarik Clara duduk di sofa, meyenderkan kepala Clara ke bahunya."Tetapi tak tahu mengapa, setelah mendengarkan kata - katanya , tiba - tiba merasa bahwa apapumn yang terjadi di masa depan, aku tidak takut lagi.." Ucap Clara dalam hati."Karena kalimat berikutnya darinya" Jangan khawatir, adalah aku " Clara." Tambah Clara memejamkan mata bsejenak.Kediaman Clara."Ahirnya Ayah kekluar juga, kamu sudah lama di jalanan, kenapa masih gagal?" Tanya Clara mengambil makanan di piring meja makan."Sering berjalan di tepi sungai, apa sepatu tidak basah?" Jawab Ayah Clara."Makanlah lebih banyak, apa yang
"Tok..tok, layanan kamar." CLara mengetuk kamar berjalan masuk."Sudah kembali." Sean menyapa Clara sembari berdiri." Ya...Tap...tap" Jawab Clara singkat dengan berjalan berjalan Sean."Cup...." Clara mencium Sean."Apa kamu sedang bahagaia hari ini?" Tanya Sean dengan wajah masam."Ya." Jawab Clara singkat." Hari ini kamu seperti kelinci, apa yang kamu lakukan, panen worter?" Tanya Clara tersenyum manis."Dimana anting - anting yang kuberikan padamu itu? kenapa aku tidak pernah melihat kamu memakainya." Tanya Sean sembari memegang kedua telingga Clara."Mengapa Sean tiba - tiba membahar anting anting itu? Apa dia telah menyadari sesuatu?" Ucap Clara dalam hati. dirinya tertegun sejenak."Ahhhh, Sean lepaskan." Clara terkejut, Sean tiba - tiba mengendongnya, mengangkat Clara di atas pangkuanya."Anting - anting itu mahal, aku tidak memakainya karena takut hilkang..." Jawab Clara menghindari tatapan Sean."Apa yang kamu takutkan, aku banyak uang, pakailah , aku ingin lihat." Sean me
"Apa yang kamu pikirkan? sampai membuatmu tertawa sebahagia ini?" Sean beranjak dan merangkak diatas tubuh Clara. "Aku tidak mau beritahu kamu memiliki, kemampuan coba saja tebak." Jwab Clara dengan tersenyum. "Kita lihat saja, apa nanti kamu tetap tidak mau mengakui?" Sean tersenyum licik. "Uhhhhhh...kamu...ahhhhh...kamu curang." Sean memegang tangan Clara mencium leher Clara dengan lembut membuat Clara tidak bisa menahan desahanya. "Seannnn, berhenti....ahhhh." Clara mencoba menronta melepaskan Sean yang semakin membara. "Tidak ini, hukuman untuk istri yang terus menggodaku." Sean semakin ganas, menciumi Clara berjlan perlahan hingga punya kenikmatanya. "Ahhhh....hemmmmzzhhhh," Tubuh Clara semakin panas. "Sayang, aku mulai ya." Sean memberika aba - aba, kenikmatan syurga dunia. "Heeemmmzz....ahhh." Clara mengangguk tersipu malu. Malam yang panas terlewati, Clara tidur di pelukan Sean. "Malam tahun baru nanti, saat siang aku ingin pulang menemani ayah, dia sedndirian...moho
Suasana hening di meja makan."Setelah mengetahui namaku, kena[a tiba - tiba sifatnya berubah drastis? apa tidak puaa dengan identitasku atau ada sebab lain." Ucap Sean dalam hati melihat gerak - gerik Ayah Clara."Numpang tanya, Sup bakso ini, tadi anda mengatakan bahwa sup ini adalah resep rahasia dari keluarga?" Tanya Sean membuka perbincangan."Apanya yang resep rahasia, hanya belajar dari seseorang guru lukis saja." Jawab Ayah Clara masih meneruskan makanya tidak memperhatikan Sean."Tadi sepertinya bukan berkata seperti itu... apa yang disembuyikanya..:" Ucap Sean dalam hati tidak puas mendengar jawaban Ayah Clara."Sudah selesai makan , aku pergi cuci piring." Clara mengemasi piring yang berserakan.'Aku bantu kamu ya." Tanya Sean yang ikut berdiri."Kamu adalah tamu, masalah ini biarkan dia saja yang mengerjakan." Ayah Clara meraih tangan Sean."Baiklah.." Jawab Sean.Ayah Clara berjalan bersama Clara menuju dapur membawa piring kotor."Tadi katanya menantu, sekarang menjadi t
"Sean?" Tanya Clara memasuki Perpustakaan."Kenapa, apa ada yang tidak lancar?" Tanya Clara."Ti...tidak hanya saja sedikit lelah, hanya ingin menenangkan diri sebantar." Jawab Sean."Turun dan makan sedikit, supaya semangat kembali." Clara menarik tangan Sean."Iya," Jawab Sean singkat."Sebentar lagi akan segera berganti tahun, dirumah sudah disiapkan pangsit, aku juga sidah membantu membungkusnya, demi aku harus makan beberapa ya." Ucap Clara berjalan bergandengan tangan dengan Sean."Oke." Jawab Sean singkat."Ayahnya mengirim gadis nakal ini untuk berpura - pura menjai pengantinku, apa itu demi lukisan, atau masih ada tujuan lain." Sean masi berfikir tentang Ayah Clara serta hubungan dengan Mamanya."Siuuuuuuu..dor...siuuuu..dor." Suara kembang api yangs cantik di atas langit."Ahhhh, kembang apinya sudah mulai, Sean lihatlah kembang apinya sangat indah." Ucap Clara dengan gembira." Apa yang harus aku ragukan..,' Ucap Sean dalam hati melihat kepolosan dan ketulusan Clara."Muuua
"Ram pasti kamu taghu bagaiaman rasanya jika ada orang yang memiliki satu tujuan denganmu? dia adalah kekasihmu, juga ada teman kerja yang baik." Sean menundukan kepalanya. "Tidak perlu kamu berbuat apa, dia akan selalu berada disampingmu, membuatmu selama hidup merasa tenang, bahkan asalkan hanya ada dia, semua menjadi lebih semangat." Tambah Sean dengan tersenyum sayu. "Jadi tidak peduli, apapun yang terjadi, aku akan mempercayainya."Sean membayangkan wajah Clara dengan semangat. "Maka kamu harus ingat, jika suatu hari kamu akan membayar untuk kepercayaan hari ini, janganlah membencinya." Rama menjawab dengan ekspresi sedih mendngar jawaban Sean. "Aku sudah mengerti." Sean menjawab dean mantap. Vila Sean, Sean memasuki kamar. "Kamu sudah pulang." Sapa Clara yang rebahan dia atas tempat tidur. "Wahhhhh!" Clara teriak kagum melihat Sean memberikan sebuket bungga mawar merah yang indah. "Ini...ini untuku?' Tanya Clara dengan wajah berbunga - bunga. "Kuberikan pada bintang keber
"Mungkin disini bisa mengetahui mengenai hubungan Ayah Clara dan Mama." Sean dengan serius mencari sebuah petunjuk di rak buku. "Eh, apa ini rak buku yang kamu pakai saat kecil? kenapa seperti anak gadis?" Tanya Clara mendekari sebuah rak bergaya perempuan berwarna merah jambu. "Dibuat ibuku untuk adiku nanti." Jawab Sean melihat Clara. "Kamu masih punya adik?" Tanya Clara. "Aku seharusnya memiliki seorang adik perempuan... jika bukan karena Ayah kampret itu memiliki wanita laian dan anak di luar sana...." Sean menghela nafas panjang. "Seharusnya?" Tanya Clara. "Ini adalah Kepala pelayan keceplosan , berkata seharusnya aku memiliki adik perempuan..." Ucap Sean kembali mencari - cari petunjuk. "Lalu tidak melanjtkan lagi, aku tebak sepertinya menyadari bahwa Ayah kampret telah berselingkuh, jadi tidak ingin punya anak." Tambah Sean masih melanjutkan mencari. "Jika Sean memiliki seorang adik perempuan, dia pasti akan berubah menjadi kakak bodoh yang sangat menyayangi adiknya..."
"Panti Asuhan Malaikat, dengan berjejer sepasang foto berjejer bertulis " Cisela dan Casila". Tulisan di dalam dokumen yang berada di tangan Sean."Ini adalah dokumen panti asuhan?" Ucap Sean mememperhatikan dokumen dengan seksama."Foito sebelah kanan tidak salah, pasti foto masa kecil gadis nakal itu, sedangkan sebelah kiri adalah foto Gisel." Tambah Sean."Ternyata mereka adalah kembar Gisel bukan anak kandun dari Cokro, tapi anak adopisi." Ucap Sean masih melihat dokumen yang ada di tanganya."Foto copy beberapa isi dokumn ini, lalu letakan dokumen ini sepeti semula, jangan sampai membiarkan Cokro menyadari bahwa kita telah melihatnya." Sean memberikan dokumen kepada Vino."Baik." JAwab vino patuh.Restoran." Sean aku sudah memesan beberapa makanan kesukaanmu." Sapa Ayah mertua Sean dengan memperlihatkan hidangan yang sydah penuh di meja depannya." Ayah terimakasih banyak." JAwab Sean berjlana menuju tempat duduk."Sup Ayam restoran ini lumayan eank, aku akan menyuruh mereka un