Beranda / Romansa / Menikahi Calon Mertua / 6. Memeluk Serkan Lagi dan Lagi

Share

6. Memeluk Serkan Lagi dan Lagi

Penulis: Vhiaraya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-14 11:37:47

"Terimakasih, Mas," ujar Guzel setelah berada di depan rumahnya.

"Tunggu!" cegah Serkan ketika sang istri hendak turun.

"Ada apa?" tanya Guzel sambil mengerutkan keningnya.

Setengah perjalanan, mereka hanya diam. Tidak ada gerak-gerik mencurigakan dari keduanya. Namun tiba-tiba, Serkan menghentikan Guzel Ketika bersiap untuk turun. Apa ia perlu membayar jasa antar?

"Apa perlu aku temani?" Serkan terlihat salah tingkah. "Maksud aku, apa kau tidak memintaku untuk mampir sebentar?"

Semalam, ia meminta sekretarisnya untuk mencari informasi pribadi Guzel. Namun sampai keesokan harinya, ia belum juga mendapatkan informasi apa pun. Berhubung ia sangat penasaran dengan sosok Dilara. Jadi, ia berencana untuk mampir sebentar. Hal itu ia lakukan karena ingin tahu seperti apa sosok gadis itu, sampai-sampai pergi meninggalkannya di tengah pelaminan.

"Sebenarnya aku ingin, tapi kau ada rapat penting sebentar lagi," balas Guzel ragu.

"Tidak masalah. Aku bisa menundanya sekitar tiga puluh menit. Itu, sih, kalau kau mengizinkanku masuk," kata Serkan dengan bola mata yang bergerak ke sana kemari.

Sebenarnya, ia tidak ingin bersikap seperti itu. Bahkan ia merasa bahwa saat ini bukan dirinya sendiri. Apalagi sejak pertama kali bertemu Guzel sikapnya sudah sangat-sangat dingin.

"Baiklah, ayo masuk," balas Guzel mengangguk.

Mereka berdua lekas turun. Guzel berjalan di depan dan Serkan mengikutinya dari belakang. Pria itu mengedar pandangan meneliti area sekitar. Di sana, ia melihat pohon mangga dengan buah dan daun yang sangat lebat. Kemudian, melihat deretan pot bunga berbagai jenis dan warna.

"Silahkan masuk, Mas!" seru Guzel setelah membuka pintu. "Duduk dulu ya, Mas, aku mau panggil Lara sebentar."

"Mmm," sahut Serkan.

Sementara Guzel masuk ke dalam menuju kamar, Serkan menatap dinding ruang tamu. Di sana, terlihat beberapa bingkai foto keluarga.

"Ini pasti Guzel dan mendiang suaminya. Kalau ini pasti Lara," bisiknya dalam hati.

"Lara?!" panggil Guzel sedikit menaikkan suaranya.

Sontak, Serkan menoleh dan menatap pintu kamar di mana Guzel pergi. Tidak lama kemudian, ia melihat sosok istrinya keluar dari sana dengan raut bingung.

"Ada apa?" tanya Serkan penasaran.

Tanpa menjawab, Guzel pergi ke kamar sebelah dan memeriksanya. Lalu, ia berjalan ke arah dapur dan kamar mandi. Namun sayangnya, Dilara tetap tidak ada di sana.

"Sebenarnya apa yang kau cari?" tanya Serkan penasaran. Ia menyentuh bahu Guzel dan sedikit mengguncangnya.

"Lara, Mas. Lara tidak ada di rumah dan sepertinya dia belum pulang sejak kemarin," sahut Guzel kebingungan.

Manik mata Guzel sudah berkaca-kaca dan hampir tumpah. Tatapan matanya tidak fokus memikirkan kemungkinan keberadaan putrinya.

"Kau tenang dulu, yah. Tarik nafas, hembuskan. Lakukan sampai tiga kali agar kau merasa lebih tenang." Guzel terlihat melakukan apa yang Serkan perintahkan, "Sudah? Kalau begitu, kita duduk dulu," imbuhnya sambil membantu istrinya duduk di sofa.

Sepasang pengantin baru itu duduk di sofa. Memang Guzel sedikit lebih tenang, tetapi tidak menyurutkan rasa khawatirnya.

"Bagaimana ini, Mas? Lara, anakku satu-satunya menghilang." Air mata Guzel tumpah tak tertahankan.

"Tenang dulu. Coba kau ingat-ingat. Apa kau memiliki kerabat di dalam atau luar kota?" Serkan berusaha selembut mungkin agar Guzel tidak semakin panik.

"Sejak kecil aku yatim piatu, Mas," sahut Guzel sambil menatap suaminya.

Guzel wanita yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Jadi, ia tidak memiliki keluarga yang bisa Dilara kunjungi.

Entah mengapa, tatapan mata Guzel terlihat sangat menyedihkan. Serkan yang melihatnya pun menjadi iba. Namun, ia hanya merasa kasihan saja dan tidak lebih dari itu.

"Tidak apa-apa. Mendiang mantan suamimu, bagaimana? Dia punya keluarga, 'kan?"

Serkan pikir, Guzel memang yatim piatu. Namun, bukan berarti keluarga mantan mendiang suaminya juga tidak memiliki keluarga.

"Atau kalau tidak, coba tanya teman sekolahnya," imbuh pria dengan rahang tegas itu.

Yah. Tidak mungkin Dilara berani kabur tanpa ada tempat tujuan. Jika bukan di tempat teman sekolahnya, mungkin ada di tempat kakek neneknya.

"Terimakasih, Mas, terimakasih," ujar Guzel tersenyum bahagia. Andai tidak ada Serkan di sana, mungkin ia tidak akan menemukan solusi itu.

Ibu satu anak sekaligus pengantin baru itu langsung memeluk suaminya. Ia merasa sangat bersyukur dengan keberadaan pria itu di sisinya.

Sementara Serkan, pria itu hanya terdiam. Manik mata dan mulutnya terbuka lebar dengan tubuh yang menegang. Ia kebingungan dengan apa yang harus dilakukan.

"I-iya," balas Serkan kaku. Tangannya tetap berada di tempat dengan posisi terkepal.

Sekitar satu sampai dua menit, Guzel menjauhkan tubuhnya. "Aku coba hubungi Lara lagi dulu," katanya sambil menghapus air mata di wajahnya.

Sejak kemarin, Dilara sulit sekali dihubungi. Tadi pagi, Guzel sibuk di dapur dan belum sempat menghubungi putrinya lagi. Barangkali saja, saat ini nomor putri semata wayangnya sudah aktif.

"Mmm," balas Serkan singkat.

Guzel langsung meraih tasnya di meja. Membuka resleting dan melihat ponselnya menyala tanda pesan masuk. Di sana, tertulis nama putrinya yang mengirim pesan.

"Lara mengirim pesan, Mas," kata Guzel sambil menunjukkan ponselnya.

"Coba buka," balas Serkan memerintah.

"Iya, Mas." Guzel mengangguk dan lekas membuka pesan.

Wanita itu terlihat sangat fokus. Membaca kata demi kata dengan seksama. Serkan sampai mengerutkan keningnya penasaran dan sedikit mengintip.

"Mas?" panggil Guzel mengangkat kepalanya.

"Mmm, bagaimana?" Serkan menjauhkan kepalanya secara tiba-tiba karena terkejut.

"Sekarang Lara sedang ada di luar kota, di rumah eyangnya." Guzel terlihat sangat bersemangat telah menemukan keberadaan putrinya, "Tapi dia belum mau pulang," imbuhnya berubah lesu.

Dilara mengatakan bahwa dirinya tengah berada di kota Teratai di tempat kakek neneknya tinggal. Namun, ia tidak ingin bertemu ibunya untuk sementara waktu. Mungkin, ia takut akan dipaksa dinikahkan dengan Serkan tanpa tahu kalau kini sang ibu yang menggantikan posisinya.

"Tidak apa-apa. Yang penting kau sudah tahu keberadaan Lara. Jadi, kau tidak akan khawatir lagi. Nanti kalau dia sudah merasa lebih tenang, pasti dia akan kembali," ujar Serkan menenangkan.

"Iya, kau benar." Guzel menatap Serkan penuh syukur. Kemudian, ia kembali memeluk suaminya lebih erat dari sebelumnya. "Sekali lagi, terimakasih. Aku tidak tahu akan jadi seperti apa jadinya kalau kau tidak ada di sini."

Entah apa yang membuat Guzel memeluk Serkan lagi dan lagi. Bahkan Serkan sendiri sampai kebingungan harus bagaimana membalas perlakuannya. Lihat saja! Tubuh pria itu kembali menegang. Tangannya pun terkepal kuat seolah enggan memberikan sentuhan di punggung Guzel.

"Katanya tidak cinta, tapi sejak tadi memelukku terus," keluh Serkan dalam hati.

Seandainya ia tidak suka dipeluk, lalu kenapa tidak menjauhkan Guzel darinya dan justru hanya diam? Sepertinya pikiran berkata tidak suka, tapi hati menyukainya.

Bab terkait

  • Menikahi Calon Mertua    7. Bibir Mereka Berdua Menyatu

    "Ada apa? Kenapa kau datang ke sini?" tanya Serkan terkejut. Baru saja menyelesaikan rapat dan hendak kembali ke ruangannya. Tiba-tiba, ia dikejutkan dengan keberadaan Guzel di depan pintu lift, tepat di depan matanya."Aku membawakan ini sebagai ucapan terimakasihku," sahut Guzel sambil mengangkat rantang di tangan kanannya.Pandangan mata Serkan bergerak menatap rantang itu. Kemudian, ia melangkah keluar melewati istrinya."Seharusnya kau tidak perlu repot-repot. Aku melakukan itu hanya demi kemanusiaan saja," balas Serkan datar.Ucapannya terdengar seperti pria itu akan melakukan hal yang sama, jika itu terjadi pada orang lain. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Ia melakukan itu hanya untuk Guzel dan untuk yang pertama kalinya seumur hidup. Meskipun demikian, Guzel tidak merasa kecewa sama sekali. Mungkin karena wanita itu belum ada perasaan apa pun pada Serkan."Tidak apa-apa. Memasak adalah hobiku dan ini sama sekali tidak merepotkan." Guzel berbalik dan mengikuti Serkan ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Menikahi Calon Mertua    8. Janda Lebih Menggoda

    Manik mata Serkan terbelalak sambil menahan nafas. Seumur-umur, ia belum pernah yang namanya berciuman. Bahkan sekedar berpacaran saja belum pernah. Tidakkah kalian penasaran dengan apa yang Serkan rasakan saat ini?Entah sudah berapa lama mereka berdua berada dalam posisi itu. Jarum panjang jam dinding terus bergerak memutar. Dan tiba-tiba, Guzel menggeliat melepaskan tangannya dan meringkuk."Ini tidak enak," lirihnya dengan manik mata yang masih terpejam sempurna.Mendengar hal itu, manik mata Serkan membola karena terkejut. "Apa kau bilang?" geram pria itu.Bagaimana bisa Guzel berkata seperti itu setelah merenggut ciuman pertama Serkan? Hal itu membuat sang empu tidak terima dan marah. Lihat saja, wajah yang memerah, gigi yang saling dieratkan, dan tangan yang terkepal kuat."Sial!" umpat Serkan kesal. Ia beranjak berdiri dan menyugar rambutnya ke belakang.Andai saat ini Guzel tidak sedang tidur. Mungkin Serkan sudah membuat pembalasan telak. Entah itu dengan sebuah kecupan men

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Menikahi Calon Mertua    9. Ciuman Menggebu

    Dengan nafas yang terengah-engah, Serkan menjauhkan kepalanya. Manik mata berkabutnya menatap bibir Guzel yang membengkak. Rasanya, masih sangat kurang untuk berhenti. Rasanya ingin lagi dan lagi sampai merasa puas."Sial! Aku harus apa sekarang?" umpat Serkan kesal.Ia kebingungan harus berbuat apa sementara sisi liarnya sudah bangkit dari keabadian. Padahal seharusnya, ia menahan diri dan tidak melakukan banyak kecupan. Cukup hanya sekali kecupan dan bukannya masalah sampai ke tiga kecupan. Sekarang, ia sendiri yang terkena batunya karena tidak bisa menahan diri lagi."Sekali lagi. Yah, sekali lagi. Aku janji hanya akan melakukan satu kali lagi. Setelah ini, aku akan pergi tidur," kata Serkan setelah nafasnya teratur.Ia pikir, ia bisa tidur setelah sisi liarnya bangun. Padahal, semakin ia melakukannya lagi. Mak, sisi liarnya akan meminta lebih untuk memuaskan diri. Namun sayangnya, pria itu terlalu bodoh untuk memahami dirinya sendiri."Satu, dua, tiga." Dalam hitungan detik, ia k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Menikahi Calon Mertua    10. Mandi Bersama Dengan Guzel

    Pertanyaan yang Guzel ajukan membuat Serkan menyesali keputusannya untuk memaksa sang istri berbicara. Kalau tahu akan menimbulkan pertanyaan sesulit itu, ia akan memilih untuk diam."A-aku ...." Serkan terlihat kebingungan harus menjawab apa. Untuk sesaat, ia terdiam memikirkan jawaban apa yang masuk akal dan tidak membuat Guzel curiga, "I-itu ... anu."Itu, anu apa?" tanya Guzel mengerutkan keningnya.Bagaimana bisa pria sedingin Serkan bisa salah tingkah dan gelagapan seperti itu?"Aku mengambil selimut untuk menyelimuti tubuhmu dan kau malah menendang-nendang. Jadi aku berencana untuk menyelimutimu lagi, tapi keburu kau bangun," imbuhnya menjelaskan. Bukan menjelaskan, tetapi lebih tepatnya berbohong."Benarkah?" Guzel nampak kurang percaya."Iya, seperti itu," balas Serkan tersenyum canggung.Dalam hati, ia berharap bahwa Guzel akan mempercayai ucapannya dan berhenti mencurigainya. Serkan juga ingin malam itu cepat berlalu agar Guzel tidak menanyakan hal lainnya lagi."Baiklah. S

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Menikahi Calon Mertua    11. Merebahkan Kepalanya di Bahu Serkan

    Serkan langsung membalikkan tubuhnya melihat Guzel sedang membersihkan diri. Beruntung, kaca itu buram dan ia tidak bisa melihat dengan jelas bagian tubuh Guzel."Kenapa, sih, Guzel hobi sekali membuatku kesal?" keluhnya sambil mengeratkan gigi. Sebenarnya bukan membuat Serkan kesal, tetapi membuat sisi liarnya menegang.Seharusnya, kalau masuk ke dalam kamar mandi, entah hanya sekedar mencuci tangan atau menggosok gigi, baiknya mengunci pintu terlebih dahulu. Jangan asal masuk saja dan membuat orang lain kesulitan. Sama seperti apa yang Serkan rasakan saat ini."Sepertinya aku harus buru-buru keluar sebelum ketahuan." Serkan mengangkat kaki kanannya hendak melangkah.Bertepatan dengan Serkan yang hendak melangkah keluar, Guzel berteriak, "Hei, yang ada di sana!"Sontak, Serkan menghentikan langkahnya dan membeku. Raut wajahnya terlihat sangat tidak enak karena terpergok. Kemudian, ia membalikkan tubuhnya secara perlahan."Yang ada di sini. Semua ikut bernyanyi," lanjut Guzel.Ternyat

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Menikahi Calon Mertua    12. Ketahuan Mencuri Bibir Guzel

    "Aku bilang juga apa? Pakai baju dulu, Mas," ujar Guzel menyesal.Salahnya, tadi ia mendoakan agar handuk yang melilit di pinggang Serkan terlepas. Akan tetapi giliran sudah terlepas, ia justru menutup matanya erat. Walaupun demikian, ia sudah terlanjur melihat si perkasa. Ya, meskipun hanya sekitar satu kedipan mata."Hah?" Serkan terkejut merasa handuk menimpa kakinya. Apalagi mendengar suara Guzel yang terdengar seperti sudah melihat sesuatu. Sontak, ia lekas menunduk dan mengumpat, "Sial!"Pria itu lekas meraih handuk dan melilitkan kembali ke pinggang. Ia menatap Guzel sekilas sebelum akhirnya beranjak pergi ke ruang ganti dengan langkah terburu.Merasa Serkan sudah tidak ada di sana setelah mendengar suara pintu ditutup, perlahan Guzel membuka mata sambil membuang nafas."Astaga, Serkan, Serkan," lirih Guzel tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.Daripada ia tetap berada di sana dan bertemu Serkan dengan situasi canggung. Lebih baik ia turun ke bawah dan membantu asisten ruma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Menikahi Calon Mertua    13. Proses Penyatuan di Malam Pertama

    "A-ada apa?" tanya Serkan terbata. Jantungnya berdegup kencang dengan pikiran yang melayang jauh."Apa kemarin aku tidak bermimpi dan kau memang menciumku?" tanya Guzel memastikan.Melihat kejadian ini, Guzel menjadi curiga. Pasalnya, ia merasa bibirnya kebas dan terasa sangat nyata. Jadi ia pikir, Serkan memang menciumnya ketika sedang tidur. Itulah alasan mengapa ia berpura-pura pingsan."Mmm ... A-anu." Serkan menghempaskan tubuhnya kembali ke tempat tidur. Bola matanya bergerak ke sana kemari memikirkan jawaban."Jadi, memang benar dan aku tidak bermimpi?" tanya Guzel lagi.Melihat reaksi Serkan saat ini membuat Guzel yakin kalau kejadian malam kemarin bukan hanya mimpi."Ma-maaf," lirih Serkan tidak tahu harus berkata apa selain kata maaf.Bukankah Guzel pingsan tadi? Lalu, kenapa tiba-tiba wanita itu bangun di saat Serkan sedang menikmati bibirnya? Bukankah seharusnya tidak bisa merasakan apa pun? Bodohnya, ia sama sekali tidak tahu kalau Guzel hanya berpura-pura saja."Tidak pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Menikahi Calon Mertua    14. Serkan Begitu Lihai Memuaskannya

    Semakin malam, pergulatan mereka berdua semakin panas. Apalagi lampu yang temaram membuat keduanya semakin liar. Suasana kamar yang semula sepi, kini menjadi sedikit berisik. Suara cecapan demi cecapan saling beradu.Perlahan, suara cecapan itu berganti dengan suara lenguhan nikmat. Awal-awal memang sedikit ditahan, tetapi lama-kelamaan mereka melepas suara desahan yang membuat satu sama lain semakin bersemangat. Serkan semakin bersemangat mendengar lenguhan Guzel, begitu pula sebaliknya. Terlebih dengan cengkeraman yang Guzel layangkan di rambutnya. Hal itu menandakan bahwa sang istri benar-benar puas dan hal itu mampu membuat Serkan bangga atas kerja kerasnya."Tidurlah! Aku akan membangunkanmu nanti di sesi ke tiga," ujar Serkan mengecup kening dengan tangan yang bergerak mengusap bahu istrinya."Hah! Masih mau lagi?" tanya Guzel terkejut.Membuat anak tidak harus dilakukan sehari tiga kali seperti mengonsumsi obat. Justru yang paling bagus itu satu Minggu tiga kali, jika memang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16

Bab terbaru

  • Menikahi Calon Mertua    94. S2 - Tumbuh Janin di Rahim Dilara

    Dilara seolah menerima perlakuan Gregory, padahal ia berusaha menahan. Awalnya ia ingin mendorong tubuh pria itu menjauh, tetapi takut tekanan yang dibuat akan membuat ayah kedua anaknya kesakitan.Meskipun demikian, lama-kelamaan ia mulai terlena. Tanpa sadar meresapi dan membuka mulutnya secara perlahan memberi akses Gregory untuk menjelajahi setiap rongga mulutnya.Ketika napas keduanya memburu, keringat gairah menyelimuti, Gregory menjauhkan kepalanya. Bola mata berkabutnya menatap netra cantik Dilara yang sama berkabutnya dengannya."Bisakah kita melakukannya?" tanya Gregory dengan suara serak."Hah? Apa?" Dilara tersentak kaget mendengar pertanyaan Gregory. Ia sampai melangkah mundur dengan tidak seimbang."Tidak, tidak ada." Gregory menggeleng sambil tersenyum.Bisa lebih banyak interaksi dan sampai berciuman saja sudah membuat Gregory sangat bahagia. Jadi meski ingin, ia tidak boleh terlalu terburu-buru. Sedikit menahannya tidaklah sulit, sementara selama ini ia bisa menunggu

  • Menikahi Calon Mertua    93. S2 - Aku Mencintaimu

    "Pagi, Sayang," sapa Gregory dengan suara renyah.Semalam setelah mengetahui Satya mengatakan tentang kondisinya pada Dilara, Gregory tidak bisa tenang. Sekedar untuk menutup mata dan tidur saja kesulitan. Pikirannya kacau takut membuat anak-anaknya khawatir. Jadi tepat pukul tiga pagi, ia meminta Satya agar mengantarnya pulang. Kini, di sanalah pria dua anak itu berada. Berdiri di depan pintu ruang meja makan menatap tiga orang tercintanya.Sontak, semua orang yang ada di meja makan menoleh ke asal suara. Manik mata si kembar terlihat berbinar-binar. Mereka beranjak berdiri dan mendorong kursi ke belakang."Daddy!" teriak si kembar bersamaan sambil berlari mendekat.Melihat betapa antusias kedua putranya, muncul guratan khawatir di wajah Dilara. Ia ingat betul luka yang Gregory alami ada di dada kiri. Kemudian, lekas beranjak mengejar Shine dan Shane berusaha melindungi Gregory dengan cara berdiri membentangkan kedua tangan tepat di depan tubuh pria itu."Mommy, Shine mau peluk Daddy

  • Menikahi Calon Mertua    92. S2 - Koma

    Satu minggu kemudian.Waktu menunjukkan pukul delapan malam dan saat ini si kembar sedang berbaring mengapit ibunya di kamar tamu, tempat Dilara menghabiskan malam selama tinggal di rumah Gregory."Mommy, Shine rindu Daddy," rengek Shine."Shane juga, Mommy," kata Shane menimpali."Iya, Sayang, mommy tahu." Dilara menatap kedua putranya sendu secara bergantian.Ia tahu betul bagaimana perasaan Shine dan Shane. Setiap saat mereka akan mempertanyakan perihal ayahnya. Tidak berhenti menatap ponsel dengan gelisah hanya menunggu ayah mereka menelepon atau melakukan panggilan video. Tidak fokus dalam bermain dan terlihat lesu. Tidak nafsu makan, bahkan lebih sering melamun."Bukankah sudah waktunya Daddy pulang? Tapi kenapa sudah semalam ini belum juga sampai?" Shine mengangkat kepala menatap sang ibu.Sejak pertama kali Gregory pergi, pria mungil itu sibuk menghitung hari. Rasanya tidak sabar ingin berkumpul bersama sang ayah dan bermanja-manja."Iya, benar. Seharusnya Daddy pulang sejak p

  • Menikahi Calon Mertua    91. S2 - Dasar Om Greg Mesum!

    "Menjauh, menjauh dariku!" Dilara menggerak-gerakkan kepalanya tidak sudi."Diam atau kau akan menyesal, Lara!" ancam Gregory.Sontak, Dilara langsung terdiam. Sementara itu, Gregory merapikan rambutnya yang berantakan. Pada kesempatan ini, Dilara menyentuh dada bidang Gregory dan mendorongnya. Tidak bisa dibayangkan kalau sampai pria itu berbuat nekat. Bahkan ia sendiri tidak berani membayangkannya."Aku memang bilang begitu, tapi kau tidak mau menurut. Jadi, jangan salahkan aku." Gregory mendekatkan wajahnya setelah tersenyum menyeringai. Ia tidak bisa menahan lagi untuk tidak mengecup bibir merah Dilara."Oke-oke, aku mengaku salah. Sekarang berbaringlah dan aku akan menemanimu tidur dengan tenang," ujar Dilara menyerah.Selain mengalah, tidak ada yang bisa Dilara lakukan. Posisinya tidak ada yang menguntungkan dan justru ia akan menyesal jika salah bertindak."Tidak. Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja," tolak Gregory tanpa bergerak sedikit pun."Astaga, Om Greg. Berbaringlah

  • Menikahi Calon Mertua    90. S2 - Mengungkung Tubuhnya dan Mengunci Kedua Tangannya

    "Lepas, turunkan aku! Turunkan aku, Om Greg!" teriak Dilara histeris. Tangannya bergerak memukuli Gregory dan kakinya diayun kuat-kuat.Tanpa menghiraukan pergerakan Dilara, Gregory masuk ke dalam kamar mandi. Meletakkan wanita itu di wastafel dan tersenyum lembut."Sebentar ya, mommy-nya anak-anak. Daddy-nya anak-anak akan menyiapkan air hangat agar kau bisa berendam dengan nyaman."Dengan napas yang memburu, Dilara merapikan pakaian dan rambutnya yang berantakan. Mengingat pikiran kotornya membuat pipinya memerah. Padahal Gregory tidak melakukan apa pun selain membawanya ke kamar mandi."Tidak perlu. Aku tidak ingin berendam. Lebih baik kau keluar sekarang," sanggah Dilara ketus."Ya sudah, terserah kau saja. Kalau begitu, aku keluar dulu," pamit Gregory.Pria itu langsung keluar dengan jantung yang berdegup kencang. Ingin sekali melakukan hal liar dengan Dilara di kamar mandi, tetapi belum berani. Jadi, ia hanya bisa membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil membayangkan ma

  • Menikahi Calon Mertua    89. S2 - Mimpi Indah di Pelukanku

    "Apa yang kau lakukan, Om Greg?! bentak Dilara panik. Ia bergegas duduk dan menjauh sedangkan Gregory tetap berbaring.Raut wajahnya menunjukkan rasa takut yang teramat. Bagaimana tidak? Pria itu memintanya untuk menemani tidur. Pria dan wanita dewasa di dalam kamar di malam hari, kalau bukan untuk melakukan hal itu lalu apa lagi?"Astaga, Lara! Sikapmu ini seolah aku memintamu untuk melayaniku," ujar Gregory menggeleng tidak habis pikir."Lalu, apa lagi? Bukankah itu yang ada di isi kepalamu?" tanya Dilara nyalang."Astaga." Gregory mendesah keras sambil mencengkeram rambutnya frustasi.Kalau boleh, memang ia ingin melakukannya. Namun, tidak sekarang melainkan nanti setelah Dilara benar-benar mau menerima dan menikah dengannya."Kemarilah!" Gregory menepuk-nepuk kasur sebelahnya."Tidak!" tolak Dilara tegas. Duduk bersandar kepala ranjang sambil memeluk lututnya."Mau ke mari atau aku paksa?" ancam Gregory.Dilara menggeleng cepat. Napasnya bergerak cepat dengan tubuh bergetar yang s

  • Menikahi Calon Mertua    88. S2 - Temani Aku Tidur

    Tidak ingin membiarkan Gregory berbuat lebih dan mempermalukannya, Dilara menyentuh dada bidang pria itu dan mendorongnya menjauh. Menatap si kembar bergantian sebelum memusatkan atensinya pada pria tidak tahu malu itu. Dengan napas yang tersengal dan dada yang bergerak naik turun, bola matanya memerah juga membola. "Apa yang Om Greg lakukan?" tanya Dilara berbisik sambil menggertakkan gigi menahan amarah."Aku tidak melakukan apa-apa. Hanya melakukan sesuatu yang memang ingin aku lakukan," sahut Gregory malas.Ia berkata tidak melakukan apa-apa, tetapi mengatakan sesuatu yang memang ingin sekali dilakukan."Lakukan apa pun sesuka hatimu dan jangan lakukan itu padaku," ujar Dilara geram. Wanita itu mengusap bibirnya kasar berusaha menghapus jejak bibir lembab ayah kedua anaknya. Ia benar-benar tidak menyangka Gregory akan berbuat tidak tahu malu seperti itu padanya."Tidak bisa. Aku tipe pria setia dan tidak bisa menyentuh wanita lain yang tidak aku cintai," tolak Gregory tegas."Cu

  • Menikahi Calon Mertua    87. S2 - Jatuh Pada Bibirnya

    ["Jangan gila, Om Greg!""Ya sudah, aku bangunkan anak-anak dan langsung menjemputmu."["Tidak, jangan."Tidak mungkin ia membiarkan Gregory membangunkan Shine dan Shane yang sedang tidur. Apalagi sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Akan tetapi, ia juga tidak bisa membiarkan dirinya menginap di rumah pria itu. Kalau tidak menginap, anak-anak akan marah karena tidak ada ibunya di sana setelah bangun nanti."Jadi, aku harus bagaimana sekarang?" tanya Gregory berpura-pura bingung.["Oke. Kau suruh supir saja untuk menjemputku.""Lalu? Kau akan menginap di sini atau mau diantar pulang?" Gregory berusaha menekan kuat-kuat kebahagiaannya dengan bersikap datar. Pasalnya ia sudah tahu pilihan apa yang akan Dilara ambil. Jika bukan memilih menginap, lalu apa lagi?["Aku akan menginap, tapi kau tidak boleh macam-macam.""Tidak akan. Ya sudah, akan kukirim supir untukmu."Sepersekian detik, Dilara mengakhiri panggilan. Saat ini, Gregory berusaha menekan rasa bahagianya. Melip

  • Menikahi Calon Mertua    86. S2 - Menginap

    ["Hari ini aku tidak bisa pulang tepat waktu karena rekan kerja lawan shift-ku tidak masuk. Jadi, bisakah kau mengurus anak-anak untuk malam ini saja?""Tidak masalah. Bukankah sebelumnya aku sudah bilang kalau--."["Aku tahu. Untuk masalah ini, kita bicarakan nanti malam saja setelah pekerjaanku selesai."Awalnya, Dilara memang ingin membicarakan tentang hal itu. Namun, kejadian yang tak disangka-sangka justru terjadi dan ia terpaksa harus meminta tolong pada Gregory sebelum membahasnya."Baiklah. Jadi, apa aku perlu membawa anak-anak pulang sekarang atau nanti?"Gregory pikir, apa bedanya sekarang dan nanti pukul lima. Lagi pula, si kembar akan tetap ikut bersamanya pulang ke rumah selama beberapa jam.["Terserah kau saja, tapi menurutku sekarang lebih baik karena anak-anak terlihat sangat kelelahan.""Oke. Kalau begitu, aku dan anak-anak pulang dulu. Kau kabari saja satu jam sebelum pulang agar aku tidak terlambat menjemput."["Ya. Titip salam buat anak-anak. Aku tidak bisa ke depa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status