Share

Bab 22

“Tiga … empat … lima ….” Doni terus menghitung dengan tempo yang sama. Mungkin karena dalam jiwa atletnya tertanam sportifitas, jadi ia tidak dengan curang mempercepat tempo hitungannya.

Sementara aku selangkah demi selangkan mundur dan semakin jauh darinya.

“Enam … tujuh … delapan,” hitungnya tanpa tahu aku telah berada di depan pintu rumahku, dengan tangan siap membukanya.

“Sembilan … sepuluh.”

Tentu saja aku sudah berada di dalam rumah. Dengan cepat, aku naik ke lantai atas, tempat kamarku berada dan melihatnya dari balkon.

‘Doni!” teriakku memanggilnya. Kulambaikan tanganku setelah meletakkannya di bibirku.

Bukankah yang diinginkannya adalah ciuman perpisahan?

Aku dapat melihat raut kecewa dengan jelas di wajahnya. Namun aku tak peduli, ku lambaikan tanganku sambil berteriak, “sampai ketemu besok!”

***

Aku duduk di depan meja makan, menerima tatapan menghakimi yang seperti hendak menelanku dengan ribuan pertanyaan yang belum terucap dari bibir papa.

“Kamu pulang lagi? Kamu yaki
Chocoberry pie

Terima kasih sudah mengikuti cerita choco sampai sejauh ini. Karena respon positif reader, maka Choco akan berusaha up lebih dari satu bab per hari nya, kecuali ada kepentingan yang benar-benar mendesak. Jangan lupa tinggalkan jejak, komentar baik saran maupun kritikan yang membangun. Dukungan apapun dari reader sangat berarti bagiku. Luv luv Chocoberry

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
divaauthor
cuzz keluarga buntal
goodnovel comment avatar
Ayu Nida
lanjutkan kaka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status